Menghina Syari’at Islam
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta
keluarga dan seluruh sahabatnya.
Firman
Allah ta’ala:
﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا ﴾ [المائدة:3]
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agamamu.
Dan firman-Nya:
﴿ إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ ﴾ [ال عمران: 19]
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam. (QS. 3:19)
Dan firman-Nya:
﴿ وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ
اْلأِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلأَخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ {85} ﴾ [ال عمران:85]
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia
diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. 3:85)
Dan firman-Nya:
﴿ أَفَغَيْرَ دِينِ اللهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ ﴾ [ال عمران: 83]
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari
agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan
di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka
dikembalikan. (QS. 3:83)
Agama yang dimaksud di atas adalah agama Islam yang
Allah ta’ala mengutus rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihiwasallam
dengannya, ia adalah agama universal untuk semua umat manusia, universal untuk
sepanjang zaman hingga hari kiamat sejak
diutusnya nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihiwasallam,dan agama-agama yang ada
sebelum Islam yang dibawa oleh para rasul juga agama-agama yang
benar, yaitu agama Allah ta’ala, akan tetapi agama Islam datang sebagai
penggantinya (nasikh). Semua penghuni bumi harus meyakini dan masuk
dalam agama Islam, karena hanya itulah agama benar yang tersisa.
Adapun
agama-agama sebelumnya maka sungguh telah dinasakh dengan agama ini,
maka siapa yang masih menganut agama terdahulu ia tidak beriman kepada Allah
ta’ala dan para rasul-Nya, dan tidak pula di atas agama yang benar, karena ia
menganut agama yang sudah dinasakh, dan agama yang sudah dinasakh tidak boleh
dianut, dan bukan merupakan ketaatan kepada Allah ta’ala setelah digantinya, ia
hanya ta’at kepada Allah ta’ala sebelum dinasakh.
Adapun
bila sudah dinasakh maka sudah berakhir pengamalannya dan harus kembali kepada
agama yang menasakh yaitu agama Islam, sama saja dalam hal itu agama Yahudi dan
Nashrani, atau selain mereka dari semua orang kafir dan penduduk di muka bumi.
Siapa pun tidak punya pilihan lain selain masuk ke dalam agama ini –yaitu agama
Islam- yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihiwasallam tatkala Jibril alaihissalam bertanya kepadanya:
‘Beritakanlah kepadaku tentang Islam? Beliau menjawab:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ
وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ الْحَرَامَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ
سَبِيْلًا » [ أخرجه مسلم ]
‘Engkau bersaksi
bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu.’[1]
Lima
perkara yang lima ini: Dua kalimah syahadah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah adalah rukun
rukun Islam yang ia berdiri di atasnya, sebagaimana beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «
بُنِيَ الْإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَاإلهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةَ وَإِيْتَاءِ الزَّكاَةَ وَصَوْمِ
رَمَضَانَ وَحَجِّ بَيْتِ اللهِ الْحَرَامِ» [ أخرجه البخاري ]
‘Islam dibangun di atasnya lima
perkara: bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.’[2]
Ada
berbagai macam kewajiban, ada keta’atan, semuanya adalah pelengkap bagi lima
perkara ini, lima perkara ini adalah pondasi yang berdiri di atasnya bangunan
Islam, ia adalah tiang tiangnya yang dibangun di atasnya, dan ketaatan lainnya
yang tersisa berupa kewajiban dan yang disunnahkan adalah pelengkap dan
penyempurna bagi agama ini. Agama ini, semuanya adalah baik, semuanya adalah
nikmat, karena Allah ta’ala menamakannya nikmat:
﴿ الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي ﴾ [المائدة: 3]
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamuagamamu
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku Al-Maidah: 3
Allah
ta’ala bersaksi bahwa ia adalah agama yang sempurna, dalam arti: tidak ada
kekurangan padanya, sungguh ia telah mencukupi semua yang dibutuhkan hamba
dalam dunia mereka dan di akhirat mereka yang padanya merupakan kebaikan,
keselamatan dan kebahagiaan mereka di sisi Allah ta’ala. Maka agama ini
menjamin bagi orang yang berpegang dengannya dan berjalan di atasnya, memberi
jaminan untuk mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Adapun
orang yang berpaling darinya dan tidak masuk padanya, atau masuk padanya akan
tetapi menyia-nyiakan sebagiannya dan berpegang dengan sebagiannya. Maka yang
tidak masuk padanya sama sekali berarti ia adalah orang kafir calon penghuni
neraka yang kekal di dalamnya, dan yang masuk padanya akan tetapi mengurangi
sesuatu darinya, maka orang ini agamanya kurang sekadar kekurangan darinya,
bisa jadi tidak ada agama baginya apabila kekurangan itu bertolak belakang
dengan dasar agama. Maka orang yang tidak shalat umpamanya, tidak ada agama
padanya, karena ia menyia-nyiakan pondasi Islam.
