Syarat- Syarat Ibadah yang Benar
Syarat- Syarat Ibadah yang Benar
Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Yang telah menyempurnakan agama-Nya,
menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita, meridhoi islam sebagai agama kita, dan
memerintahkan kita agar berpegang denganya hingga mati:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
" Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam." (QS: Ali Imron: 102).
Dan wasiat
Ibrahim dan Ya'qub kepada anaknya:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ
اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
" Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam"
(QS: al-Baqroh: 132)
Allah
menciptakan Jin dan manusia agar beribadah kepada-Nya, Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
" Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku"
(Adz-Dzariyaat: 56). Dan dalam pada itu terdapat kemuliaan, kehormatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat, karena sangat membutuhkan tuhanya,
mereka tidak pernah bisa berlepas dari kebutuhan kepada-Nya meski sekejap,
sedang Dia tidak membutuhkan mereka dan tidak pula membutuhkan ibadah mereka.
Sebagaimana
firman - Nya:
" Jika
kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu" (QS:
Az-Zumar: 7).
Dan berfirman:
" Dan
Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya
mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya] lagi Maha Terpuji."
(QS: Ibrahim: 8).
Ibadah adalah: mendekatkan diri kepada Allah
SWT dengan sesuatu yang disyariatkan baik berupa amalan, atau perkataan
yang nampak maupun yang tidak nampak. Dan ibadah adalah hak Allah SWT atas
hamba-hamba-Nya dan manfaatnya kembali kepada meraka, barang siapa enggan untuk
beribadah kepada Allah SWT maka ia adalah sombong, dan barang siapa beribadah
kepada Allah SWT dan beribadah pula kepada selain-Nya mak ia musyrik, dan
barang siapa beribadah kepada Allah saja dengan sesuatu yang tidak disyariatkan
maka ia adalah pelaku bid'ah, dan barang siapa beribadah kepada Allah saja
dengan sesuatu yang disyariatkan maka ia adalah mukmin yang bertauhid.
Dan
dikarenakan hamba sangat membutuhkan ibadah, dan tidak mungkin mereka dapat
mengerti hakekat ibadah sebagaimana yang diinginkan Allah SWT dan yang sesuai
dengan agama-Nya, maka Dia tidak menyerahkan hal itu kepada mereka, akan unkan
kitab-kitab untuk menjelaskan hakekat ibadah, sebagaimana Allah berfirman:
" Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS: an-Nahl; 37),
dan berfirman:
" Dan
Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS: al-Anbiya': 25). Barang siapa
menyimpang dari ibadah apa yang telah dijelaskan Rasul dan diturunkan
tentangnya kitab-kitab, dan menyembah Allah menurut selerahnya dan selera hawa
nafsunya serta hiasan setan manusia dan jin, maka sungguh telah tersesat dari
jalan Allah, dan ibadahnya bukan merupakan ibadah kepada Allah SWT, melainkan
iabadah kepada hawa nafsunya:
" Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan
tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun" (QS: Al-Qashash: 50). Dan
golongan semacam ini banyak terdapat dalam manusia, dan khususnya kaum nasrani
dan kelompok-kelompok yang sesat dari umat ini, mereka menjalankan banyak model
ibadah untuk diri mereka dengan sesuatu yang menyimpang dari syariat Allah SWT,
dan hal ini akan jelas dengan menjelaskan hakekat ibadah yang Allah SWT
syariatkan melalui Rasulullah saw, agar jelas bahwa semua yang menyimpang itu
adalah batil, dan barang siapa yang beranggapan bahwa orang yang melakukanya dapat
mendekatkan diri kepada Allah, maka ia sesungguhnya menjauhkanya dari Allah.
Sesungguhnya
ibadah yang Allah SWT syariatkan dibangun di atas prinsip-prinsip dan
dasar-dasar yang kokoh, yang terangkum dalam hal-hal berikut:
Pertama: Bahwa ibadah adalah tauqifiyah,
artinya tidak ada celah bagi akal untuk ikut campur di dalamnya, yang memiliki
otoritas untuk membuat syariat hanyalah Allah SWT, atau Rosulullah saw,
sebagaimana yang Allah firmankan kepada Nabi-Nya:
" Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui
batas" (QS: Huud: 112).
Dan firmanya:
"
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu
orang-orang yang tidak mengetahui." (QS: Al-jaatsiyah: 18), Dan firmanya
tentang Nabi-Nya: " Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku". (QS: Al-An'aam: 50)
Kedua: Ibadah harus ikhlas karena
Allah SWT, bersih dari noda-noda syirik, sebagaimana Dia berfirman:
"
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya" (QS: AL-Kahfi: 110)
Jika Ibadah
bercampur dengan kesyirikan, maka kesyirikan itu dapat menghapusnya, Allah SWT
berfirman:
"
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan
yang telah mereka kerjakan." (QS: Al-An'aam: 88).
" Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu.
Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS: Az-Zumar: 65).
Ketiga: Yang harus menjadi tauladan
dan pemberi penjelasan tentang ibadah adalah Rasulullah saw, sebagaimana Allah
SWT berfirman:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ
"
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu" (QS: Al-Ahzab: 21), dan berfirman:
ومَاءَ
اتاكُمُ الرّسُولُ فَخُذُوهُ وما
نَهاكُم عَنهُ فانَتّهُوا
" Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah" (Qs: Al-Hasyr: 7), dan Rosulullah saw bersabda: "
Barang siapa melakukan amalan yang tidak ada tuntunanya dari kami, maka ia
tertolak", dan bersabda: " Solatlah kalian sebagaimana aku
solat", dan bersabda: " Ambilah dariku manasik kalian", dan
nash-nash yang lain yang menunjukan kewajiban mencontoh Rasulullah saw, bukan
mencontoh yang lain.
Keempat: Ibadah itu memiliki batas
waktu dan ukuran yang tidak boleh dilampaui, seperti solat, Allah SWT
berfirman:
إن
الصّلاةَ كانَتَ على المُؤمِنِينَ كِتاباً
مَوقُوتاً
"
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman." (QS: An-Nisa': 103), dan seperti haji, Allah
berfirman:
الحَجُ
أشهُرٌ مَعلومَاتٌ
" (Musim)
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi" (QS: Al-Baqoroh: 197), dan
seperti puasa, Allah SWT berfirman:
شَهرُ
رمَضَانَ الّذي أنزلَ فيهِ القُرءَانُ هُدًى
للنّاسِ وبَيناتٍ مِنَ الهُدى والفُرقان فَمنَ شَهدَ مِنكُمُ الشَهرَ
فليَصُمهُ
"
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa" (Qs: Al-Baqarah:
185), maka semua ibadah ini tidak akan sah kecuali jika dilakukan di
waktu-waktunya.
Kelima: Ibadah harus dibangun di atas
kecintaan kepada Allah SWT, menghinakan diri kepada-Nya, takut dan mengharap
kepada-Nya, Allah berfirman:
أولئِكَ
الّذِينَ يَدعُونَ يَبتَغُونَ إلى
رَبِهِمُ الوَسِيلَةَ أيّهُم أقرَبُ وَيَرجُونَ رَحمَتَهُ ويًخافُونَ عَذابَهُ
"
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan
mereka[857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya". (Qs: Al-Isro': 57), dan
berfirman tentang para Nabi-Nya:
إنّهُم
كَانُوا يُسَارِعُونَ في الخَيَراتِ
ويَدَعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وكانُوا لنا خَاشِعِينَ
"
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.
(QS: Al-Anbiyaa': 90), dan berfirman:
قُلْ
إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ
رَّحِيمٌ . قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ
الْكَافِرِينَ
"
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Katakanlah: Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling,
maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (QS: Ali Imran:
31,32).
Allah SwT
menyebutkan cirri-ciri mencintai Allah dan buah-buah yang dihasilkan dari
mencinytai-Nya.
Adapun
cirri-cirinya adalah: Mengikuti Rosulullah saw, taat kepada Allah SWT, dan taat
kepada Rosulullah saw.
Adapun buahnya:
Mendapatkan cinta Allah SWT, mendapatkan ampunan-Nya dan rahmat dari-Nya.
Keenam: Bahwa ibadah tidak akan gugur
dari seorang mukalaf sejak ia baligh berakal hingga wafat, allah SWT berfirman:
وَلاَ
تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
" Dan
janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan islam" (QS; Ali Imron:
102), dan bersabda:
واعَبدَ
ربَكَ حتَى يأتِيك الَيقِين
" Dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS:
Al-Hijr: 99).
Ibadah itu
memilki ragam: Ia adalah sesuatu yang mencakup seluruh yang dicintai dan
diridhoi Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang zohir atau
yang bathin.
