Percaya kepada Qadar Allah
Percaya
kepada Qadar Allah
·
Qadar: yaitu ilmu Allah terhadap segala sesuatu, dan tentang apa saja yang dikehendakiNya ada atau
dikehendaki terjadi dari setiap makhluk, alam semesta, segala sesuatu, dan
Allah
mentaqdirkan hal itu, serta menulisnya di Lauhul Mahfudz. Al-Qadar adalah
rahasia Allah
terpadap makhluk-Nya, yang tidak diketahui oleh malaikat yang dekat dan tidak
pula nabi yang diutus.
·
Iman kepada qadar:
Yaitu
meyakini dengan keyakinan yang pasti bahwa segala kebaikan, keburukan segala
sesuatu yang terjadi, adalah dengan qadha dan qadar Allah ,
sebagaimana firman-Nya:
﴿ إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٖ
٤٩ ﴾ [القمر: ٤٩]
49.
Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran". QS.
Al-Qamar: 49
·
Beriman kepada qadar mencakup Empat
perkara:
1. Pertama:
percaya bahwa Allah I
mengetahui segala sesuatu secara umum dan terperinci. Baik yang berhubungan
dengan perbuatan-Nya, seperti menciptakan, mengatur, menghidupkan, mematikan,
dan semisal dengan yang demikian itu. Atau mengetahui perkara yang berhubungan
dengan perbuatan makhluk, seperti semua ucapan, perbuatan dan keadaan manusia
dan keadaan seluruh hewan, tumbuhan dan benda-benda padat serta segala
sesuatu. Allah I
mengetahuinya, seperti firman Allah I:
﴿ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ
وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّۖ يَتَنَزَّلُ ٱلۡأَمۡرُ بَيۡنَهُنَّ لِتَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ
ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيۡءٍ
عِلۡمَۢا ١٢ ﴾ [الطلاق : ١٢]
12. Allah-lah yang
menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu".(QS.
Ath-Thalaq: 12
2. Kedua:
percaya bahwa Allah I
telah menulis taqdir (ketentuan) segala sesuatu di Lauhul Mahfuzh, yaitu
ketentuan segala makhluk, keadaan, rizqi. Allah I menulis
jumlahnya, tata caranya, waktunya dan tempatnya. Maka ketentuan itu tidak
berubah dan tidak berganti. Tidak bertambah dan tidak berkurang, kecuali dengan
perintah-Nya.
a. Firman
Allah I:
﴿ أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا
فِي ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَٰبٍۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ
يَسِيرٞ ٧٠ ﴾ [الحج : ٧٠]
70. "Apakah kamu
tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di
langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah Kitab
(Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah". QS.
Al-Hajj: 70
b. Dari
Abdullah bin 'Amr bin al-'Amr t
berkata: aku mendengar Rasulullah r
bersabda:
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ
السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. قَالَ: وَعَرْشُهُ عَلَى
الْمَاءِ.
"Allah I
telah menetapkan ketentuan-ketentuan makhluk limapuluh ribu tahun sebelum
menciptakan langit dan bumi." Rasulullah bersabda: Dan arsy-Nya berada di
atas air."
3. Ketiga:
Percaya bahwa semua makhluk tidak ada kecuali dengan kehendak dan keinginan
Allah I.
Maka semua itu terjadi dengan kehendak Allah I, apapun
yang dikehendaki oleh Allah I
pasti terjadi, dan yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi.,
baik yang berhubungan dengan
perbuatan-Nya I,
seperti menciptakan, mengatur, menghidupkan, mematikan dan semisal yang
demikian itu, atau yang berhubungan
dengan perbuatan-perbuatan makhluk berupa tingakh lakunnya, ucapan, dan
keadaannya.
a. Firman
Allah I:
﴿ وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ
..... ﴾ [القصص: ٦٨]
68.
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan memilihnya. QS.
Al-Qashash: 68
b.
Firman Allah I:
﴿ ......... وَيَفۡعَلُ
ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ ٢٧ ﴾ [ابراهيم: ٢٧]
27.
"..dan memperbuat apa yang dia kehendaki".(QS. Ibrahim: 27
c. Firman
Allah I:
﴿ .......... وَلَوۡ شَآءَ
ٱللَّهُ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١٣٧ ﴾ [الانعام: ١٣٧]
112. "Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan".
QS. Al-An'aam: 112
d. Firman
Allah I:
﴿ لِمَن شَآءَ مِنكُمۡ أَن يَسۡتَقِيمَ ٢٨
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٩ ﴾ [التكوير: ٢٨، ٢٩]
28. "(yaitu) bagi
siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. 29. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh
jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam". QS.
At-Takwiir: 28-29
4. Keempat:
percaya bahwa Allah I
menciptakan segala sesuatu, menciptakan semua alam dengan zat, sifat, dan
geraknya. Tidak ada pencipta dan Rabb selain-Nya.
a.
Firman Allah I:
﴿ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءٖۖ وَهُوَ عَلَىٰ
كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٞ ٦٢ ﴾ [الزمر: ٦١]
62. "Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara
segala sesuatu". QS. Az-Zumar: 62
b. Firman
Allah I:
﴿ إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٖ
٤٩ ﴾ [القمر: ٤٩]
49.
"Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran".
QS. Al-Qamar: 49
c.
Firman Allah I:
﴿ وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ ٩٦
﴾ [الصافات : ٩٦]
96.
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu". QS. Ash-Shaaffat: 96
·
Berhujjah (beralasan) dengan qadar
·
Apa yang telah ditentukan oleh Allah I
bagi manusia terbagi menjdi dua:
Pertama:
Sesuatu yang ditaqdirkan dan ditentukan oleh Allah I
berupa perbuatan dan keadaan yang keluar dari kehendak manusia: baik seperti
tinggi dan pendeknya seseorang, baik dan buruknya (dalam penampilan
lahiriyahnya), hidup dan matinya, atau apa saja yang terjadi atas dirinya di
luar kehendaknya, seperti terjadinya musibah, penyakit, kekurangan harta, jiwa,
dan buah-buahan, dan musibah-musibah lainnya yang terkadang sebagai hukuman
terhadap hamba, dan terkadang sebagai cobaan baginya, dan terkadang pula untuk
mengangkat derajatnya.
Perbuatan-perbuatan
ini atau yang terjadi atas dirinya tanpa kehendaknya, maka seseorang tidak akan
ditanya dan dihisab atasnya. Ia harus beriman kepadanya bahwa semua itu terjadi
dengan ketentuan dan taqdir Allah I.
Ia harus sabar, ridha, dan berserah diri. Tidak ada satu peristiwa apapun yang
terjadi di alam semesta melainkan ada hikmah yang telah ditentukan oleh Yang
Maha Mengetahui padanya.
a. Firman
Allah I:
﴿ مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ
وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ
عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ ﴾ [الحديد: ٢٢]
'22. Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. QS. Al-Hadid: 22.
b. Dari
Ibnu Abbas t,
ia berkata, 'Aku berada di belakang Rasulullah r pada suatu
hari, maka beliau r
bersabda:
يَا غُلاَمُ أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احَفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ.
احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ. إِذَا سَأَلْتَ فاَسْأَلِ اللهَ وَإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ. وَاْعلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ
عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْئٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْئٍ قَدْ
كَتَبَهُ اللهُ لَكَ. وَلَوْ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْئٍ لَمْ
يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْئٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ. رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ
وَجَفَّتِ الصُّحُفُ.
"Wahai gulam, sesungguhnya aku
mengajarkanmu beberapa kalimah: jagalah Allah I niscaya
Allah I
menjagamu. Jagalah Allah I
niscaya engkau mendapatkan-Nya di hadapanmu. Apabila engkau meminta maka
memintalah kepada Allah I,
dan apabila engkau memohon pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah I.
Ketahuilah, sesungguhnya jika seluruh umat berkumpul untuk memberikan manfaat
kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak bisa memberi manfaat kepadamu
kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah I
untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk membahayakanmu dengan sesuatu, niscaya
mereka tidak bisa membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan
oleh Allah I
bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering. HR. Ahmad dan
at-Tirmidzi.[1]
c. Dari
Abu Hurairah t
berkata: Rasulullah r
bersabda:
قاَلَ اللهُ تعالى: يُؤْذِيْنِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ
وَأَنَا الدَّهْرُ, بِيَدِي اْلأَمْرُ, أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ.
"Allah I
berfirman: Manusia menyakiti-Ku, ia mencela masa, padahal Akulah masa itu.
Ditangan-Ku semua perkara, Aku membalikkan malam dan siang." Muttafaqun
'alaih.[2]
2. Kedua:
Sesuatu yang ditentukan dan taqdirkan oleh Allah I berupa
segala perbuatan yang mampu dan bisa dilakukan oleh manusia, dengan bekal yang
telah diberikan oleh Allah I
berupa akal, kemampuan dan kebebasan memilih, seperti memilih antara iman dan
kafir, antara taat dan maksiat, juaga memilih antara perbuatan baik dan
perbuatan buruk.
Maka
hal ini dan semisalnya manusia dihisab atasnya, dan dengan hisab itulah
diadakannya pahala dan hukuman, karena Allah I telah mengutus
para rasul, menurunkan kitab-kitab untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan,
mendorong kepada iman dan ketaatan dan memperingatkan dari perbuatan kafir dan
maksiat. Allah I
telah membekali manusia dengan akal dan memberikannya kemampuan untuk memilih
dengannya. Maka ia sebenarnya menempuh jalan yang dikehendaki menurut
pilihannya. Namun, pilihan apapun yang diambilnya, ia termasuk dalam kehendak
dan taqdir Allah I,
karena tidak ada sesuatu yang terjadi di dalam kerajaan Allah I
tanpa pengetahuan dan kehendak Allah I.
a.
Firman Allah I:
﴿ وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ
فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ ...... ﴾ [الكهف: ٢٩]
29. Dan Katakanlah:
"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia
kafir. QS. Al-Kahfi: 29
b. Firman
Allah I:
﴿ مَّنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ
أَسَآءَ فَعَلَيۡهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٖ لِّلۡعَبِيدِ ٤٦ ﴾ [فصلت: ٤٦]
46. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat,
Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu
menganiaya hamba-hambaNya". QS. Fushshilat: 46
c.
Firman Allah I:
﴿ مَن كَفَرَ فَعَلَيۡهِ كُفۡرُهُۥۖ وَمَنۡ
عَمِلَ صَٰلِحٗا فَلِأَنفُسِهِمۡ يَمۡهَدُونَ ٤٤ ﴾ [الروم: ٤٤]
44.
Barangsiapa yang kafir Maka dia sendirilah yang menanggung (akibat)
kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal saleh Maka untuk diri mereka
sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan). QS. Ar-Ruum: 44
d.
Firman Allah I:
﴿ إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرٞ لِّلۡعَٰلَمِينَ
٢٧ لِمَن شَآءَ مِنكُمۡ أَن يَسۡتَقِيمَ ٢٨ وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ
ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٩ ﴾ [التكوير: ٢٧، ٢٩]
27. Al Qur'aan itu
tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta Alam, 28. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau
menempuh jalan yang lurus. 29. Dan kamu
tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah,
Tuhan semesta alam. QS. At-Takwiir: 27-29)
·
Kapan boleh berhujjah dengan qadar:
1. Manusia
boleh berhujjah dengan qadar pada musibah (yang menimpanya), seperti yang
dijelaskan pada bagian pertama. Apabila seseorang sakit, atau meninggal dunia,
atau mendapat musibah di luar kehendaknya, maka ia boleh berhujjah dengan
taqdir Allah I,
Hendaklah dia mengucapkan:
َقَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ
"Allah I
telah menentukannya dan apa yang
dikehendakiNya mesti terjadi". Maka dia harus bersabar dan ridha jika ia
mampu, demi untuk mendapatkan pahala. Seperti firman Allah I:
﴿ ......... وَبَشِّرِ
ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ
وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧ ﴾ [البقرة: ١٥٥، ١٥٧]
155.
"... Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun"[101]. 157. Mereka
Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. Al-Baqarah: 155-157
2. Manusia
tidak boleh beralasan dengan taqdir atas kemaksiatan yang dilakukannya, sebab
mengakibatkan seseorang meninggalkan kewajiban, atau melakukan apa yang
diharamkan, karena Allah I
menyuruh berbuat taat dan meninggalkan maksiat, menyuruh bekerja dan melarang
berpegang kepada taqdir. Jika taqdir boleh menjadi hujjah bagi seseorang, tentu
Allah I
tidak menyiksa orang-orang yang mendustakan para rasul, seperti kaum nabi Nuh u,
kaum 'Aad, kaum Tsamud, dan semisal mereka, dan tentu Allah I
tidak memerintahkan untuk menegakkan hukum kepada orang-orang yang melakukan
pelanggaran.
Dan
barangsiapa yang menganggap taqdir sebagai hujjah bagi pelaku maksiat, maka hal
itu berarti akan menghapuskan kebolehan
mencela dan menghukum manusia (yang berbuat buruk). Sehingga seseorang tidak
boleh mencela dan menghukum orang yang melakukan aniaya terhadap dirinya, dan
tidak pula boleh membedakan di antara orang yang melakukan perbuatan baik atau
perbuatan jahat. Dan ini jelas merupakan pendapat yang batil.
