Aku Bahagia, Agamaku adalah Islam



Aku Bahagia, Agamaku adalah Islam

Saudaraku kaum muslimin, bila kita ditanya : “Apa agamamu ?” Tentu kita akan menjawab dengan mantap : “Agamaku adalah Islam yang haq (benar) !”
Ya, hal itu karena hanya agama Islam agama yang haq, sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah Ta’ala :
﴿ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ [التوبة : 33]
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang haq (benar) untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
Dan agama Islam itu adalah agama yang diridhoi oleh Allah Ta’ala, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya :
﴿ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ [ال عمران : 19]
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam….” (QS Ali Imron : 19)
Bahkan agama Islam ini adalah agama yang sempurna, sebagai nikmat yang besar dari sisi Allah Ta’ala untuk hamba-hamba-Nya. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا [المائدة : 3]
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS Al-Maidah : 3)
Maka siapa saja dari umat manusia ini yang tidak beragama dengan agama Islam, maka Allah Ta’ala tidak akan menerimanya. Sebagaimana hal ini dinyatakan pula dalam firman-Nya :
﴿وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ [ال عمران : 85]
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Ali Imron : 85)
Dalam hadits Abu Huroiroh rodhiyAllahu ‘anhu, Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda : “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman tangan-Nya, tidaklah mendengar tentang aku seorangpun dari umat ini, apakah dia itu Yahudi atau Nasrani, kemudian dia mati dalam keadaan dia tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya (apa yang aku bawa), melainkan dia termasuk penghuni neraka.” (HR Imam Muslim no. 153)  
Dari dalil-dalil tersebut di atas, dapat kita ambil kesimpulan secara ringkas :
  1. Agama yang diridhoi oleh Allah hanyalah agama Islam.
  2. Agama Islam itu adalah agama yang haq (benar), adapun yang selainnya adalah bathil.
  3. Siapa saja yang beragama dengan agama selain Islam, Allah tidak akan menerimanya sama sekali.
  4. Agama Islam ini juga adalah agama yang sempurna dan diridhoi oleh Allah, tidak membutuhkan lagi adanya tambahan atau pengurangan.
  5. Siapapun dari umat manusia ini, yang tidak mau mengikuti agama yang dibawa oleh Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam (yakni agama Islam), dia terancam sebagai calon penghuni neraka, wal ‘iyyadzu billah.
  6. Dalil-dalil tersebut di atas juga menunjukkan pada kita, bantahan bagi orang yang mengatakan semua agama itu adalah baik dan benar. Atau juga bantahan bagi orang yang mengatakan bahwa Yahudi dan Nasrani itu juga agama “samawi” (yang diturunkan dari langit) yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.
Ketahuilah, meskipun memang benar Yahudi dan Nasrani asalnya juga termasuk agama samawi, tetapi mereka kemudian menyimpang dan sesat, hingga Allah Ta’ala pun mengkafirkan mereka semuanya. Ingin bukti ? Perhatikan firman Allah Ta’ala berikut ini :
﴿ لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (٧٢) لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ [المائدة : 73-72]
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga (trinitas)”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS Al-Maidah : 72 – 73)
Perhatikan pula firman Allah Ta’ala berikut ini :
﴿ وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (٣٠)اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ [التوبة : 31-30]

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka itu , bagaimana mereka sampai berpaling ? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS At-Taubah : 30-31)
Saudaraku kaum muslimin, jika kita semua sekarang telah menjadi seorang muslim, maka bersyukurlah kepada Allah, semoga Allah jadikan kita selalu istiqomah di atas agama ini hingga ajal menjemput kita nanti. Sebagaimana yang diperintahkan oleh-Nya :
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [ال عمران : 102]
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imron : 102)
Selanjutnya wahai saudaraku…, hal yang juga perlu bagi kita untuk mengetahuinya adalah memahami apa sesungguhnya makna AGAMA ISLAM itu. Ya, apakah sesungguhnya makna Agama Islam itu ?
Dalam masalah ini, As-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaiminrohimahulloh menerangkan : “Agama Islam dalam makna (pengertian) yang umumadalah “Beribadah kepada Allah dengan apa yang disyari’atkan-Nya sejak Allah mengutus rosul-Nya (yang pertama) sampai hari kiamat nanti.” Sebagaimana hal ini disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam banyak ayat-ayat-Nya, yang menunjukkan bahwa syari’at agama yang terdahulu (yang dibawa oleh para Nabi dan Rosul sebelum Nabi kita Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam ,edt.) semuanya adalah Islam. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentang (doa) Nabi Ibrohim ‘alaihis salam :
﴿ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ [البقرة : 128]

