Syarah Makna Salah Satu Asmaul Husna (As-Syafi)
Syarah
Makna Salah Satu Asmaul Husna (As-Syafi)
Segala
puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah
dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:
Allah
SWT berfirman:
Hanya
milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada -Nya dengan menyebut asmaul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’rof: 180)
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT memiliki sembilan puluh sembilan
nama, seratus kecuali satu. Dan barangsiapa yang menghitungnya maka dia akan
masuk surga”.[1]
Di antara asma Allah SWT yang
disebutkan didalam Al-Qur’an adalah (Asyafi) yang bermakna Yang Maha Kuasa
memberikan kesembuhan. Kesembuhan itu meliputi kesembuhan badan, kesembuhan
dada dan terbebas dari syahwat. Allah SWT berfirman:
“dan
apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”. (QS.
Al-Syu’ara’: 80).
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari
dan Muslim dari Aisyah bahwa apabila Nabi Muhammad SAW menjenguk orang yang
sedang sakit maka beliau berdo’a:
«أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ أَشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَاءَ
إِلاَّ شِفَاءُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
Hilangkanlah
penyakit ini wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah dan Engkau-lah Yang Maha
memberikan kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang telah
engkau tentukan, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit”.[2]
Di
dalam hadits ini diterangkan meminta kesembuhan dari segala macam penyakit,
bukan semata-mata memohon kesembuhan dari penyakit yang sedang menimpa orang
yang sedang sakit, dan disyari’atkan bagi seorang muslim untuk
mengucapkan: «يا شافي اشفني»
(Wahai Zat Yang menyembuhkan
penyakit sembuhkalah aku).
Allah Aza Wa Jalla
menyembuhkan penyakit hati seperti rasa benci, hasad dan syahwat, dan Dia juga
menyembuhkan penyakit jasad dan tidak boleh berdo’a dengan menggunakan nama ini
kecuali kepada Allah.
Di
antara manfaat yang didapatkan dengan beriman kepada nama ini adalah:
Pertama:
Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Zat yang menyembuhkan, tidak ada yang
menyembuhkan kecuali Dia, dan tidak ada kesembuhan kecuali ksembuhan yang telah
ditentukan oleh -Nya, dan tidak ada yang menghilangkan penyakit kecuali Dia,
baik menghilangkan penyakit badan atau jiwa. Allah SWT berfirman:
Jika Allah menimpakan suatu
kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri.
Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (QS. Al-An’am: 17)
Kedua:
Sesunggahnya hanya Allah-lah Zat yang menyembuhkan, dan Dia tidak menurunkan
penyakit kecuali Dia menurunkan bersamanya obat sebagai penawar dan Dia
memiliki sebab-sebab yang mengarahkan kepada kesembuhan. Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga
menurunkan bersamanya obat sebagai penawar”.[3]
Di
antara sebab-sebab yang mengarah kepada kesembuhan adalah:
1. Do’a.
Allah SWT berfirman:
Dan apabila hamba-hamba -Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah) -Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada -Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran. (QS.
Al-Baqarah: 186)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Abi Hurairah RA berkata: Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Barangsiapa yang menjenguk
orang yang sedang sakit yang belum datang ajalnya dan dia berkata di sisinya
sebanyak tujuh kali:
«أَسْأَلُ
اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ»
“Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan yang menguasai ‘arsy yang
agung, agar menyembuhkan penyakitmu”. Kecuali Allah akan memberikan kesembuhan baginya dari penyakit tersebut.[4]
Di
antara sebab-sebab yang membawa kesembuhan adalah Al-Quran yang agung ini.
Allah SWT berfirman:
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Qur'an itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim
selain kerugian. (QS.
Al-Isro’: 82).
Allah SWT berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS.
Yunus: 57).
Katakanlah: Al
Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang
beriman. (QS.
Fushilat: 44)
Dan Nabi Muhammad SAW menjenguk orang yang sakit
dan berdo’a bagi mereka, meruqyah mereka dengan kitab Allah, Al-Qur’an
sebagaimana beliau meruqyah diri beliau sendiri dengan Al-Qur’an. Sebagaimana
dijelaskan di dalam Ash-Shahihaini dari Aisyah RA bahwa Nabi Muhammad SAW
berkata kepada orang yang sedang sakit:
«بسم الله تربة
أرضنا بريقة بعضنا يشفي مريضنا بإذن ربنا»
“Dengan
menyebut nama Allah, ini adalah tanah dari bumi kami, dengan menggunakan liur
sebagian dari kami, Dia akan menyembuhkan orang yang sakit dari kami dengan
izin Tuhan kami”.[5]
Dan
Nabi Muhammad SAW meniup untuk dirinya sendiri dengan Al-Mu’awwidzat saat
beliau menderita sakit yang mengantarkan beliau pada kematian.[6]
Di
antara sebab-sebab yang membawa kesembuhan adalah meminum madu. Allah SWT
berfirman:
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon
kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia". kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
(QS. Al-Nahl: 68-69).
Di
antara sebab-sebab yang membawa pada kesembuhan adalah memakan habbatus sauda’ (jintan hitam).
