ADAB BERSIWAK
ADAB BERSIWAK
·
Mencuci siwak setelah memakainya untuk
membersihkan kotoran yang menempel padanya, dalam hadits riwayat ‘Aisyah
radhiallahu anha, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersiwak lalu siwak
tersebut diberikan kepadaku untuk dibersihkan, maka aku mencucinya dan bersiwak
dengannya. Kemudian aku kembali membersihkannya, baru memberikannya kepada
beliau".
·
Terdapat perbedaan ulama tentang
dibolehkannya bersiwak menggunakan jari saat kayu siwak tidak ada, yang kuat
adalah bersiwak dengan jari tidak termasuk sunnah.
·
Termasuk petunjuk Nabi Muhammad SAW,
bahwa beliau bersiwak setelah bangun dari tidur.
·
Termasuk sunnah bersiwak
pada setiap shalat.
·
Dari Aisyah radhiallahu
anha, dia menceritakan bahwa Abdur Rahman bin Abu Bakar Al-Shiddiq RA
mendekat kepada Nabi saat aku
menyandarkan beliau pada dadaku (detik-detik wafatnya Rasulullah SAW),
sementara di tangan Abdurrahman terdapat siwak basah yang dipergunakannya untuk
bersiwak, dan Rasulullah SAW menolehkan pandangannya kepadanya, (maka aku mengambil siwak tersebut) dan
mengunyahnya serta melembutkannya lalu aku berikan kepada Rasulullah SAW
kemudian beliau bersiwak dengannya, dan aku tidak pernah sekali-kali melihat
beliau bersiwak dengan cara yang lebih baik dari hari itu. Setelah selesai
bersiwak beliau mengangkat tangannya atau jarinya kemudian bersabda:
فِي الرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى
(Pada golongan orang-orang
tertinggi) beliau mengucapkan sebanyak tiga kali.
Kemudian beliau meninggal dunia, Siti Aisyah berkata: "Rasulullah SAW meninggal di antara dua tulang selangkaku dan tulang
daguku".
Beberapa
hukum yang bisa disimpulkan dari hadits ini:
·
Disunnahkan bersiwak
dengan siwak yang basah.
·
Disyari'atkan bagi
seseorang untuk bersiwak pada saat berjalan dan bukan perbuatan yang makruh,
sebab Abdurrahman bin Abu Bakar menemui Rasulullah SAW sementara dia
dalam keadaan bersiwak.
·
Dibolehkan membersihkan
mulut di hadapan seorang yang alim atau orang yang mempunyai keutamaan.
·
Dianjurkan bagi
seseorang untuk menjaga agar dirinya selalu bersiwak.
·
Dianjurkan bagi
seseorang yang terlihat pada dirinya tanda-tanda kematian, sementara dirinya
sempat dan bisa bersiwak maka hendaklah dia bersiwak untuk mengikuti ajaran
Nabi Muhammad SAW.
·
Tidak dilarang bagi
seseorang untuk meminta sesuatu dari saudaranya jika dia mengetahui bahwa
saudaranya akan memberikan barang tersebut
untuknya.
·
Kecintaan Nabi dengan
siwak, disebutkan dalam riwayat Al Bukhari bahwa Siti ’Aisyah berkata:
"Maka aku mengetahui bahwa beliau menyukai siwak tersebut, lalu aku
bertanya kepada beliau: "Apakah aku mengambilnya untukmu?".
·
Dianjurkan bagi
seseorang yang ingin memakai siwak orang lain untuk memanfaatkan bagian yang
belum dipergunakan bersiwak.
·
Dianjurkan bagi
seseorang yang ingin bersiwak untuk mengharumkan siwaknya dengan air bunga atau
wangian lainnya yang boleh dipergunakan pada mulut.
·
Disunnahkan bagi
seseorang yang ingin bersiwak pada lidahnya, bersiwak dengan mengikuti arah
panjang lidah.
·
Dianjurkan bagi
seseorang untuk bersiwak pada saat dia akan melaksanakan shalat, yaitu antara
iqomah dan takbiratul Ihrom.
·
Imam Bukhari rahimahullah mengatakan:
باب
دفع السواك إلى الأكبر
(Bab tentang memberikan
siwak kepada orang yang lebih besar), Ibnu Baththal mengatakan: Dari hadits
tersebut dapat disimpulkan tentang anjuran mengutamakan orang yang lebih tua
dalam bersiwak".[1]
Post a Comment