Demikian
pula yang menyekutukan Allah ta’ala, tidak ada agama padanya, karena syirik
bertolak belakang dengan Islam dan bertentangan.Demikian pula yang melakukan
salah satu pembatal dari pembatal-pembatal Islam dan sebab-sebab murtad, maka
sesungguhya ia keluar dari agama ini, ia menjadi kafir, murtad, sekalipun ia
masih shalat, puasa dan berhaji, selama ia belum bertaubat dari pembatal agama
yang dia lakukan, sesungguhnya pembatal
ini merusak agamanya, dan ia tetap beramal di luar agama dan di luar petunjuk.
Adapun
yang muncul darinya kesalahan atau kekurangan dalam agamanya akan tetapi tidak
sampai kepada batas murtad, seperti para pelaku maksiat misalnya, maka yang
seperti ini tidak keluar dari agama, akan tetapi agamanya kurang dan bisa
menghadapi hukuman serta bisa masuk neraka. Maka bahaya sangat berat dalam hal
ini.
Namun pelanggaran itu bisamengeluarkan
dari agama, maka sesungguhnya bahayanya nyata. Karena sesungguhnya manusia
terkadang melakukan ibadah dan ia mengira bahwa ia berada di atas agama,
padahal sebenarnya ia tidak berada di atas agama karena ia terus melakukan
salah satu pembatal dari pembatal-pembatal agama Islam yang dia belum bertaubat
darinya, dan termasuk pembatal-pembatal ini adalah mengolok-olok agama.
Maka
manusia –sekalipun ia shalat, puasa, dan melakukan amal ibadah- jika ia
mengolok-olok agama sekalipun hanya dengan satu kata atau satu kali, maka
sesungguhnya ia sudah keluar dari agama dan ia menjadi murtad. Ia harus
bertaubat kepada Allah ta’ala dan masuk Islam lagi. Dan jika terus dan tidak
bertaubat maka sesungguhnya ia berada di luar agama.
Dalil hal itu adalah firman Allah ta’ala:
﴿ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ . لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ ﴾ [التوية: 65-66]
Katakanlah:"Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". (QS.
9:65)
Tidak
usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS. 9:66)
Mereka adalah satu golongan dari kaum mukminin yang
mengolok olok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat,
serta mengolok olok agama. Maka turunlah wahyu kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang mengabarkan bahwa mereka murtad dari agama Islam
disebabkan perkataan mereka. Lalu mereka datang meminta maaf kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan berkata: Sesungguhnya kami berbicara sambil bercanda,
kami tidak bermaksud mengolok olok agama, kami hanya ingin bercanda dan
bermain. Maka Allah ta’ala berfirman:
﴿ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ . لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ ﴾ [التوية: 65-66]
Katakanlah:"Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". (QS.
9:65)
Tidak
usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS. 9:66)
Mereka datang meminta maaf dan berkata: ‘Ya
Rasulullah, sesungguhnya kami berbicara hanya sambil bercanda dan bersenang
senang, kami tidak bermaksud mengolok olok agama ini,’ dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak menerima alasan ini dari mereka, beliau hanya
menjawab mereka dengan perintah Allah ta’ala, yaitu firman-Nya:
﴿
قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ . لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ ﴾
Katakanlah:"Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". (QS.
9:65)
Tidak
usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS. 9:66)
Beliau tidak menambah atas jawaban itu dan tidak
menoleh kepada yang meminta maaf kepadanya, tidakmenambah selain membaca ayat
ini, karena Allah ta’ala menyuruh beliau:
﴿ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ . لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ ﴾
Katakanlah:"Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". (QS.
