Tekanan Jiwa (stress)
Tekanan Jiwa (stress)
Pendahuluan:
Kehidupan Manusia di masa lalu
relatif stabil. Ketenangan adalah keseharian dalam mayoritas kehidupan mereka
karena minimnya faktor-faktor yang mempengaruhi kejiwaan ketika itu.
- Tanggung jawab yang
ditanggung ketika itu belum mengacaukan pikiran atau mempengaruhi aktivitasnya
yang sederhana di perkebunan, rumah produksi atau di tempat perniagaan.
- Krisis kependudukan dan
kemanusiaan ketika itu belum seperti keadaannya yang sekarang, di mana realita memaksa manusia menggunakan
pola baru dalam berinteraksi dan memikul tanggung jawab.
- Rumah hunian dan perabotannya tidaklah seperti sekarang
yang menghimpit, di mana sebagiannya bertumpuk dengan sebagian yang lain.
Sebagaimana kondisi
yang ada dibanyak negara di dunia.
- Bahkan musibah yang menimpa
manusia belumlah sehebat dan sedahsyat
sekarang ini. Penyakit ketika itu belum lagi sekomlek dan dengan nama yang
beraneka macam, yang menghantui manusia dan mengganggu kehidupannya, yang
menjadikannya dibayang-bayangi ketakutan dan kecemasan, seiring lambatnya
ditemukan obat penawarnya.
- Ketika itu peperangan tidak
dapat membunuh ribuan manusia dalam waktu sekejap, sebagaimana teknologi dan
instrumen perang yang ada seperti sekarang ini.
- Belum ada kejadian yang
menelan korban mengerikan akibat kecelakaan lalu lintas baik darat, udara, air atau alat transportasi lain ketika
itu.
- Dan di atas semua itu, krisis keuangan dan ekonomi
membatasi manusia dan membalikkan keadaan berbagai umat dan bangsa dari
kenikmatan dan kemewahan menjadi terpuruk dalam kefakiran dan kekurangan.
Serta perkara-perkara lain
dari perubahan-perubahan, halangan-halangan dan problem yang berdampak negatif
pada kehidupan manusia, yang selanjutnya mempengaruhi kemampuan dan kekuatan
potensialnya.
Itu artinya bahwa kemajuan
teknologi yang disaksikan oleh dunia dan banyak berperan dalam memfasilitasi
manusia, pada waktu yang sama justru memberatkan manusia itu sendiri dengan
lebih banyak tanggung jawab dan kewajiban yang menyedot umur dan waktu mereka.
Bahkan tak jarang datang bertubi-tubi sehingga tidak sanggup menghadapinya atau
menyerah karena kontinuitasnya.
Dari sinilah mulai muncul
tekanan kejiwaan (stres): yang berwujud pada ketidakmampuan dalam menghadapi
tantangan atau memikul tanggung jawab yang sebenarnya terfasilitasi dan
memiliki kemungkinan yang terbuka.
Dampak
Stress (Tekanan Jiwa)
Sesungguhnya stres pada banyak
keadaan menyebabkan penderitanya tidak stabil, yang pada akhirnya memunculkan
dampak dan efek negatif dalam kehidupan dan pergaulannya. Di antara dampak yang
terpenting adalah:
1. Ada kalanya stres pada penderitanya
melahirkan semacam prilaku kasar, keradikalan, kemarahan akan realita dan melihatnya dengan gelap
mata. Ia berharap
dapat keluar
dari permasalahannya dan terkurangi tanggung jawabnya. Akan lebih parah
jika tidak ada pendampingan yang dapat mengurangi sebagian beban dan
kepedihannya.
2. Stres menyebabkan menarik
diri dan menjauh dari kehidupan, menjauh dari kenyataan, bahkan menjadikan
penderitanya tenggelam dalam dunia khayal, terkendala dalam metode berpikir dan
mencari solusi. Engkau dapati ia mendebat perkara dengan solusi filosofis yang
rumit atau penafsiran yang ganjil yang tidak diterima oleh para pemikir dan
orang kebanyakan.
3. Tekanan jiwa mempengaruhi
dalam bergaul dengan orang lain atau menjalin hubungan dengan mereka. Dimana
penderita tekanan jiwa akan sulit membangun hubungan dalam bertetangga,
persahabatan dengan teman kerjanya, atau dengan siswa lain jika itu di sekolah,
dengan orang banyak jika dia seorang pegawai, dengan para pegawai jika dia
seorang kepala bagian atau direktur, juga dengan seluruh strata masyarakat di
lingkungannya. Ia merupakan ancaman dalam membangun masyarakat, kepribadian dan
lembaga sosial yang lebih maju, meningkat dan mumpuni.
