Shalat ‘Ied
Shalat ‘Ied
Segala puji hanya
bagi Allah satu-satu-Nya, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan
Nabi yang tiada nabi setelahnya, Nabi kita Muhammad -shallallahu 'alaihi wa
sallam- beserta keluarganya dan para sahabatnya, serta orang-orang yang
senantiasa mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman, amma ba’du:
Wahai kaum muslim, sesungguhnya
solat ‘ied adalah sunnah yang sangat di anjurkan untuk dilakukan oleh setiap
muslim, ajaklah keluargamu (istrimu, ibumu, saudari-saudarimu, dan keluargamu
lainnya) untuk keluar melaksanakan sholat ‘ied jika aman dari fitnah. Ummu
‘Athiyyah -radhiallahu 'anha- berkata:
(( كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ
الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ
فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ
بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ ))
Dahulu kami
diperintahkan untuk keluar pada hari ‘ied sehingga kami pun mengajak keluar
para perawan dari kelambunya sampai para wanita haidh pun kami ajak keluar,
sehingga mereka berada di belakang jama’ah, mereka pun bertakbir bersama
orang-orang, berdoa bersama mereka, serta mengharap berkah dari hari tersebut
dan kesuciannya. (HR. Bukhari).
Wahai kaum
muslimin, disunahkan bagimu untuk mandi dahulu pada hari ‘ied, serta mengenakan
pakaianmu yang paling bagus. Disunahkan juga memakan beberapa butir kurma
sebelum keluar menuju sholat ‘iedul fitri. Makanlah kurma itu sebanyak bilangan
ganjil, dalam hadits Anas -radhiallahu 'anhu- dinyatakan:
(( كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ ))
Rasulullah -shallallahu 'alaihi
wa sallam- tidaklah berangkat (menuju sholat ‘ied) sampai beliau makan beberapa
butir kurma. (HR. Bukhari).
Dan dalam riwayat lain darinya:
(( وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا ))
dan beliau memakannya sebanyak
bilangan ganjil.
Dan diharamkan
berpuasa pada 2 hari ‘ied (‘iedul fitri dan ‘iedul adha).
Disunahkan bagimu
–wahai muslim- saat berangkat ke lapangan pada hari ‘ied dari suatu jalan dan
pulang dari jalan yang berbeda. Jabir -radhiallahu 'anhu- berkata:
(( كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ ))
Dahulu
Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- ketika hari ‘ied beliau membedakan jalan. (HR. Bukhari).
·
Dan
disunahkan berangkat dan kembali dari sholat ‘ied dengan berjalan kaki kecuali
jika ada udzur.
(( كَانَ يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا
وَيَرْجِعُ مَاشِيًا ))
dahulu
rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berangkat sholat ‘ied dengan berjalan
kaki dan pulang dengan berjalan kaki.
(HR. Ibnu Majah) (shohih).
·
Disunahkan
bertakbir pada malam ‘iedul fitri, berangkat dari firman Allah -subhanahu wa
ta'ala-:
“Dan hendaklah kamu bertakbir mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu” (QS. Al-Baqarah: 185)
Seraya
mengucapkan: Allahu akbar Allahu akbar, la ilaha illallahu, wallahu akbar
Allahu akbar, wa lillahil hamdu. Lakukan takbir ketika keluar menuju sholat
‘ied, dan tetap terus bertakbir sampai selesai khutbah ‘iedul fitri.
·
Jika
seorang muslim terlambat sholat ‘ied berjam’ah bersama imam maka ia harus
meng-qadhanya sesuai dengan caranya solat ‘ied.
·
Para
wanita harus datang ke tempat sholat ‘ied bahkan para wanita yang sedang haidh
dan nifas, agar mereka bisa menyaksikan kebaikan dan doa kaum muslimin, dan
hendaknya mereka yang haidh dan nifas mengambil posisi agak jauh dari tempat
sholat.
·
Tidak
ada sholat sunnah sebelum maupun sesudah sholat ‘ied, sebagaimana Nabi -shallallahu
'alaihi wa sallam:
(( صَلَّى يَوْمَ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ لَمْ
يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا ))
Beliau sholat pada hari ‘iedul fitri
2 rakaat, dan tidak sholat sebelum maupun sesudahnya. (HR. Bukhari).
·
Disunahkan
bagi imam sholat ‘ied pada saat khutbah agar menyuruh manusia untuk bersedekah,
karena Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- berkata pada saat khutbah ‘ied:
(( تَصَدَّقُوا تَصَدَّقُوا تَصَدَّقُوا ))
Bersedekahlah
kalian, Bersedekahlah kalian, Bersedekahlah kalian! (HR. Muslim).
Serta
disunahkan baginya untuk mendatangi para wanita dan menyuruh mereka bersedekah,
karena dahulu Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- mendatangi para wanita dan
menyuruh mereka bersedekah. Dan disunahkan bagi setiap muslim untuk bersedekah
pada hari ‘ied, juga setiap wanita disunahkan untuk bersedekah walaupun dengan
perhiasannya yang dikenakannya, di lehernya dan cincinnya.
·
Boleh
saling mengucapkan selamat pada hari ‘ied, atau melantunkan syair yang mubah
pada hari ‘ied, serta memainkan rebana yang dilakukan oleh anak perempuan,
karena ‘Aisyah -radhiallahu 'anha- pernah suatu ketika bersama dua orang
anak wanita.
(( جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الْأَنْصَارِ
تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتِ الْأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثَ قَالَتْ وَلَيْسَتَا
بِمُغَنِّيَتَيْنِ ))
Dua
anak kecil perempuan dari kalangan kaum Anshar yang mereka berdua sedang
melagukan perkataan-perkataan kaum Anshar sewaktu perang Bu’ats, ‘Aisyah
berkata: mereka berdua bukanlah penyanyi. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Dan
dalam riwayat lain dari Muslim:
(( جَارِيَتَانِ تَلْعَبَانِ بِدُفٍّ ))
Dua
orang anak kecil yang sedang memainkan rebana.
·
Diharamkan
berlebih-lebihan pada hari ‘ied, atau pada hari selain ‘ied, baik dalam makanan
dan minuman maupun yang lainnya, sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
“Dan
janganlah berlebih-lebihan (boros) sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”
(QS. Al-a’raf: 31)
Sebagaimana
juga diharamkan memukul gendang serta memukul gambus dan musik, karena hukum
asal alat musik adalah haram, dan Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- telah
bersabda:
(( لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ
يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ ))
Sungguh
akan ada dari umatku sejumlah kaum yang menghalalkan zina, sutera, khomr, dan
alat musik. (HR.
Bukhari).
Post a Comment