Taufiq



Taufiq
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:
Sesungguhnya seorang hamba tidak akan pernah terlepas dari taufiq Allah Azza Wa Jalla baik di dunia ataupun di akherat. Firman Allah Ta'ala:

21.  "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. sekiranya tidaklah Karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".[1]
Maka barangsiapa yang diberikan taufiqNya oleh Allah sehingga dia bisa membersihkan dirinya maka sungguh dia telah beruntung dan menang.Firman Allah Ta'ala:

14.  Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)[2],
Dan tingaktan taufiq Allah yang paling tinggi bagi hambaNya adalah Allah memberikan bagi seseorang rasa cinta terhadap keimanan dan ketaatan dan ditanamkan di dalam pribadinya rasa benci terhadap kekufuran dan kemaksiatan. Tingkatan inilah yang telah didapatkan dan dianugrahkan oleh Allah kepada para shahabat Nabi saw. Seperti yang disebutkan di dalam firman Allah Ta'ala:

7.  Dan Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,[3]
Ibnul Qoyyim rahimhullah berkata: "Allah berbicara kepada para hambaNya yang beriman. Dia berkata: Seandainya kalaulah bukan karena taufiqKu bagi kalian niscaya jiwa-jiwa kalian tidak tunduk terhadap keimanan. Keberadaan  iman itu bukan karena kesepakatan kalian dan bubkan pula karena usapay pribadi-pribadi kalian. Akan tetapi Aku telah menjadikanya dicintai oleh kalian dan menghiasinya di dalam hati-hati kalian dan Aku memberikan rasa benci kepada kalian lawan keimanan dari kekufuran dam kefasikan".[4]
Dan taufiq ini termasuk perkara yang tidak dimohon keecuali dari Allah, sebab tiada seorangpun yang mampu memberikannya kecuali Allah, dan barangsiapa yang memintanya kepada selain Allah maka dia pasti kecewa. Firman Allah swt:

56.  Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya…", QS. AL-Qashash: 56
Hidayah yang disebutkan oleh Allah di dalam ayat di bawah ini disebt sebagai hidayatut taufiq, Syu'aib berkata:

" …dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya-lah Aku kembali". QS. Huud: 88.
Ibnl Qoyyim rahimhllah berkata: Orang-orang yang mengenal Allah bersepakat bahwa  yang dimaksud dengan taufiq adalah bahwa Allah tidak menyerahkan urusanmu kepada dirimu sendiri, dan kekecewaan adalah Allah membiarkanm mengurusi dirim sendiri". Madarijus salikin: (1/445).
Dalam makna inilah Nabi saw menegaskan dari Abi Bakroh ra berkata: Raslullah saw bersabda: Do'a orang yang sedang dalam kesusahan: Ya Allah, rahmatMulah yang aku harapkan, maka janganlah engaku menyerahkan  urusan pribadiku kepada diriku walau sekejap mata, perbaikilah semua urusanku tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah". Sunan Abi Dawud 4/423 no: 5090. Dishahihkan oleh Al-Al-Bani di dalam Al-Jami'us shagir no:3388.
Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah anggapan sebgaian orang bahwa orang yang diberikan oleh Allah sekumpulan harta, atau jabatan atau kedudukan atau yang lainnya dari perkara-perkara duniawi bahwa dirinya telah diberikan taufiq. Perkaranya beukan seperti apa yang mereka duga, sebab dunia ini diberikan oleh Allah kepada orang yang dicintai oleh Allah dan orang yang tidak dicintaiNya, dan Allah telah menyinggung masalah ini dan perkara ini bukan sepertia apa yang diduga oleh manusia. Firman Allah Ta'ala:

15.  Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan berkata: "Tuhanku Telah memuliakanku".
16.  Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku".[5]
Yang benar adalah bahwa orang yang diebrikan taufiq adalah mereka yang apabila diberikan kekuasaan dan kedudukan maka dia memanfaatkan kekuasaan tersebut dalam menggapai ridha Allah, membela agama, dan memberikan manfaat kepada saudaranya. Dan jika dia dikaruniai harta maka dia mengambil yang halal dan dan menyalurkannya dalam ketaatan kepada Allah, sebab hikmah Allah menuntut agar setiap hamba diuji, dan orang yang mendapat taufiq adalah orang yang apabila dianugrahkan dari karuniaNya maka dia bersyukur kepadaNya dan dan orang yang terlantar adalah orang yang apabila diberikan dari karunia Allah maka dia melampaui batas dan kafir. Firman Allah Ta'ala:

6.  Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, 7.  Karena dia melihat dirinya serba cukup".[6]
Allah berfirman tentang Nabi Sulaiman alahi salam:

40.  "…iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Tafiq Allah bagi hambaNya terwujud dalam beberapa realitas, di antaranya suatu kebaikakan datang kepada manusia lalu mereka menolaknya kemudian Allah mempermudah kebaikan tersebut bagi orang yang dikehendakiNya  mendapat kebaikan dari para hambaNya. Nabi saw menetap lebih  dari sepuluh tahun menawarkan dakwahnya kepada berbagai kabilah agar mereka menolong beliau, namun mereka menolak dan Allah memberikan taufiqaNya kepada kaum Anshor sehingga mereka mendapat kemuliaan yang agng baik di dunia atau di Akhirat
Di antaranya ada orang yang diberikan taufiq oleh Allah di akhir hayatnya dengan beramal shaleh sehingga dia meninggal dalam beramal shaleh dan Allah menutup semua amalnya dengan amal shaleh tersebut.
Dari Anas ra berkata: bahwa seorang anak keturunan Yahudi, pernah berkhidamh kepada Nabi saw menderita suatu penyakit maka Nabipun menjenguknya, maka beliau saw duduk di sisi kepalanya dan berkata kepadanya: Masuklah Islam. Maka diapun memandang kepada bapaknya yang sedang berada di sisinya, dan bepaknya berkata kepadanya: Ta'atilah Abul Qosim saw, maka diapun masuk Islam. Lalu Nabi saw keluar meninggalkannya dan berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka. Di dalam sebuah riwayat disebtkan: Pada saat dia meninggal beliau bersabda: Shalatlah atas shahabat kalian[7].
Di antaranya, Allah memberikan taufiqNya kepada para hambaNya dengan beramal yang sedikit namun memiliki pahala yang besar di sisi Allah. Dari Al-Barro' bin Azib ra berkata: Seorang bertopeng dengan topeng besi datang kepada Nabi saw dan berkata: Wahai Rasulullah apakah saya harus berperang dulu baru masuk Islam, maka Nabi saw berkata kepadanya: "Masuklah Islam baru berperang!", kemudian dia masuk Islam dan berperang sehingga terbunuh. Maka Rasulullah saw bersabda: Dia telah beramal yang sedikit namn mendapat pahala yang besar".[8]
Maka barangssiapa yang bertaqwa  kepada Allah dan hatinya penuh ikhlas karena Allah, dan Allah Mahamengetahui kebenaran niatnya, banyak berdo'a kepada Allah maka sungguh dia telah mendapat sebab yang paling besar yang menyampaikan kepada taufiq. Hanya Allah tmpat kita memohon pertolongan dan tiada daya dan upaya kecuali dengan kehendak Allah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan shahabatya.


[1] QS. Al-Nur: 21
[2] QS. Al-A'la: 14
[3] QS. Al-Hujurat: 7
[4] Madarijus Salikin: 1/447
[5] QS. Al-Fajr: 15-16
[6] QS.Al-Alaq: 6-7
[7] HR. Bukhari 1/416 no: 1356 dan Ahmad: 3/260
[8] HR. Bukhari no: 2808 2/308

Tidak ada komentar