Solat, zakat,
puasa dan haji adalah jenis-jenis ibadah yang teragung, semuanya adalah
rukun-rukun islam, begitu pula sifat-sifat yang terpuji dan akhlak yang utama
adalah bagian dari ibadah, seperti perkataan jujur, menunaikan amanat, berbakti
kepad orang tua, silaturahim, menepati janji, nasehat, amar ma'ruf nahi
mungkar, jihad, berbuat baik kepada tetangga dan anak yatim, orang miskin,
budak dan hewan, berdoa, dzikir, membaca al-qur'an, mencintai Allah SWT dan
Rosul-Nya, takut kepada-Nya, bertaubat, mengikhlaskan(memurnikan) agama
untuk-Nya, sabar dalam mensikapi ketentuan-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, ridaho
terhadap qodho'-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya dan takut akan
azab-Nya, seluruh amal dalam agama masuk dalam kategori ibadah, dan ibadah yang
teragaung adalah menjalankan segala yang diwajibkan Allah dan menjauhi segala
yang dilarang-Nya, Rosulullah saw bersabda dalam hadits qudsi yang ia
riwayatkan dari Tuhan Yang Maha Mulia dan Agung:
وما تقرب إلي عبدي بمثل أداء ما افترضته
عليه
" Dan
tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan yang sepadan dengan
menjalankan apa yang Aku wajibkan kepadanya"
Menjalankan amalan-amalan
fardhu adalah sebaik-baik amalan, sebagaimana amirul mukminin Umar bin Khottob
pernah mengatakan: " Sebaik-baik amal adalah menjalankan apa yang
difardhukan Allah, waro'(menahan diri) dari apa yang Dia haramkan dan mengharap
dengan penuh kejujuran apa yang ada di sisi Allah, karena Allah SWT tidaklah
mewajibkan kepada hamba-Nya amalan-amalan fardhu melainkan untuk mendekatkan
mereka kepada-Nya, mewujudkan untuk mereka keridhoan dan rahmat-Nya, dan
amalan-amalan fardhu yang sifatnya badaniyah paling agung yang dapat
mendekatkan kepada Allah adalah solat, sebagaimana Allah SWT berfirman:
وَاسْجُدْ
وَاقْتَرِبْ
" Dan
sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)."
Dan Nabi saw
bersabda:
أقرب
ما يكون العبد من ربه هو ساجد
" Posisi
hamba yang paling dekat kepada Tuhanya adalah tatkalah ia bersujud"
Dan bersabda,
yang artinya: " Jika salah seorang dari kalian solat, maka sesungguhnya ia
sedang bermunajat dengan tuhanya", namun solat menjadi ringan timbanganya
bagi kebanyakan manusia dewasa ini, sebagaimana Allah SWT berfirman:
فَخَلَفَ
مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا
الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً . إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ
صَالِحاً
" Maka
datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali
orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh" (QS: Maryam: 59,60).
Dan anehnya,
sebagian dari mereka atau kebanyakanya menjalankan amalan-amalan sunnah sedang
ia menyia-nyiakan solat, anda bisa melihat mereka menunaikan haji dan umroh,
namun menyia-nyiakan solat, ada juga dari mereka yang banyak bersedekah dan
member, namun tidak menunaikan zakat yang wajib, ada juga di antara mereka
orang-orang yang baik akhlaknya kepada manusia, namun durhaka kepada orang tua,
memutuskan silaturahim dan buruk prilakunya terhadap istri, dan tidak diragukan
bahwa adil terhadap yang dipimpin adalah termasuk fardhu-fardhu yang wajib,
baik yang dipimpin itu adalah masyarakat secara umum seperti kepala Negara, ataupun
yang dipimpin itu dalam wilayah yang khusus seperti seorang laki-laki terhadap
rumah tangganya, Rosulullah saw bersabda: " Setiap dari kalian adalah
pemimpin, dan setiap dari kalian adalah bertanggung jawab terhadap yang
dipimpinya", dan dalam sohih Muslim dari Abdullah bin Umar r.a. dari Nabi
saw, ia bersabda:
إن
المقسطين عند الله على منابر من نور على
يمين الرحمن، وكلتا يديه يمين، الذين يعدلون في حكمهم وأهليهم وما ولوا
"
Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar
dari cahaya di sisi kanan Yang Maha Rahman, dan kedua tangan-Nya adalah kanan,
yaitu orang-orang yang adil dalam kepemimpinanya dan dalam kelurga serta
orang-orang yang mereka pimpin"
Dan bentuk
perhatian kepada keluarga dan anak-anak yang terbaik adalah memerintahkan
mereka kepada yang ma'ruf dan mencegah mereka dari yang mungkar, mewajibkan
mereka melaksanakan solat, melarang mereka mendengar nyanyian-nyanyian,
alat-alat music, seruling-serulung, menonton film porno, dan film-film yang memuat
pemikiran-pemikiran yang diracuni, atau yang melalaikan dari ketaatan kepada
dan dzikir kepada-Nya, dan sebagian orang tua yang tidak dewasa membawa
penyakit-penyakit ini ke dalam rumah mereka dan membiarkanya merusak akhlak
anak-anak dan istri-istri mereka.