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim
dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Di dalam habbatus sauda’ itu terdapat penawar bagi segala penyakit
kecuali penyakit as saam. Ibnu Syihab berkata:
As saam adalah kematian.[7]
Di
antara langkah kesembuhan adalah dengan berbekam (hijamah). Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari hadits Ibnu Abbas RA bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Kesembuhan itu
pada tiga hal yaitu goretan hijamah, meminum madu dan kayyi (membakar kulit dengan besi yang panas), dan aku melarang
umatku melakukan kayyi.[8]
Di antara langkah menuju
kesembuhan meminum air zam-zam. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab musnadnya
dari Jabir RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Air zam-zam itu berfungsi seperti apa yang menjadi motifasi
meminumnya”.[9].
Dan apabila Ibnu Abbas meminum Zam-Zam
maka dia berkata: Ya Allah aku memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, rizki
yang luas dan terbebas dari segala penyakit”.[10]
Di
antara sebab yang membawa pada kesembuhan adalah apa-apa yang telah diturunkan
oleh Allah Azza Wa Jalla dari khasiat yang terdapat di dalam unsur bumi
ini baik pada tanah, air, pohon-pohonan, buah-buahan dan lain-lain dari khasiat
benda-benda dan Allah telah memilih orang-orang tertentu yang mengetahui
khasiat tersebut.
Ketiga: Terkadang proses penyembuhan itu
bisa jadi terlambat karena hikmah yang diinginkan oleh Allah SWT, seperti
mengangkat derajat orang yang sedang sakit atau menghapuskan kesalahannya:
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru
Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". Maka
Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada
padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. Al-Anbiya’: 83-84)
Sebagian
ahli tafsir menyebutkan bahwa Nabi Ayyub menderita sakit selama delapan belas
tahun sebagai ujian Allah SWT bagi Nabi -Nya. Diriwayatkan oleh oleh Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya dari Jabir RA bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Pada saat orang-orang yang
diuji dengan penyakit (di dunia) diberikan pahalanya maka orang-orang yang
sehat pada hari kiamat berangan-angan kalau seandainya kulit-kulit mereka
dicabik-cabik di dunia dengan gunting”.[11]
Di
antara perkara yang sering diperingatkan oleh sebagaian ulama bahwa pada saat
sebagian orang yang sedang menderita sakit ditimpa dengan suatu penyakit maka
hati mereka condong tergantung kepada sebab, seperti rumah sakit, para dokter,
padahal yang wajib adalah menggaantungkan hati kepada Zat yang menurunkan
penyakit dan tidak ada yang mampu menghapusnya kecuali Dia.
Seharusnya
bagi orang yang sedang menderita sakit untuk menjauhi rasa putus asa sekalipun
penyakit tersebut meningkat, sebab kelapangan yang dijanjikan oleh Allah SWT
sangatlah dekat. Diceritakan kepadaku bahwa seseorang tertimpa kecelakaan mobil
yang mengakibatkan dirinya tidak sadar selama empat bulan, dan ibunya selalu
membacakan baginya Al-Qur’an di sisi ranjang tidurnya di rumah sakit dan
berdo’a baginya, kemudian setelah beberapa lama dia sadar dan Allah telah
menyembuhkannya, hidup seperti biasa dan menikmati rizkinya. Maha Suci Allah
Yang Maha menyembuhkan. Sementara, yang lain seorang lelaki yang menderita
penyakit kanker, dan para dokter telah memutuskan bahwa penyakitnya tidak dapat
disembuhkan. Akhirnya orang tersebut
senantiasa meminum madu dan jintan hitam yang dicampur dengan beberapa jenis
rumput-rumputan, dan dimakannya selama beberapa bulan, maka Allah SWT
memberikan kesembuhan baginya dan menyehatkan badannya. Maha Suci Allah Yang
Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
Salah
seorang pengurus masjidil haram Mekkah Al-Mukarromah menyebutkan bahwa sebagian
orang yang menderita sakit dengan penyakit yang kronis, dan para dokter telah
menetapkan bahwa penyakit yang mereka derita tidak memiliki obat, lalu mereka
beri’tikaf di masjidil haram dan meminum dari air zam-zam dibarengi dengan do’a
kepada Allah SWT saat meminumnya dan menengadahkan tangan kepada -Nya, bahwa
tidak ada tempat mengadu kecuali kepada Allah SWT maka Allah Yang Maha Perkasa
dan Bijaksana menyembuhkan mereka dari penyakit yang dideritanya. Kisah-kisah
dalam masalah ini sangat banyak, dan apa yang telah aku sebutkan adalah secuil dari kisah yang begitu banyak.
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh
pengikut beliau.
[1] Al-Bukhari: no: 2736 dan
Muslim: 2677
[2] HR. Muslim: no: 2191 dan
Al-Bukhari: 5743
[3] Al-Bukhari: no: 5678
[4] HR.
Abu Dawud: Abu Dawud di dalam kitab sunannya: no: 3106
[5] Al-Bukhari: no: 5745 dan
Muslim: 2194
[6] Al-Bukhari: no: 5735 dan
Muslim: 2192
[7] Al-Bukhari: no: 5688 dan
Muslim: 2215
[8] Al-Bukhari: 5681
[9] Musand Imam Ahmad: 3/357
[10] Mushannaf Abdur Razzaq: 5/113
no: 9112
[11] Sunan Turmudzi: no: 2402
Post a Comment