9:65)
Tidak
usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS. 9:66)
Bahayanya sangat berat, karena sebagian manusia
–terutama orang orang bodoh- terkadang sambil bercanda di antara mereka, lalu
masuk ke dalam wilayah agama ini atau orang orang taat beragama dengan sedikit
mengolok olok atau meremehkan, atau mereka berkata: Agama ini sangat berat,
atau ini adalah agama keras, atau ungkapan senada. Maka siapa yang mengucapkan
kata kata ini atau semisalnya, maka ia menjadi murtad dari Islam, sekalipun ia
shalat siang dan malam serta puasa sepanjang tahun.
Apabila
muncul darinya ucapan dari jenis ini seperti mengolok olok agama dan
merendahkan Islam, maka ia menjadi kafir murtad, jika ia tidak bertaubat kepada
Allah ta’ala dengan benar, maka ia hidup di luar agama Islam.
Dan
termasuk hal itu: mengolok olok sesuatu dari nama nama atau sifat sifat Allah
ta’ala, atau mengolok olok shalat, atau zakat, atau puasa, atau haji, atau
mengolok olok sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti
mengolok olok sesuatu yang diriwayatkan dalam hadits shahih dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, seperti siwak, memanjangkan jenggot, mencukur
kumis, dan seperti semua ibadah.
Sekalipun ibadah ini dari yang sunnah dan bukan termasuk yang wajib, apabila
seseorang mengolok oloknya maka ia menjadi murtad, karena ia mengolok olok
agama Allah ta’ala.
Allah
ta’ala menyebutkan tentang orang orang munafik bahwa mereka mengolok olok
agama, seperti dalam firman-Nya:
﴿ وَإِذَا خَلَوْإِلىَ شَيَاطِينِهِمْ ﴾ [البقرة: 14]
Dan bila mereka kembali
kepada syaitan-syaitan mereka,
Maksudnya: apabila orang orang munafik yang mengaku
muslim, apabila pergi kepada orang orang kafir dan Yahudi serta selain mereka,
mereka berkata:
﴿
قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ ﴾ [البقرة: 14]
mereka
mengatakan:"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok". (QS. 2:14)
Mereka berkata: sesungguhnya kami masuk Islam hanya
untuk mengolok olok, bukan sebenarnya. Karena itu kami bersama kalian wahai
orang orang kafir, kami bersamamu di atas agamamu, akan tetapi kami hanya
menipu Muhammad dan para sahabatnya, lalu kami menampakkan keislaman, dan kami
tidak benar dalam hal itu untuk menipu mereka.
Firman Allah ta’ala:
﴿
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ ﴾ [البقرة: 15]
Allah akan (membalas)
olokan-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan
mereka. (QS. 2:15)
Ini hukuman untuk mereka, maka maksud( اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ ): Dia ta’ala membalas olok olokan mereka, sesungguhnya Allah
ta’ala mengolok olok mereka, menghina, merendahkan dan menyiksa mereka.
Dan
di hari kiamat, apabila mereka ingin selamat, karena mereka diberikan sedikit
harapan untuk selamat bersama kaum muslimin, kemudian hal itu diambil dari
mereka. Sebagaimana firman Allah ta’ala:
﴿
يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا
انظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ﴾ [الحديد: 13]
Pada hari ketika orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang
beriman:"Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari
cahayamu".
Ketika orang orang beriman berada di atas cahaya,
sebagaimana firman Allah ta’ala:
﴿ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ ﴾
sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, ... (QS. 66:8)
Mereka berada di atas cahaya dan orang orang kafir
di atas kegelapan, karena tidak ada iman bersama mereka, mereka tidak tahu apa
yang ada di bawah kaki mereka.
Orang
orang munafik diberikan sedikit cahaya di awalnya untuk mengolok olok mereka,
lalu mereka merasa bahagian, kemudian diambil dari mereka, lalu mereka berada
di atas kegelapan. Ketika itulah mereka meminta pertolongan kepada orang orang
beriman, mereka berkata: (انظُرُونَا ) :Maksudnya: tunggulah kami hingga kami
menyusul kalian dan meminta cahaya dari kalian. Mereka meminta kaum muslimin
berhenti hingga mereka bisa menyusul dan mendapat cahaya dari cahaya mereka:
﴿ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَآءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ
بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِن
قِبَلِهِ الْعَذَابُ ﴾ [الحديد: 13]
Dikatakan (kepada
mereka):"Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya
(untukmu)".Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di
sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (QS. al-Hadid:13)
Seperti inilah Allah ta’ala memutuskan di antara
makhluknya pada hari kiamat: memisahkan ahli iman dari ahli nifaq, ahli iman
berada di surga dan di atas cahaya, dan ahli nifaq dan orang kafir di dalam
kegelapan dan di dalam neraka:
(. يُنَادُونَهُمْ): Maksudnya orang orang munafik berseru
kepada kaum muslimin:
( أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ): Maksudnya
semasa di dunia, bukankah kami shalat, puasa dan berhaji bersama kalian?