4. Stres (tekanan jiwa)
memiliki pengaruh yang besar pada anggota tubuh penderita. Penyakit yang di
derita kebanyakannya adalah cerminan dari hakikat kondisi kejiwaan yang tengah
dialami penderita. Karenanya para dokter menyarankan pasiennya untuk menjauhi
hal-hal yang menimbulkan gejolak kejiwaan. Terutama mereka yang terkena liver,
gangguan jiwa, kolesterol, gangguan lambung, usus dan lain sebagainya. Karena
kejiwaan memiliki peran yang penting dalam mengontrol penyakit-penyakit
tersebut, baik dalam penyembuhan atau dalam memperburuk dan membuatnya semakin
parah.
5. Stres (tekanan jiwa) berpengaruh
negatif dalam produktivitas kerja dan kreasi. Karena penderitanya kehilangan
penyelaras dalam berinteraksi dengan berbagai hal. Buyar kekuatan dan
kemampuan. Terlebih lagi tidak dapat konsekuen dalam mencapai tujuan dan
mencapai target.
Obat
Stres (Tekanan Jiwa)
Dikarenakan siapa pun dapat
terkena tekanan jiwa, yang berdampak pada timbulnya masalah atau penyakit,
sudah seharusnya diberikan terapi penyembuhan dan pengobatan yang dapat
mencegah atau membatasi agar tidak menjangkit pada diri. Di antara penyembuhan
dan terapinya:
1- Bertakwa kepada Allah I dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan amal saleh.
Firman-Nya Alloh SWT.:
"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar." (QS.
At-Thalaq: 2 )
Dan firman-Nya Alloh SWT. :
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS.
At-Thalaq: 4)
Kisah tiga orang yang terjebak
di dalam goa tidak asing bagi kita. Allah I telah mengeluarkan mereka dari keterjebakan ketika
setiap mereka menyebutkan amalan saleh yang dikerjakan ikhlas karena Allah I. Dengan amal mereka itulah mereka bertawasul
kepada Allah I.
2. Menjadikan sabar dan shalat
sebagai penolong. Karena dua hal ini dapat menguatkan dalam menghadapi
berbagai problema dan tanggung jawab sehingga dapat tegar dan sukses
menghadapinya. Hal ini sebagaimana firman Allah I:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah: 153 )
Seorang sahabat Nabi,
Hudzaifah t berkata, "Jika Nabi r menghadapi perkara pelik, beliau melaksanakan
shalat." [HR.Ahmad]
3. Husnuzon (berbaik
sangka) kepada Allah I. Sadarilah bahwa Allah sematalah yang mengangkat
kesulitan manusia. Sesungguhnya kesulitan meskipun berlangsung berlarut-larut
senantiasa Allah iringkan dengan solusi dan kemudahan. Allah I berfirman melalui lisan Nabi Ya'kub :
"...Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf: 87 )
Nabi r bersabda dalam hadits Qudsi:
أَنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِيْ بِي وَأَنَا مَعَهُ
إِذَا دَعَانِي
"Sesungguhnya Allah r berfirman: "Aku sebagaimana prasangka hambaku
kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku."
[HR.Turmudzi]
Benarlah perkataan seorang
penyair:
Begitu pelik, tapi ketika aku
kembalikan kepada Penciptaannya
Ia teratasi, padahal aku
sangka tidak akan teratasi
4. Berzikir kepada Allah
(mengingat Allah) dengan keyakinan, ucapan dan amal merupakan sebab untuk
dapat keluar dari kemelut, memberi ketegaran jiwa dan ketenangan. Sebagaimana
firman Allah I:
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram." (QS.Ar-Ro'd:28)
5. Kontinu senantiasa beristigfar
(meminta ampun kepada Allah). Sesungguhnya hal ini adalah salah satu dari
sebab kebahagiaan dan ketenangan; sebagaimana ia dapat pula mengeluarkan dari
bencana, menghilangkan kegalauan dan kegelisahan. Sebagaimana sabda Rasulullah r,
مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ
لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ
لاَ يَحْتَسِبُ
"Siapa yang kontinu beristigfar, Allah akan jadikan pada
setiap kegalauannya solusi dan dari setiap kesulitan jalan keluar serta akan
diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkan."