“Ya Tuhan Kami, jadikanlah kami berdua orang yang muslim (tunduk patuh) kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang muslim(tunduk patuh) kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji (manasik haji) kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqoroh : 128)
Adapun agama Islam dalam makna yang khusus adalah : “Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam.” Karena agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam ini menghapus semua (syari’at) agama terdahulu. Sehingga siapa saja yang mengikuti beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam dia adalah seorang muslim, dan siapa yang menyelisihi (syari’at) beliau maka dia bukan seorang muslim.
Para pengikut Rosul-Rosul terdahulu adalah muslimun (orang-orang Islam) di masa Rosul tersebut diutus. Maka orang-orang Yahudi adalah muslimin di masa Nabi Musa ‘alaihis salam, orang-orang Nashoro adalah muslimun di masa Nabi Isa ‘alaihis salam. Adapun setelah diutusnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam tetapi kemudian mereka kufur (mengingkari Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam), maka mereka bukanlah orang-orang muslim.” (Syarh Tsalatsatil Ushul(hal. 20-21), karya Syaikh Al-Utsaimin rohimahulloh)
Selanjutnya pula, hal yang juga perlu bagi kita untuk mengetahuinya adalah memahami apa sesungguhnya makna ISLAM itu. Ya, hal ini karena banyak diantara kaum muslimin yang telah lama beragama Islam tetapi mereka sendiri tidak memahami apa makna Islam itu, sehingga kita banyak melihat kaum muslimin (atau orang-orang yang mengaku sebagai muslim) tetapi masih banyak berbuat kesyirikan (menyekutukan Allah dalam beribadah), banyak yang berakhlak seperti orang-orang kafir, atau banyak yang meremehkan kewajiban agamanya, bahkan banyak yang melakukan perkara yang dilarang dalam agamanya. Itu semua sebabnya adalah karena mereka belum memahami makna Islam yang sebenarnya.
Ketahuilah, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdi rohimahulloh, dalam kitabnya yang masyhur, yakni AL-USHUL ATS-TSALATSAH, beliau menjelaskan tentang makna Islam : “(Islam itu) adalah berserah diri kepada Allah Ta’ala dengan mentauhidkan-Nya (mengesakan-Nya dalam beribadah), tunduk/patuh kepada-Nya dengan melakukan amal ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya.” (Syarh Tsalatsatil Ushul (hal. 68-69), karya Syaikh Al-Utsaimin rohimahulloh)
Artinya, Islam itu mengandung tiga makna tersebut :
  1. Berserah diri kepada Allah, dengan senantiasa mentauhidkan-Nya (mengesakan-Nya) dalam melakukan semua bentuk ibadah, dan tidak berbuat syirik (menyekutukan-Nya) dalam beribadah.
  2. Senantiasa tunduk atau patuh kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan melakukan amal ketaatan kepada-Nya, apakah itu dengan melaksanakan apa yang diperintah-Nya atau dengan menjauhi apa yang dilarang-Nya.
  3. Seorang muslim sejati juga harus menjauhi atau berlepas diri dari semua bentuk kesyirikan, kekufuran atau kebid’ahan dengan berbagai jenisnya, dan juga berlepas diri/menjauhkan diri dari para pelaku kesyrikan, kekufuran atau kebid’ahan tersebut.
Hal itu sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrohim ‘alaihis salam dan para pengikut beliau yang muslim, sebagaimana dijelaskan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam firman-Nya :
﴿ قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ   [الممتحنة : 4]

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:“Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa saja yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS Al-Mumtahanah : 4)
Demikian inilah makna Islam yang sebenarnya. Dengan Islam seperti inilah, insya Allah kita bahagia, kita bangga dan bersyukur kepada-Nya. Alhamdulillah……. Ya Allah, jadikan kami muslim yang kokoh ”. Aamiin….
(Catatan : Tulisan ini, merupakan ringkasan/cuplikan dari pelajaran Kitab “AL-MABADI’UL MUFIDAH FIT TAUHID, WAL FIQH WAL AQIDAH”, karya Syaikh Al-Fadhil Abu Adirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuri hafidzhohulloh, yang disampaikan oleh Al-Ustadz Abu Abdirrohman Yoyok WN, dalam sebuah kajian rutin bulanan di Musholla Al-Haq, Socah, Bangkalan, Madura)

Tidak ada komentar