Maka orang orang beriman menjawab:
﴿ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ
وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ اْلأَمَانِيُّ حَتَّى جَآءَ أَمْرُ اللهِ وَغَرَّكُم
بِاللهِ الْغَرُورُ ﴾ [الحديد: 14]
Mereka menjawab:"Benar,
tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu
ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan
Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.
(QS.al-Hadid:14)
Gharur: adalah syetan.
)
فَالْيَوْمَ لاَيُؤْخَذُ مِنكُمْ فِدْيَةٌ(
Maka pada hari ini
tidak diterima tebusan dari kamu Maksudnya tidak diterima dari
manusia bahwa ia memberi dirinya dengan harta.
)
فَالْيَوْمَ لاَيُؤْخَذُ مِنكُمْ فِدْيَةٌ وَلاَمِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا (
Maka pada hari ini
tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir.Maksudnya:
kalian dan orang orang kafir adalah sama.
﴿ مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلاَكُمْ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ ﴾ [الحديد: 15]
Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat
berlindungmu.Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali. (QS. al-Hadid:15)
Perkaranya sangat berbahaya.
Maka yang wajib terhadap seorang muslim: agar ia
menghormati Islam, mengagungkan Islam dan perintah perintah agama, janganlah ia
mengolok olok sedikitpun dari agama Islam, sekalipun hanya dalam perkara
sunnah, namun ia harus mengagungkan agama.
Firman Allah ta’ala:
﴿
ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ ﴾ [الحج: 32]
Dan barangsiapa
mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan
hati. (QS. Al-Hajj:32)
Dan firman Allah ta’ala:
﴿ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ ﴾ [الحج: 30]
Dan barangsiapa mengagungkan
apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi
Rabbnya. (QS. al-Hajj:30)
Yang wajib: mengagungkan agama, mengagungkan
perintah perintah syara’ dan larangan larangan dan menghormatinya. Demikian
pula wajib menghormati orang orang beriman, maka tidak boleh bagi seorang
muslim mengolok olok saudaranya sesama muslim.
Bahkan,
apabila orang orang kafir mengolok olok kaum muslimin, maka sesungguhnya di
hari kiamat kondisinya akan berbalik, firman Allah ta’ala:
﴿ إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا
كَانُوا مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا يَضْحَكُونَ ﴾ [المطففين: 29]
Sesungguhnya orang-orang
yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang
yang beriman. (QS. al-Muthaffififin:29)
Maksudnya di dunia.
﴿ وَإِذَا
مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ ﴾ [المطففين: 30]
Dan apabila orang-orang
beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. (QS. al-Muthaffififin:30)
Satu sama lain saling mencolek di antara mereka,
karena mengolok olok, menghina dan merendahkan kaum muslimin.
﴿ وَإِذَا
انْقَلَبُوا إِلىَ أَهْلِهِمُ انقَلَبُوا فَاكِهِينَ ﴾
[المطففين: 31]
Dan apabila orang-orang
berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. (QS. al-Muthaffififin:31)
Maksudnya: apabila orang orang kafir pulang ke rumah
mereka:
(فَاكِهِينَ) Mereka berbicara
di rumah: kami telah mengolok olok kaum muslimin, kami mengganggu mereka.
Mereka merasa bangga bahwa mereka mengganggu kaum muslimin.
) وَإِذَا رَأَوْهُمْ (
Dan apabila mereka melihat
orang-orang mu'min,
Apabila orang orang kafir melihat kaum muslimin:
)قَالُوا
إِنَّ هَآؤُلآَءِ لَضّآلُّونَ (
mereka
mengatakan:"Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang
sesat", (QS. al-Muthaffififin:32)
Mereka berkata: sesungguhnya kaum muslimin salah
dalam beragama. Seharusnya mereka menyatu bersama manusia, tidak bersikap
keras, karena mereka memandang agama sangat keras. Seharusnya mereka bersikap
toleransi bersama manusia. Hidup bersama manusia, sekalipun mereka berada di
atas kekafiran dan yang diharamkan. Mereka sesat dan salah dalam keagamaan
mereka dan dalam berpegangnya mereka dengan agama.