·
Sesuatu yang telah ditaqdirkan oleh
Allah I
bagi para hamba, berupa kebaikan atau keburukan, tergantung pada
sebab-sebabnya. Suatu kebaikan memiliki sebab-sebabnya yaitu keimanan dan
ketaatan, dan bagi keburukan ada sebab-sebabnya, yaitu kufur dan maksiat. Dan
manusia beramal menurut kehendak yang telah ditentukan Allah I
baginya, dan berhak memilih apa yang telah diberikan Allah I
untuknya. Dan seorang hamba tidak bisa mencapai ketentuan Allah I
yang telah ditaqdirkan baginya, baik berupa keberuntungan atau kecelakaan,
kecuali setelah menjalani sebab-sebab yang telah dilakukannya dengan ikhtiar
yang telah diberikan Allah I
kepadanya. Oleh karenanya, untuk memasuki surga ada sebab-sebabnya dan untuk
memasuki neraka ada sebab-sebabnya.
1. Firman
Allah I:
﴿ سَيَقُولُ ٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْ لَوۡ شَآءَ
ٱللَّهُ مَآ أَشۡرَكۡنَا وَلَآ ءَابَآؤُنَا وَلَا حَرَّمۡنَا مِن شَيۡءٖۚ كَذَٰلِكَ
كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ حَتَّىٰ ذَاقُواْ بَأۡسَنَاۗ قُلۡ هَلۡ عِندَكُم
مِّنۡ عِلۡمٖ فَتُخۡرِجُوهُ لَنَآۖ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ أَنتُمۡ
إِلَّا تَخۡرُصُونَ ١٤٨ ﴾ [الانعام: ١٤٨]
148. "Orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya
kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami
mengharamkan barang sesuatu apapun." demikian pulalah orang-orang sebelum
mereka Telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan kami.
Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu
mengemukakannya kepada kami?" kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan
belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta". QS. Al-An'aam:148
2.
Firman Allah I:
﴿ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ
تُرۡحَمُونَ ١٣٢ ﴾ [ال عمران: ١٣٢]
132. "Dan
taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat". QS. Ali 'Imraan: 132
- Dari Ali bin Abi Thalib t, sesungguhnya Rasulullah r bersabda:
"Tidak
ada satu jiwapun darimu kecuali telah diketahui tempatnya, surga
atau neraka.' Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, kenapa
kita mesti beramal?". Tidakkah kita berserah diri tanpa beramal?. Beliau
menjawab: 'Tidak, beramallah, sebab setiap orang dimudahkan untuk sesuatu yang
ia diciptakan untuknya. Kemudian Rasulullah r membaca:
4. ﴿ فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ ٥ وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ ٦ فَسَنُيَسِّرُهُۥ
لِلۡيُسۡرَىٰ ٧ وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسۡتَغۡنَىٰ ٨ وَكَذَّبَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ ٩ فَسَنُيَسِّرُهُۥ
لِلۡعُسۡرَىٰ ١٠ ﴾ [الليل: ٥، ١٠]
5. "Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, 6. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik
(syurga), 7. Maka kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah. 8.
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, 9. Serta mendustakan pahala terbaik, 10. Maka kelak kami akan menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar". QS. Al-Lail: 5-10
·
Disyari'atkan menolak taqdir dengan
taqdir:
1. Menolak
taqdir yang sungguh tersimpul sebab-sebabnya dan belum terjadi dengan
sebab-sebab lain dari taqdir yang berlawanan, seperti menolak musuh dengan
memeranginya, menolak panas dan dingin serta semisal yang demikian itu.
2. Menolak
taqdir yang telah terjadi dengan sesuatu yang ditaqdirkan bisa mengangkat dan
menghilangkannya, seperti menolak taqdir sakit dengan taqdir berobat, menolak
taqdir dosa dengan taqdir bertaubat, menolak taqdir berbuat jahat dengan taqdir
berbuat baik dan seterusnya.
3. Perbuatan
baik dan buruk yang muncul dari hamba tidak menafikan penyandarannya kepada
Allah I
dalam menciptakan dan mengadakan. Allah I
menciptakan segala sesuatu, yaitu menciptakan manusia dan perbuatannya. Namun,
adanya kehendak Allah I
(pada sesuatu) bukan sebagai bukti atas keridhaan-Nya.
Kekafiran,
perbuatan maksiat, dan kerusakan terjadi dengan kehendak Allah I,
akan tetapi Allah I
tidak menyukainya, tidak meridhainya, dan tidak pula memerintahkannya. Bahkan,
Dia membenci dan melarangnya. Keadaan bahwa sesuatu hal dibenci dan tidak
diredhai tidak mengeluarkannya dari kehendak Allah I
yang meliputi penciptaan semua makhluk. Segala sesuatu yang diciptakan oleh
Allah I
mengadung hikmah sesuai dengan apa yang diatur-Nya pada kerajaan dan
ciptaan-Nya I.
·
Manusia yang paling sempurna dan paling
utama adalah manusia yang mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah I
dan Rasul-Nya r,
membenci apa saja yang dibenci Allah I
dan Rasul-Nya I.
Mereka tidak mempunyai rasa cinta dan benci kepada selainnya. Mereka menyuruh kepada apa yang
diperintahkan oleh Allah I
dan Rasul-Nya dan tidak memerintahkan kepada selain itu, begitulah seterusnya.
Setiap saat, hamba selalu membutuhkan perintah Allah I
yang mesti dijunjungnya dan larangan yang dijauhinya, serta taqdir yang
diridhainya.
·
Ridha terhadap taqdir terbagi menjadi
tiga:
1. Ridha
dalam melaksanakan ketaatan. Hal ini
diperintahkan.
2. Ridha
dengan musibah yang menimpa. Perkara dianjurkan.
3. Kekafiran,
kefasikan dan maksiat. Hal ini tidak diperintahkan untuk meridhainya. Bahkan
diperintahkan membencinya, karena sesungguhnya Allah I
tidak menyukai dan tidak meridhainya.
Sekalipun Allah I
telah menciptakannya dan tidak menyukainya, namun sesungguhnya hal itu membawa
kepada sesuatu yang Dia cintai, sebagaimana Dia telah menciptakan syetan. Maka
kita redha dengan apa yang telah
diciptakan oleh Allah I.
Adapun terhadap perbuatan yang tercela dan orang yang melakukannya, maka kita
tidak ridha dan tidak menyukainya.
Oleh
karenanya, suatu perkara, disukai dari satu sisi dan dibenci dari sisi yang
lain, seperti obat yang tidak disukai, dia zat yang dibenci, akan tetapi
membawa kepada hal yang disukai. Dan jalan kepada Allah I
adalah dengan membuat Allah redha (kepada kita), dengan melaksanakan apa yang
disukai dan diridhai, bukan ridha dengan segala yang terjadi dan terwujud. Kita
tidak diperintahkan untuk meridhai setiap apa yang ditentukan dan
ditaqdirkanNya. Akan tetapi kita diperintahkan untuk meridhai apa-apa yang
diperintahkan oleh Allah I
dan rasul-Nya untuk meridhainya.