Sesungguhnya
hamba-hamba Allah yang sebenarnya adalah: Mereka yang memakmurkan rumah-rumah
mereka dengan ketaatan kepada Allah, mendidik anak-anak dan istri-istri
mereka agar taat kepada Allah:
والذّينَ
يَبِيتُونَ لِرَبّهِم سُجّداً وقَياماً
(64) والذّينَ يَََقُولُونَ رَبّنَا اصرِفَ عَنّا عَذَابَ جَهَنّمَ إن عَذابَها كَانَ غَرَاماً (65) إنّها
سَاءَت مستَقَراً ومُقَاما
" Dan
orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka,
Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami,
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal, Sesungguhnya jahannam
itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman" (QS: AL-Furqaan:
64,65,66). Sesungguhnya hamba-hamba Allah adalah mereka yang berdoa kepada
Allah agar mermperbaiki istri dan keturunan mereka:
والذّينَ
يَقُولُون رَبّنا هِبَ لنا مِن أزوَاجِنَا
وذُرِيَاتنَا قُرّة أعيّن واجَعَلنَا للمُتَقِين إمَامَا
" Dan
orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang yang bertakwa" (QS: Al-furqaan: 74).
Sesungguhnya
ibadah itu tidak terbatasi dengan satu definisi yang sempit, namun ia mencakup
segala yang Allah syariatkan, baik berupa perkataan, amalan maupun niat, karena
niat mencakup perkataan lisan, gerakan raga dan maksud-maksud hati, bahkan ia
mencakup seluruh kehidupan muslim hingga makan, minum dan tidurnya, jika ia
berniat dengan amalan-amalan itu memperkuat diri agar mampu melaksanakan
ketaatan kepada Allah, bahkan ia mencakup pula hubungan suami-istri jika ia
niatkan agar menjaga kesucian diri dari yang haram, sebagaimana Nabi bersabda:
إن
بكل تسبيحة صدقة، وكل تكبيرة صدقة، وكل
تحميدة صدقة، وكل تهليلة صدقة، وأمر بمعروف صدقة ونهي عن منكر صدقة، وفي بضع أحدكم صدقة. قالوا:
يارسول الله، أيأتي أحدنا شهوته ويكون له
فيها أجر؟ قال: { أرأيتم لو وضعها في حرام أكان عليه
وزره فكذلك إذا وضعها في الحلال كان
له أجر
"
Sesungguhnya setiap tasbih adalah sodaqoh, setiap takbir adalah sodaqoh, setiap
tahmid adalah sodaqoh, setiap tahlil adalah sodaqoh, dan amar ma'ruf adalah
sodaqoh, nahi mungkar adalah sodaqoh, dan dalam kemaluan salah seorang kalian
adalah sodaqoh. Para sahabat bertanya: Ya
Rosulullah, apakah salah seorang dari kami memenuhi syahwatnya lalu baginya
pahala di dalamnya?, Rosul bersabda:" Tahukah kamu jika ia meletakanya
pada yang haram, bukankah ia berdosa? Maka begitu pula jika ia meletakan pada
yang halal, baginya pahala juga".
Dan dalam
hadits Abu Hurairoh dari Nabi saw, ia bersabda:
كل
يوم تطلع فيه الشمس تعدل بين اثنين صدقة،
وتعين الرجل في دابته صدقة فتحمله عليها أو ترفع له عليها متاعة صدقة والكلمة الطيبة صدقة، وبكل خطوة تمشيها إلى
الصلاة صدقة، وتميط الأذى عن الطريق صدقة
" Setiap
hari matahari terbit anda berbuat adil terhadap dua orang adalah sodaqoh, anda
membantu orang dalam kendaraanya adalah sodaqoh, anda menumpangkanya di atas
kendaraan atau mengangkat barangnya di atas kendaraan adalah sodaqoh, kalimat
yang baik adalah sodaqoh, setiap langkah anda berjalan kepada solat adalah sodaqoh,
menyingkirkan rintangan dari jalan adalah sodaqoh" (HR: bukhori Muslim)
Bertakwalah
kalian wahai hamba-hamba Allah, dan beribadahlah kepada-Nya seperti yang ia
perintahkan. Allah SWT berfirman:
ياأيها
النَاسُ اعبُدُا ربّكُمُ الذي خَلقَكُم
والذّينَ مِن قَبلِكُم لعلَكُم تَتّقٌونَ (21) الذي جَعَلَ لَكُمُ الأرضَ فِراشاً والسَمَاءَ بِنَاءً وأنَزَلَ
مِنَ السَمَاءِ مَاءً فأخَرجَ بِهِ مِنَ الثمَراتِ
رِزقاً لَلُم فَلا تَجعَلُوا لِلهِ أندَاداً وأنتُم تَعلَمُونَ
" Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu;
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui ". (QS: Al-Baqarah: 21,22).
Post a Comment