Firman Allah ta’ala:
﴿ وَمَآأُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ ﴾ [المطففين: 33]
padahal orang-orang yang
berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mu'min. (QS. al-Muthaffififin:33)
Allah ta’ala tidak menjadikan orang orang kafir
sebagai pengawas kaum muslimin, mengkritik mereka. Dan Allah ta’ala tidak
menjadikan mereka sebagai penjaga dan menerima pesan terhadap kaum muslimin.
Kemudian Allah ta’ala menjelaskan kesudahan:
﴿ فَالْيَوْمَ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ ﴾ [المطففين: 34]
Maka pada hari ini,
orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, (QS. al-Muthaffififin:34)
Di hari kiamat, orang orang kafir berada dalam
siksaan dan kehinaan, dan kaum muslimin dalam kemuliaan, ketinggian dan surga.
Menengok dari surga dan melihat kepada orang orang kafir dan mereka di neraka
dalam siksaan, lalu mereka (kaum muslimin) mentertawakan orang orang kafir,
sebagai balasan perbuatan mereka.
﴿ فَالْيَوْمَ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ ﴾ [المطففين:34]
Maka pada hari ini,
orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, (QS. al-Muthaffififin:34)
Sebagaimana orang orang kafir mentertawakan kaum
muslimin di dunia, maka sesungguhnya kaum muslimin di hari kiamat akan
mentertawakan orang orang kafir yang berada di neraka.
﴿ عَلَى اْلأَرَآئِكِ يَنظُرُونَ ﴾ [المطففين:35]
mereka (duduk) di atas
dipan-dipan sambil memandang. (QS. al-Muthaffififin:35)
Mereka menengok mereka dari kamar kamar yang tinggi
di surga, di atas tempat tempat duduk yang tinggi, memperhatikan orang orang
kafir dan musuh musuh mereka yang telah mengganggu mereka semasa di dunia,
sedangkan mereka (orang orang kafir) sedang disiksa di neraka dan terhina, maka
mereka mentertawakan mereka.
﴿ هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَاكَانُوا يَفْعَلُونَ ﴾ [المطففين: 36]
Sesungguhnya orang-orang
kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. al-Muthaffififin:36)
Ya, orang orang kafir dibalas sesuai perbuatan
mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak boleh mengolok olok
agama, tidak pula terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
tidak pula terhadap sesuatu dari al-Qur`an, tidak pula terhadap sesuatu dari
hadits hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak boleh
mengolok olok kaum muslimin atau individu dari kaum muslimin.
Bahkan, wajib menghormati agama dan ahli agama,
karena mereka adalah hamba hamba Allah ta’ala yang beriman, karena mereka mulia
di sisi Allah ta’ala. Allah ta’ala telah memuliakan mereka dengan Islam, maka
tidak boleh menghina dan merendahkan mereka, tidak boleh mengolok olok mereka,
maka sesungguhnya hal itu akan menjadi malapetaka terhadap pelakunya di dunia
dan akhirat.
Maka orang yang mengolok olok: dia yang menjadi
terhina di dunia dan akhirat.
Adapun yang diolok olok, maka sesungguhnya hal ini
tidak membahayakannya selama dia berada di atas kebenaran, selama dia berada di
atas jalur agama. Sesungguhnya tidak merugikannya orang orang mengolok oloknya,
sesungguhnya hal itu akan berpulang kepada pelakunya dan yang mengatakannya.
Kesimpulannya: sesungguhnya mengolok olok agama
Allah ta’ala, meremehkan agama atau merendahkan sesuatu dari perintah perintah
Allah ta’ala, atau taat dipandang murtad dari agama Islam. Demikian pula
merendahkan orang orang yang taat beragama, merendahkan kaum muslimin dan
mukminin, merendahkan ulama, merendahkan orang orang baik dan mengolok olok
mereka, semuanya masuk dalam bab yang berbahaya ini.