·
Ketentuan Allah I
yang baik dan buruk mempunyai dua sisi:
1. Salah
satunya: Hubungan dan penisbatannya kepada
Allah. Dari sisi ini seorang hamba mesti ridha dengannya, sebab semua qadha
Allah I
adalah baik, adil, dan bijaksana.
2. Kedua:
Hubungan dan penisbatannya kepada hamba. Dalam hal ini, ada yang diridhai,
seperti keimanan dan ketaatan, dan di antaranya ada yang tidak diridhai seperti
kekafiran dan kemaksiatan. Demikian pula Allah I tidak
meridhai, tidak menyukai, dan tidak pula memerintahkannya.
a. Firman
Allah I:
﴿ وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ
مَا كَانَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٦٨
﴾ [القصص: ٦٨]
68.
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan memilihnya.
sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari
apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). QS. Al-Qashash: 68
b. Firman
Allah I:
﴿ إِن تَكۡفُرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ
عَنكُمۡۖ وَلَا يَرۡضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلۡكُفۡرَۖ وَإِن تَشۡكُرُواْ يَرۡضَهُ لَكُمۡۗ
........ ﴾ [الزمر: ٧]
7. Jika kamu kafir
Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan dia tidak meridhai
kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya dia meridhai bagimu
kesyukuranmu itu. QS. Al-Zumar: 7
c. Firman
Allah I:
﴿ وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ ٩٦
﴾ [الصافات : ٩٦]
96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu". QS.
Ash-Shaaffat: 96
·
Perbuatan hamba adalah makhluk:
Allah
I
menciptakan hamba dan menciptakan segala perbuatannya, Dia mengetahui hal itu, serta
menulisnya sebelum terjadinya. Maka apabila hamba melakukan kebaikan atau
keburukan, maka terbukalah bagi kita apa yang telah diketahui oleh Allah I,
apa yang telah diciptakan dan ditulis-Nya. Pengetahuan Allah I
terhadapperbuatan hamba adalah pengetahuan yang bersiafat menyeluruh. Ilmu
Allah I
meliputi segala sesuatu, tidak ada yang terlupakan dari-Nya seberat biji sawi
di bumi dan tidak pula di langit.
1. Firman
Allah I:
﴿ وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ ٩٦
﴾ [الصافات : ٩٦]
96. Padahal
Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". QS.
Ash-Shaaffat: 96
2. Firman
Allah I:
﴿ ۞وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَآ
إِلَّا هُوَۚ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۚ وَمَا تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ
إِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٖ فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡأَرۡضِ وَلَا رَطۡبٖ وَلَا يَابِسٍ
إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ ٥٩ ﴾ [الانعام: ٥٩]
59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci
semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)". QS. Al-An'aam: 59
3. Firman
Allah I:
﴿ وَمَا تَكُونُ فِي شَأۡنٖ وَمَا تَتۡلُواْ
مِنۡهُ مِن قُرۡءَانٖ وَلَا تَعۡمَلُونَ مِنۡ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيۡكُمۡ شُهُودًا
إِذۡ تُفِيضُونَ فِيهِۚ وَمَا يَعۡزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثۡقَالِ ذَرَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ
وَلَا فِي ٱلسَّمَآءِ وَلَآ أَصۡغَرَ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكۡبَرَ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ
مُّبِينٍ ٦١ ﴾ [يونس : ٦١]
61.
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari
Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi
saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih
kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat)
dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). QS. Yunus: 61
4. Dari
Abdullah bin Mas'ud t,
ia berkata, 'Rasulullah r
menceritakan kepada kami, dan beliau adalah yang benar dan dibenarkan;
إَنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا, ثُمَّ يَكُوْنُ فِى ذلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ, ثُمَّ
يَكُوْنُ فِى ذلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذلِكَ. ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ
فِيْهِ الرُّوْحَ وَيُؤمَرُ بِأَرْبَعُ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ
وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيْدٌ.
فَواَلَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا. وَإِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ
حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا.
"Sesungguhnya salah seorang dari kalian
dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari.
Kemudian menjadi segumpal darah seperti itu. Kemudian menjadi segumpal daging
seperti itu. Kemudian diutus kepadanya malaikat, lalu meniupkan padanya ruh dan
dia disuruh dengan empat kalimat: menulis rizqinya, ajalnya, amalnya, dan
celaka atau beruntung. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain Dia, sesungguhnya
salah seorang dari kalian beramal dengan amalan penghuni surga, sehingga tidak
ada di antaranya dan di antara surga kecuali satu hasta, namun catatan taqdir
mendahuluinya lalu ia berbuat dengan perbuatan penghuni neraka, sehingga ia
memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian berbuat dengan
perbuatan penghuni neraka, sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan neraka
kecuali satu hasta, namun catatan taqdir mendahuluinya lalu dia beramal dengan
amalan penghuni surga, sehingga dia memasukinya." Muttafaqun 'alaih.[3]
·
Adil dan Ihsan:
Perbuatan
Allah I
beredar antara adil dan ihsan. Mustahil Allah I berbuat zalim
kepada seseorang. Bisa jadi Allah I
memperlakukan hamba-Nya dengan adil, dan bisa jadi Dia memperlakukan mereka
dengan ihsan. Terhadap orang yang jahat, Dia perlakukan dengan keadilanNya,
sebagaimana dalam firman-Nya:
﴿ وَجَزَٰٓؤُاْ سَيِّئَةٖ سَيِّئَةٞ مِّثۡلُهَاۖ
....... ﴾ [الشورى: ٤٠]
40. "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang
serupa". QS. Asy-Syura: 40
Sementara
itu, Dia I
memperlakukan orang yang baik dengan karunia dan sifat ihsan, sebagaimana
firman Allah I:
﴿ مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ
أَمۡثَالِهَاۖ ......... ﴾ [الانعام: ١٦٠]
160.
"Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh
kali lipat amalnya". QS. Al-An'aam: 160
·
Perintah-perintah syar'iah dan kauniah:
Allah
I
mempunyai dua macam perintah: Perintah yang bersifat kauniyah dan perintah yang
bersifat syari'iyah.
·
Perintah-perintah kauniayh terbagi
menjadi tiga:
1. Perintah
untuk menciptakan dan mengadakan. Perintah ini berasal dari Allah I
kepada semua makhluk, sebagaimana firman Allah I:
﴿ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءٖۖ وَهُوَ عَلَىٰ
كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٞ ٦٢ ﴾ [الزمر: ٦2]
62. Allah menciptakan
segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. QS. Az-Zumar: 62
2. Perintah
untuk tetap. Perintah ini berasal dari Allah I kepada
semua makhluk untuk berada dalam kondisi tetap.
Firman Allah I:
﴿ ۞إِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ
أَن تَزُولَاۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنۡ أَمۡسَكَهُمَا مِنۡ أَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ
إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا ٤١ ﴾ [فاطر: ٤١]
41. Sesungguhnya Allah
menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan
lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah.
Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. QS. Fathir: 41
Firman Allah I:
﴿ وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَن تَقُومَ ٱلسَّمَآءُ
وَٱلۡأَرۡضُ بِأَمۡرِهِۦۚ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمۡ دَعۡوَةٗ مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ إِذَآ أَنتُمۡ
تَخۡرُجُونَ ٢٥ ﴾ [الروم: ٢٥]
25.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi
dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia memanggil kamu sekali panggil dari
bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). QS. Ar-Ruum: 25
3. Perkara
manfaat dan mudharat, gerak dan diam, hidup dan mati, …dst, adalah perintah
berasal dari Allah I
kepada semua makhluk.
a.
Firman Allah I:
﴿ قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعٗا وَلَا
ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ
مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٖ
يُؤۡمِنُونَ ١٨٨ ﴾ [الاعراف: ١٨٧]
188. Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik
kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. dan sekiranya Aku mengetahui yang ghaib, tentulah Aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan Aku tidak akan ditimpa kemudharatan.
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman". QS. Al-A'raaf: 188
b. Firman
Allah I:
﴿ هُوَ ٱلَّذِي يُسَيِّرُكُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ
وَٱلۡبَحۡرِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا كُنتُمۡ فِي ٱلۡفُلۡكِ وَجَرَيۡنَ بِهِم بِرِيحٖ طَيِّبَةٖ
وَفَرِحُواْ بِهَا جَآءَتۡهَا رِيحٌ عَاصِفٞ وَجَآءَهُمُ ٱلۡمَوۡجُ مِن كُلِّ مَكَانٖ
وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمۡ أُحِيطَ بِهِمۡ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
لَئِنۡ أَنجَيۡتَنَا مِنۡ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ ٢٢ ﴾ [يونس : ٢٢]
22.
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar)
di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah
bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang
baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila)
gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka Telah
terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika
Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, Pastilah kami akan termasuk
orang-orang yang bersyukur". QS. Yunus: 22
c. Firman
Allah I:
﴿ هُوَ ٱلَّذِي يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۖ فَإِذَا
قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٦٨ ﴾ [غافر: ٦٨]
68. Dia-lah yang
menghidupkan dan mematikan, Maka apabila dia menetapkan sesuatu urusan, dia
Hanya bekata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia. QS. Ghafir: 68
Adapun
perintah-perintah syari'iyah Ilahiyah, hanya berasal dari Allah I
yang ditujukan kepada bangsa jin dan manusia, itulah (tuntunan) agama . Yaitu
meliputi iman, ibadah, mu'amalah, pergaulan, dan akhlak. Setingkat tingginya
keyakinan terhadap perintah-perintah Allah I yang
bersifat kauniyah, setingkat itu pula akan tertanam sisi hamba rasa rindu,
senang, dan nikmat dalam melaksanakan perintah-perintah Allah I
yang bersifat syar'i. Orang paling beruntung dengan hal itu adalah orang yang
paling besar ma'rifahnya kepada Rabb mereka. Mereka adalah para nabi, kemudian
orang yang berjalan di atas petunjuk mereka. Dan dengan menjunjung
perintah-perintah Allah I
yang bersifat syar'i, semoga Allah I
membukakan kepada kita berkah langit dan bumi di dunia dan memasukkan kita ke
dalam surga di akhirat.
·
Perintah-perintah Allah I
terbagi dua:
·
Perintah-perintah syar'iah
yang kadang terjadi, dan terkadang manusia menyalahinya dengan izin Allah I,
di antaranya:
﴿ ۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ
إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ ...... ﴾ [الاسراء: ٢٣]
23. "Dan Tuhanmu
Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya". QS. Al-Isra`: 23.
·
Perintah-perintah kauniyah
yang harus terjadi dan manusia tidak mungkin menghindarinya, dan ia terbagi
dua:
Perintah Rabbani yang bersifat langsung
yang harus terjadi, seperti firman Allah I:
﴿ إِنَّمَآ أَمۡرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيًۡٔا
أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٨٢ ﴾ [يس: ٨٢]
82.
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah
Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. QS. Yasiin: 82
·
Perintah-perintah Rabbani yang bersifat
kauniyah, adalah sunnah kauniyah berupa hubungan
sebab dan akibat yang saling mempengaruhi satu sama lain, dan bagi setiap sebab
yang bersifat kauni akan menimulkan akibat. Dan termasuk sunnah kauniyah
adalah:
Firman Allah I:
﴿ ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمۡ يَكُ مُغَيِّرٗا
نِّعۡمَةً أَنۡعَمَهَا عَلَىٰ قَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡ ...... ﴾ [الانفال: ٥٣]
53.
(Siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu
kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri".
QS. Al-Anfaal: 53
Firman Allah I:
﴿ وَإِذَآ أَرَدۡنَآ أَن نُّهۡلِكَ قَرۡيَةً
أَمَرۡنَا مُتۡرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيۡهَا ٱلۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنَٰهَا
تَدۡمِيرٗا ١٦ ﴾ [الاسراء: ١٦]
16.
Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah)
tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya
berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri
itu sehancur-hancurnya. QS. Al-Israa`: 16)
Iblis
dan para pengikutnya berusaha menundukkan sunnah kauniyah ini agar menjadi
sebab bagi kebinasaan sebagian manusia. Dan Allah I
mensyari'atkan bagi kita untuk berdo'a dan beristigfar agar selamat dari
kebinasaan tersebut. Dan tidak ada yang bisa menolak qadha kecuali do'a. Do'a
adalah kembali kepada Allah I
yang telah menciptakan sunnah kauniyah. Maka Dialah Allah I
Yang Maha Kuasa menggagalkan suatu reaksi atau merubah sebuah akibat di saat
yang dikehendakiNya dan bagaimana Dia menghendakinya, sebagaimana Dia
menggagalkan reaksi panas api terhadap nabi Ibrahim u:
﴿ قُلۡنَا يَٰنَارُ كُونِي بَرۡدٗا وَسَلَٰمًا
عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ ٦٩ ﴾ [الانبياء: ٦٩]
69.
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi
keselamatanlah bagi Ibrahim", QS. Al-Anbiyaa`: 69
·
Jenis-jenis kebaikan dan keburukan
Kebaikan yang penyebabnya adalah
keimanan dan amal shalih, yaitu ketaatan kepada Allah I
dan Rasul-Nya I.
Kebaikan yang penyebabnya adalah nikmat
Ilahi kepada manusia, yaitu apa-apa yang telah diberikan oleh Allah I
berupa harta, kesehatan, pertolongan, kemuliaan, dan semisal dengannya.