[HR.Abu Dawud, Ahmad dan
Hakim]
6. Kembali kepada Allah
dengan berdoa, karena doa dapat menghilangkan kegelisahan dan mengeluarkan dari
kesusahan. Hal ini sebagaimana hadits Abu Sa'id al-Khudri t:
"Pada suatu hari
Rasulullah r masuk masjid. Beliau mendapati seorang lelaki
Anshar, yang dipanggil Abu Umamah. Beliau berkata,
"Wahai Abu Umamah, aku
tidak melihatmu duduk di masjid melainkan sedang shalat."
"Kegelisahan dan hutang
melilitku, wahai Rasulullah." Jawabnya.
"Maukah aku ajarkan suatu
kalimat, jika engkau katakan Allah akan menghilangkan kegelisahanmu dan
melunaskan hutangmu?!" Tawar Rasulullah.
"Tentu wahai
Rasulullah!" Jawab lelaki itu.
"Bacalah ketika pagi dan
petang:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ
وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ
وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
[ Allahumma Inni A'ûdzubika minalhammi walhazan wa a'ûdzubika minal'ajzi
walkasal, wa a'ûdzubika minaljubni walbukhl, wa a'ûdzubika min ghalabatiddaini
wa qohril rijal ]
Artinya:
"Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung kepadamu dari kegelisahan dan kesedihan. Aku berlindung kepadamu
dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepadamu dari kepengecutan dan
kebakhilan. Aku berlindung kepadamu dari dari lilitan hutang dan penindasan
orang."
[HR.Abu
Dawud]
Di antara doa Nabi Musa u kepada Allah agar dilapangkan dadanya, dimudahkan
urusannya, dihilangkan kegelisahan dan kesedihannya, sebagaimana yang terdapat
dalam firman Allah I
melalui lisan Nabinya:
"Musa berkata: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku
dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku."
(QS.Thâhâ:25-26)
7. Mengerjakan sebab-sebab
yang dapat membantunya sukses dalam kehidupan lalu bertawakal kepada Allah I. Meminta kepada-Nya agar dapat mencapai dan memperoleh hasil yang terbaik. Amal dan
tawakal adalah dua hal yang saling berkaitan untuk menangkal tekanan jiwa dan
efek negatif yang ditimbulkannya. Allah I
berfirman,
"Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya."
(QS. At-Thalaq: 3 )
Siapa yang mencukupkan diri
dengan Allah, tidak akan tersesat dan tidak akan celaka selamanya.
8. Tidak mengapa meminta
bantuan para ahli dari dokter ahli jiwa atau selain mereka. Terkadang
keadaan seseorang terasa begitu menghimpit, ia dikuasai rasa gundah, gelisah,
sedih dan merana yang mengakibatkan tekanan pada dirinya. Jika berkonsultasi
kepada yang lain, itu akan membantunya membuka pintu penting yang membuka
cercahan cahaya dengan izin Allah.
Ringkas pembicaraan:
Bahwa tekanan jiwa pada
akhirnya adalah buatan dan buah amal tangannya sendiri.
"(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan
tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak Menganiaya
hamba-hamba-Nya." (QS. Ali Imrah: 182 )
Karena timbulnya tekanan jiwa
ini merupakan akibat dari kesalahan masa lalu yang bertumpuk dan membesar pada
penderitanya. Dia tidak dapat mengolahnya dengan jalan yang benar hingga sampai
pada puncaknya. Terasa begitu hebat di dalam diri dan memorak-porandakan
harapan serta angan-angannya.
Setiap orang dapat mengalahkan
tekanan ini dan menghindari pengaruh negatif yang timbul karenanya ketika sejak
semula ia telah siap menghadapi berbagai tantangan yang dihadapinya. Hal itu
diperoleh dari pendidikan imaniah (pendidikan keimanan) yang
benar bagi generasi putra dan putri di rumah, masjid, sekolah,
lembaga-lembaga bimbingan dan pusat-pusat pendidikan.
Karena seorang hamba ketika
bergantung kepada Allah I
dan dapat merasakan keagungan serta penguasaan-Nya atas sesuatu pada satu sisi,
juga merasakan akan kelembutan dan rahmat-Nya terhadap hamba-Nya dari sisi yang
lain, dia tidak akan merasa khawatir akan kesulitan dan tantangan, bahkan
menjalani dan menghadapinya dengan ketegaran dan kesuksesan.
Post a Comment