Maka
wajib terhadap seorang muslim: menjaga lisannya, menghormati agamanya,
menghormati ulama Islam, menghormati tokoh tokoh agama, menghormati setiap
muslim yang hidup di atas muka bumi, menghormati dan mencintai mereka karena
Allah ta’ala, membesarkan mereka. Demikian pula yang lebih utama lagi,
menghormati agama, perintah perintahnya, sunnah dan kewajiban. Menghormati hal
itu dan membesarkannya. Tidak mengolok olok sedikitpun darinya, atau
merendahkan sesuatu dari agama Allah ta’ala. Maka jika ia melakukan sesuatu
dari hal itu maka ia wajib bertaubat kepada Allah ta’ala dan menyelamatkan
dirinya dari bahaya sebelum terlambat dan tertutup pintu taubat di wajahnya,
kemudian ia menjadi orang yang merugi. Perkara dalam hal ini sangat berat.
Kita
memohon kepada Allah ta’ala agar menjaga kita dari terjerumus dalam perkara
yang berbahaya ini, dan semoga Dia menjadikan kami dan kamu termasuk orang yang
mengontrol lisannya dan menahannya dari berbicara yang tidak boleh.
Sesungguhnya ucapan sangat berbahaya. Terkadang manusia meremehkan ucapan,
padahal ucapan mempunyai pengaruh/dampak, bisa jadi dampak baik, jika ucapannya
baik, dan bisa jadi dampak buruk, jika ucapan yang buruk.
Firman Allah ta’ala:
﴿ مَّايَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ ﴾ [ق: 18]
Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaf:18)
Ucapan manusia diperhitungkan, jika baik niscaya
Allah ta’ala menambah ketinggiannya:
﴿
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ﴾ [فاطر: 10]
Kepada-Nyalah
naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.. (QS. Fathir:10)
Dan jika ucapan yang buruk, maka akibat buruknya
akan berpulang kepada yang mengatakannya, sebagaimana disebutkan dalam hadith:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى
وُجُوْهِهِمْ أو قال: عَلَى مَنَاخِرِهِمْ –
إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ » [ أخرجه أحمد والترمذي وابن ماجه ]
“Dan tidaklah menjerumuskan manusia di neraka di
atas wajah mereka –atau beliau bersabda: di atas hidung mereka selain hasil
ucapan lisan mereka.’[3]
Terkadang manusia mengucapkan satu kata yang menjadi
sebab kebinasaannya untuk selamanya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ
مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَيُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا
بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ » [أخرجه البخاري]
“Sesungguhnya seorang laki laki berbicara satu
kalimat dari kemurkaan Allah ta’ala yang dia tidak memperdulikannya, ia
terjatuh di neraka lebih jauh dari pada jarak antara Timur dan Barat.’[4]
Satu kata yang menyebabkan kemurkaan Allah ta’ala,
apabila manusia mengucapkannya, sekalipun ia tidak memperdulikannya dan mengira
bahwa ia sangat mudah/ringan, maka sesungguhnya ia terjerumus dalam api neraka
lebih jauh dari pada jarak di antara Timur dan Barat, maka bagaimana dengan
kata kata yang sangat banyak? Perkaranya sangat berat. Firman Allah ta’ala:
﴿ إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم
مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ ﴾ [النور: 15]
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut
ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit
juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah
adalah besar. (QS. an-Nur:15)
Kita wajib menjaga lisan kita dan hendaklah kita
tidak berbicara kecuali dengan kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باِللهِ
وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» [ أخرجه البخاري ]
“Siapa yang beriman kepada Allah ta’ala dan hari
akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau hendaklah ia diam.”[5]
Sesungguhnya
bila manusia tidak berbicara niscaya ia selamat, akan tetapi bila ia berbicara
yang batil maka sesungguhnya ia binasa. Apabila ia menahan lidahnya tentu ia
selamat. Maka manusia, bisa jadi ia berbicara yang baik maka ia naik, dan bisa
jadi ia berbicara yang buruk maka ia binasa, dan bisa jadi ia diam, maka tidak
berguna baginya dan tidak berbahaya.
Inilah,
kita memohon kepada Allah ta’ala agar memberi taufik kepada kita ke arah yang
baik, istiqamah dan lurus. Dan semoga Dia memberi rizqi kepada kita agar
berpegang dengan agama ini, memberi kami dan kalian kebersihan lisan dari
ucapan yang keji/kotor, ucapan jelek, dan ucapan yang dampak buruknya berpulang
kepada yang berbicara.
Semoga Allah ta’ala memberi rahmat
kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Post a Comment