·
Dan keburukan terbagi dua:
Keburukan
yang penyebabnya adalah kesyirikan dan kemaksiatan, yaitu apa yang muncul dari
manusia dari perbuatan syirik dan maksiat.
Keburukan yang penyebabnya adalah cobaan
atau siksaan Ilahi, seperti penyakit tubuh, hilangnya harta, kekalahan,
dan semisal dengannya.
·
Maka kebaikan dalam arti taat, tidak
disandarkan kecuali hanya kepada Allah I.
Maka Dia I
yang menyari'atkannya bagi hamba, mengajarkannya kepadanya, memerintahkan
melaksanakannya dan menolongnya atasnya.
·
Keburukan dalam arti maksiat kepada
Allah I
dan Rasul-Nya r,
apabila hamba melakukan dengan kehendak dan pilihannya mengutamakan maksiat
atas taat. Maka keburukan ini disandarkan kepada hamba sebagai pelakunya dan
tidak disandarkan kepada Allah I,
karena Allah I
tidak mensyari'atkannya, tidak memerintahkannya. Bahkan Dia mengharamkannya dan
memberikan ancaman atasnya. Sebagaimana firman Allah I:
﴿ مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ
وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٖ فَمِن نَّفۡسِكَۚ وَأَرۡسَلۡنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولٗاۚ
وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدٗا ٧٩ ﴾ [النساء : ٧٩]
79.
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. kami mengutusmu menjadi
Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. QS. An-Nisaa`:
79
·
Adapun kebaikan dalam pengertian nikmat
seperti harta, anak, sehat, pertolongan dan kemuliaan, dan kebaikan dalam arti
siksaan dan cobaan seperti berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan, kekalahan
dan semisalnya, maka kebaikan dan keburukan dengan pengertian ini berasal dari
Allah I,
karena Allah I
menguji hamba-Nya sebagai cobaan dan siksaan serta meninggikan sebagai
pendidikan bagi hamba-hamba-Nya, seperti firman Allah I:
﴿ ........ وَإِن تُصِبۡهُمۡ
سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ فَمَالِ
هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثٗا ٧٨ ﴾ [النساء : ٧٨]
78. "Dan jika mereka memperoleh
kebaikan mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau
mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari
sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah".
Maka Mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraansedikitpun?". QS. An-Nisaa`: 78
·
Menolak akibat keburukan:
Apabila
seorang mukmin melakukan kesalahan, maka hukumannya tertolak darinya dengan
yang berikut ini:
Bisa
jadi ia bertaubat, lalu Allah I
menerima taubatnya, atau ia meminta ampun lalu Allah I
mengampuninya, atau ia melakukan kebaikan yang menghapusnya, atau
saudara-saudaranya yang beriman mendoakan dan memohon ampunan untuknya, atau
menghadiahkan untuknya dari pahala amal perbuatan mereka yang Allah I
memberikan manfaat dengannya, atau Allah I
mengujinya di dunia dengan berbagai macam musibah yang menjadi penebus darinya,
atau Allah I
mengujinya di alam barzakh dengan teriakan lalu Dia I
menebusnya dengannya, atau mengujinya di hari kiamat yang menjadi penebus
darinya, atau nabi Muhammad r memberi syafaat padanya, atau Allah I
yang paling pengasih memberi rahmat kepadanya, dan Allah I
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
·
Taat dan maksiat:
Taat
melahirkan manfaat dan membuahkan akhlak yang baik, dan maksiat melahirkan
kemudharatan dan membuahkan akhlak yang buruk. Maka matahari, bulan, tumbuhan,
hewan, daratan dan lautan taat kepada Rabb-nya, maka keluarlah darinya manfaat
yang banyak, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah I.
Dan para nabi tatkala taat kepada Allah I,
keluarlah dari mereka kebaikan yang tidak bisa menghitungnya selain Allah I.
Dan
iblis, tatkala durhaka kepada Rabb-nya, enggan, dan sombong, karena sebab itu
keluarlah keburukan dan kerusakan di bumi yang tidak ada yang bisa
menghitungnya selain Allah I.
Seperti
inilah manusia, apabila taat kepada Rabb-nya, keluarlah darinya kebaikan dan
manfaat untuknya dan orang lain, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah
I.
Dan apabila ia durhaka kepada Rabb-nya, keluarlah darinya keburukan dan
mudharat baginya dan bagi orang lain, tidak ada yang bisa menghitungnya selain
Allah I.
·
Dampak taat dan maksiat:
Allah
I
menjadikan bagi taat dan kebaikan dampak-dampak yang nikmat, baik lagi
dicintai. Kenikmatannya di atas kenikmatan maksiat berlipat ganda. Dan Dia I
menjadikan bagi maksiat dan keburukan dampak-dampak dan rasa sakit yang tidak
disukai, yang mewariskan kerugian dan penyesalan, dan menambah kenikmatan
mengecapnya berlipat ganda. Tidak pernah terjadi kondisi yang dibenci kecuali karena dosa dan
yang dimaafkan Allah I
jauh lebih banyak.
Dan
dosa-dosa membahayakan hati seperti racun membahayakan badan. Dan Allah I
menciptakan manusia di atas fitrah sebagai kebaikan yang sangat indah. Maka
jika ia tercemar dengan segala dosa dan kesalahan niscaya diambil darinya
kebaikan dan keindahannya. Dan apabila ia bertaubat kepada Allah I
niscaya kembalilah kepadanya kebaikan dan keindahannya, dan mencapai
kesempurnaannya di surga.
·
Petunjuk dan penyesatan:
Milik
Allah I
penciptaan dan perkara, Dia I
melakukan apa yang Dia kehendaki dan memantapkan apa yang Dia I
kehendaki, memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan
orang yang dikehendakinya. Kerajaan adalah kerajaan-Nya dan ciptaan adalah
ciptaan-Nya. Dia I
tidak ditanya tentang apa yang Dia lakukan dan mereka akan ditanyakan. Dan
termasuk rahmat Allah I
bahwa Dia mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab, menjelaskan segala
jalan, menyingkirkan berbagai 'illah, dan menekankan berbagai sebab
petunjuk dan taat dengan pendengaran, penglihatan, dan akal, dan setelah hal
itu:
1. Maka
barangsiapa yang mengutamakan hidayah, mendorong padanya, mencarinya,
mengerjakan sebab-sebabnya, dan berusaha untuk memperolehnya, niscaya Allah I
menuntunnya kepadanya, menolongnya untuk memperolehnya dan menyempurnakannya.
Ini adalah rahmat dan karunia Allah I
kepada hamba-hamba-Nya. Firman Allah I:
﴿ وَٱلَّذِينَ
جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
٦٩ ﴾ [العنكبوت: ٦٩]
69.
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-
benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. QS. Al-'Ankabuut: 69
2. Dan
barangsiapa yang mengutamakan kesesatan, mendorong padanya, mencarinya, dan
mengerjakan sebab-sebab-Nya niscaya sempurnalah baginya, dan Allah I
menguasakan kepadanya apa-apa yang dikuasainya, dan ia tidak mendapatkan dari
Allah I
yang memalingkan darinya. Dan ini adalah keadilan dari Allah I.
Firman Allah I:
﴿ وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا
تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا
تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا ١١٥ ﴾ [النساء : ١١٥]
115.
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang Telah dikuasainya itu[348] dan kami masukkan ia
ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. QS. An-Nisaa`:
115
·
Buah beriman kepada qadar:
Beriman
kepada qadha` dan qadar adalah sumber kesenangan, ketenangan, dan keberuntungan
bagi setiap muslim. Maka denganya dia mengetahui bahwa segala sesuatu terjadi
dengan qadar Allah I.
Dia tidak merasa bangga dengan dirinya sendiri saat memperoleh keinginannya dan
tidak gelisah saat tidak mendapatkan apa yang disukai atau terjadi (sesuatu)
yang dibencinya, karena dia mengetahui bahwa semua itu terjadi dengan qadar
Allah I,
suatu hal yang pasti terjadi, tidak mustahil.
1. Firman
Allah I:
﴿ مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ
وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ
عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ
بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ ٢٣ ﴾ [الحديد: ٢٢، ٢٣]
22. "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
(Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. 23. (Kami jelaskan
yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari
kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri". QS. Al-Hadidid : 22-23
2. Dari
Shuhaib t
berkata: Rasulullah r
bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ
وَلَيْسَ ذلِكَ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ
خَيْرًا لَهُ. وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
"Sungguh mengagumkan perkara
orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan hal itu tidak
pernah terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia
bersyukur, maka itu lebih baik baginya. Dan jika ia mendapatkan kesusahan, ia
bersabar, dan hal itu lebih baik baginya."
HR. Muslim.[4]
3. Dari
Sa'ad bin Abi Waqqash t, ia
berkata, 'Rasulullah r
bersabda:
عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمِدَ اللهَ
وَشَكَرَ. وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيْبَةٌ حَمِدَ اللهَ وَصَبَرَ. فَالْمُؤْمِنُ
يُؤْجَرُ فِى كُلِّ أَمْرِهِ, حَتَّى يُؤْجَرَ فِى اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى
فِي امْرَأَتِهِ.
"Aku merasa kagum terahdap perkara
orang mukmin, jika ia mendapatkan kebaikan, ia memuji Allah I
dan bersyukur kepada-Nya. Dan jika dia mendapat musibah, dia memuji Allah I
dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam semua perkaranya, bahkan
diberi pahala pada suapan (makanan) yang diberikannya pada mulut
istrinya." HR. Ahmad dan Abdurrazzaq.[5]
·
Setelah selesainya pembahasan ini dengan
karunia Allah I,
maka selesailah pembahasan tentang enam
rukun iman, yaitu beriman kepada Allah I,
para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qadar baik
dan buruk-Nya. Dan setiap rukun tersebut memberikan faedah yang bermanfaat bagi seorang mukmin.
·
Buah-buah rukun iman:
1-
Beriman kepada Allah I:
membuahkan cinta kepada Allah I,
mengagungkan-Nya, bersyukur kepada-Nya, menyembah-Nya, taat dan takut
kepada-Nya, dan menjunjung perintah-perintah-Nya.
2-
Beriman kepada malaikat: membuahkan cinta kepada mereka, merasa malu terhadap
mereka, dan mengambil pelajaran dengan ketaatan mereka.
3-4-
Beriman kepada kitab-kitab dan rasul-rasul: Membuahkan kekuatan iman kepada
Allah I
dan mencintai-Nya, mengenal syari'at-syari'at Allah I,
apa-apa yang dicintai Allah I,
dan apa-apa yang dibenci-Nya, mengenal negeri akhirat, dan mencintai
rasul-rasul Allah I
dan mentaati kepada mereka.
5-
Beriman kepada hari akhir: membuahkan keinginan untuk melakukan taat dan
kebaikan, dan berlari dari maksiat dan kemungkaran.
6-
Beriman kepada qadar: membuahkan ketenangan jiwa dan ridha dengan apa yang
ditaqdirkan Allah I. Dan apabila hal itu terealisasikan dalam
kehidupan seorang muslim, tentu ia berhak masuk surga, dan hal itu tidak
sempurna kecuali dengan taat kepada Allah I
dan rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah I:
﴿ ........ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدۡخِلۡهُ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا
ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٣ ﴾ [النساء : ١٣]
13. "Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang
besar". QS. An-Nisaa: 13
Segala
apa yang dilakukan, ditentukan, dan ditaqdirkan- oleh Allah I
bagi makhluk-Nya mengandung mashlahat dan hikmah. Maka apa yang dilakukan-Nya
berupa yang ma'ruf dan kebaikan menunjukkan atas rahmat-Nya. Dan apa yang
dilakukan-Nya berupa siksaan dan hukuman menunjukkan murka-Nya. Dan apa yang dilakukan-Nya berupa kelembutan
dan kemuliaan menunjukkan cinta-Nya. Dan apa yang dilakukan-Nya berupa
penghinaan menunjukkan kemurkaan dan kebenciaan-Nya. Dan apa yang dilakukan-Nya
terhadap semua makhluk yang berwal dari sebuah kekurangan, kemudian berubah
menjadi sempurna menunjukkan akan terjadinya hari kebangkitan.
11. I h
s a n
- Ihsan adalah menyembah Allah I seakan-akan engkau melihat-Nya dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia I melihatmu.
1. Firman
Allah I:
﴿ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ
هُم مُّحۡسِنُونَ ١٢٨ ﴾ [النحل: ١٢٨]
128.
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan". QS. An-Nahl: 128
2. Firman
Allah I:
﴿ وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱلۡعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ
٢١٧ ٱلَّذِي يَرَىٰكَ حِينَ تَقُومُ ٢١٨ وَتَقَلُّبَكَ فِي ٱلسَّٰجِدِينَ ٢١٩ إِنَّهُۥ
هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ٢٢٠ ﴾ [الشعراء : ٢١٧، ٢٢٠]
217. Dan
bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, 218. Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk
sembahyang), 219. Dan (melihat pula)
perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. 220. Sesungguhnya dia adalah yang Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui". QS. Asy-Syu'araa`: 217-220
3. Firman
Allah I:
﴿ وَمَا تَكُونُ فِي شَأۡنٖ وَمَا تَتۡلُواْ
مِنۡهُ مِن قُرۡءَانٖ وَلَا تَعۡمَلُونَ مِنۡ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيۡكُمۡ شُهُودًا
إِذۡ تُفِيضُونَ فِيهِۚ وَمَا يَعۡزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثۡقَالِ ذَرَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ
وَلَا فِي ٱلسَّمَآءِ وَلَآ أَصۡغَرَ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكۡبَرَ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ
مُّبِينٍ ٦١ ﴾ [يونس : ٦١]
61. Kamu tidak berada
dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak
mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu
melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah
(atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula)
yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam Kitab yang nyata
(Lauh mahfuzh). (QS. Yunus: 61)
·
Tingkatan-tingkatan agama Islam:
Agama
Islam terdiri dari tiga tingkatan, sebagiannya di atas yang lain, yaitu: Islam,
iman, dan ihsan, dan ihsan inilah tingkatan yang tertinggi, dan setiap
tingkatan terdiri dari beberapa tingkatan. Dari Umar bin Khaththab t
berkata: "Tatkala kami berada di sisi Rasulullah r,
tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, rambut sangat
hitam, tidak ada bekas perjalanan jauh yang tanpak padanya, dan tidak
seorangpun dari kami yang mengenalnya. Sehingga ia duduk kepada Nabi r,
lalu ia menyandarkan dua lututnya kepada kedua lututnya, dan meletakkan kedua
telapak tangannya di atas kedua pahanya, ia berkata: "Wahai Muhammad,
beritakanlah kepadaku tentang Islam?". Rasulullah r
bersabda: "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak
disembah selain Allah I
dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan, dan berhaji ke baitullah jika engkau mampu berjalan
kepadanya". Ia berkata: "Engkau benar". "Umar t
berkata: "Kami heran karenanya, di mana dia bertanya lalu dia sendiri yang
membenarkannya. Ia bertanya kembali: "Beritahukanlah kepadaku tentang
iman?". Rasulullah r
menjawab: Iman adalah engkau beriman kepada Allah I,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman
kepada qadar yang baik dan buruk. Lelaki itu berkata: 'Engkau benar". Lalu Ia
bertanya kembali: "Beritahukanlah kepadaku tentang ihsan?". Beliau
bersabda: Bahwa engkau menyembah Allah I
seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak bisa (seolah-olah)
melihatnya, maka sesungguhnya Dia I
melihatmu". Ia bertanya kembali: "Beritakanlah kepadaku tentang hari
kiamat?". Beliau r
menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari pada
yang bertanya". Ia bertanya: "Beritahukanlah kepadaku tentang
tanda-tanda-Nya?". Beliau menjawab: Seorang budak wanita melahirkan
majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak bersendal, tidak
berpakaian, fakir, pengembala kambing berlomba-lomba dalam bangunan".
Kemudian laki-laki itu pergi, lalu aku berdiam beberapa saat, kemudian beliau
bersabda kepadaku: 'Wahai Umar, apakah engkau tahu siapakah yang bertanya itu?'
Aku menjawab, 'Allah I
dan Rasul-Nya r
lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya ia adalah Jibril u,
dia datang kepadamu mengajarkan agamamu.' HR. Muslim.[6]
·
Ihsan terdiri dari dua tingkatan:
Tingkatan pertama:
bahwa manusia menyembah Rabb-nya seolah-olah dia melihat-Nya dalam melaksanakan ibadah yang bersifat permohonan
(ibadah thalab), rasa rindu, mengharap dan cinta. Dia meminta kepada Zat yang
dicintanya, Allah I,
dia menuju dan menyembah-Nya seolah-olah melihat-Nya. Ini adalah tingkatan yang
tertinggi dari dua tingakatan ihsan, yaitu engkau menyembah Allah I
seolah-olah melihat-Nya".
Tingkatan
kedua: Apabila saat dirimu
menyembah Allah I
tidak bisa bersikap seakan-akan melihat-Nya dan meminta-Nya, maka sembahlah Dia
seakan-akan Dia melihatmu, sebagai penyembahan orang yang takut dari-Nya,
berlari dari siksa dan hukuman-Nya, merendahkan diri bagi-Nya " maka jika
engkau tidak bisa (seolah-olah) melihatNya, maka sesungguhnya Dia I
melihatmu".
·
Menyembah kepada Allah I
didasarkan dua perkara: Ketinggian cinta kepada Allah I,
dan pengagungan yang tinggi dan sikap merendahkan diri yang dalam kepada-Nya. Maka
rasa cinta melahirkan rindu dan menuju (hanya kepadaNya), sementara
mengagungkan dan merendahkan diri kepada-Nya melahirkan sikap takut dan
bergegas lari (menuju kepadaNya). Inilah ihsan dalam penyembahan kepada Allah I,
dan Allah I
menyukai orang-orang yang berbuat baik.
1. Firman
Allah I:
﴿ وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينٗا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ
وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۗ وَٱتَّخَذَ
ٱللَّهُ إِبۡرَٰهِيمَ خَلِيلٗا ١٢٥ ﴾ [النساء : ١٢٥]
125. "Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus".
2. Firman
Allah I:
﴿ ۞وَمَن يُسۡلِمۡ وَجۡهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ
وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ
ٱلۡأُمُورِ ٢٢ ﴾ [لقمان: ٢٢]
22.
"Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh. dan Hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan". QS.Luqman:
22
3. Firman
Allah I:
﴿ بَلَىٰۚ مَنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ
وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَلَهُۥٓ أَجۡرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا
هُمۡ يَحۡزَنُونَ ١١٢ ﴾ [البقرة: ١١٢]
112.
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. QS.
Al-Baqarah: 112
·
Perniagaan yang menguntungkan:
·
Di dalam al-Qur`an disebutkan dua jenis
perniagaan: perniagaan orang-orang beriman … dan perniagaan orang-orang kafir:
Perniagaan orang-orang beriman adalah
perniagaan yang menguntungkan dan mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat,
dan itulah agama, sebagaimana dalam firman Allah I:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ
عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ ١٠ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ
وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ
لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ١١ ﴾ [الصف: ١٠، ١١]
10.
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? 11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya
dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik
bagimu, jika kamu Mengetahui. QS. Ash-Shaff: 10-11
Dan perniagaan orang-orang munafik
adalah merugi, membawa kepada kecelakaan di dunia dan akhirat, sebagaimana
firman Allah I
tentang orang-orang munafik:
﴿ وَإِذَا لَقُواْ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قَالُوٓاْ
ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوۡاْ إِلَىٰ شَيَٰطِينِهِمۡ قَالُوٓاْ إِنَّا مَعَكُمۡ إِنَّمَا
نَحۡنُ مُسۡتَهۡزِءُونَ ١٤ ٱللَّهُ يَسۡتَهۡزِئُ بِهِمۡ وَيَمُدُّهُمۡ فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ
يَعۡمَهُونَ ١٥ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلضَّلَٰلَةَ بِٱلۡهُدَىٰ فَمَا
رَبِحَت تِّجَٰرَتُهُمۡ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ ١٦ ﴾ [البقرة: ١٤، ١٦]
14. "Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka
kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka mengatakan:
"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok."
15.
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka. 16. Mereka Itulah orang yang membeli
kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk".
Post a Comment