K i t a b I l m u
K i
t a b I l
m u
·
Keutamaan berilmu:
1. Firman
Allah I:
﴿ ...... يَرۡفَعِ ٱللَّهُ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ
بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١ ﴾ [المجادلة: ١١]
11. " …Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". QS.
Al-Mujadilah: 11
2. Dari
Abu Umamah al-Bahili t
berkata, diceritakan kepada Rasulullah r
tentang dua orang laki-laki, salah satunya adalah ahli ibadah dan yang lain adalah
seorang yang berilmu, lalu Rasulullah r
bersabda:
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كََفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ
"Keutamaan
orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas
yang terendah darimu".
Kemudian
Rasulullah r
bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَمَوَاتِ وَاْلأَرَضِيْنَ
حَتَّى النَّمْلَةَ فِى حُجْرِهَا وَحَتَّى الْحُوْتَ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى
مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
"Sesungguhnya Allah I,
malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, bahkan semut di dalam lobangnya sampai
ikanpun berdo'a bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." HR.
at-Tirmidzi.[1]
·
Keutamaan menuntut ilmu dan menuntutnya
sebelum mengajarkan dan beramal denganya:
Firman Allah I:
﴿ فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ
مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ ١٩ ﴾ [محمد : ١٩]
19. "Maka
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal". QS. Muhammad: 19
Firman Allah I:
﴿ ........ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗا ١١٤ ﴾ [طه: ١١٤]
114 "Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan." QS. Thaaha: 114
Dari Abu Hurairah t,
ia berkata, 'Rasulullah r
bersabda:
... وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ
فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
"Dan barangsiapa yang menjalani
satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah I memudahkan
baginya jalan menuju surga." HR. Muslim.[2]
·
Keutaman orang yang menyeru kepada
petunjuk:
Dari
Abu Hurairah t,
sesungguhnya Rasulullah r
bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْل ُأُجُوْرِ
مَنْ تَبِعَهُ, لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا, وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا.
"Barangsiapa
yang mengajak kepada petunjuk, niscaya ia mendapat pahala seperti pahala
orang-orang yang mengikutinya, dan tidak mengurangi sedikitpun dari pahala
mereka. dan barangsiapa yang mengajaka kepada kesesatan, niscaya ia mendapatkan
dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak mengurangi sedikitpun dari
dosa mereka.' HR. Muslim.
·
Kewajiban menyampaikan ilmu:
1. Firman
Allah I:
﴿ هَٰذَا بَلَٰغٞ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ
بِهِۦ وَلِيَعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا هُوَ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
٥٢ ﴾ [ابراهيم: ٥٢]
52. "(Al Quran)
Ini adalah penjelasan yang Sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi
peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia adalah Tuhan
yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran".
QS.Ibrahim: 52
2. Dari
Abu Bakrah t,
di saat haji waja`, sesungguhnya Nabi r
bersabda:
... لِيُبَلِّغَ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ,
فَإِنَّ الشَّاهِدَ عَسَى أَنْ يُبَلِّّغَ مَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ مِنْهُ
"Hendaklah
orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir, karena
sesungguhnya orang yang hadir barangkali menyampaikan kepada orang yang lebih
paham darinya." Muttafaqun 'alaih.[3]
3. Dari
Abdullah bin 'Amr t,
sesungguhnya Nabi r
bersabda, '
بَلِّغُوْا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
"Sampaikanlah
dariku, seklipun hanya satu ayat…". HR. al-Bukhari.[4]
·
Hukuman bagi yang menyembunyikan ilmu:
Firman Allah I:
﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡتُمُونَ مَآ أَنزَلۡنَا
مِنَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَٱلۡهُدَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا بَيَّنَّٰهُ لِلنَّاسِ فِي ٱلۡكِتَٰبِ
أُوْلَٰٓئِكَ يَلۡعَنُهُمُ ٱللَّهُ وَيَلۡعَنُهُمُ ٱللَّٰعِنُونَ ١٥٩ إِلَّا ٱلَّذِينَ
تَابُواْ وَأَصۡلَحُواْ وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَتُوبُ عَلَيۡهِمۡ وَأَنَا ٱلتَّوَّابُ
ٱلرَّحِيمُ ١٦٠ ﴾ [البقرة: ١٥٩، ١٦٠]
159. Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula)
oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, 160.
Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan[105] dan
menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan
Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. QS. Al-Baqarah: 159-160)
Dari Abu Hurairah t,
ia berkata, 'Rasulullah r
bersabda:
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللهُ بِلِجَامٍ
مِنْ نَارٍ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Barangsiapa
yang ditanya tentang ilmu, lalu ia menyembunyikannya, niscaya Allah I
mengekangnya dengan tali kekang dari neraka di hari kiamat." HR. Abu Daud
dan at-Tirmidzi.[5]
·
Hukuman orang yang menuntut ilmu bukan
karena Allah I:
1. Dari
Abu Hurairah t
berkata: Rasulullah r
bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهَ اللهِ عَزَّ
وَجَلّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ
يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
"Barangsiapa
yang menuntut ilmu yang diharuskan ikhlas karena Allah I,
dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan harta benda dunia, niscaya
ia tidak mendapatkan aroma surga di hari kiamat." HR. Abu Daud dan Ibnu
Majah.[6]
2. Dari
Ka'ab bin Malik t
berkata: Aku mendengar Rasulullah r
bersabda:
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ
لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ
أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارُ
"Barangsiapa
yang menuntut ilmu bertujuan untuk mengalahkan para ulama atau untuk membantah
orang-orang bodoh, atau untuk memalingkan pandangan manusia kepadanya, niscaya
Allah I
memasukkannya ke dalam neraka." HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.[7]
·
Hukuman berdusta terhadap Allah I
dan Rasul-Nya r:
1. Firman
Allah I:
﴿ ........ فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبٗا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ
بِغَيۡرِ عِلۡمٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٤٤ ﴾ [الانعام: ١٤٤]
144. "Maka
siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap
Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan ?" Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". QS. Al-An'aam: 144
2. Firman
Allah I:
﴿ وَلَا تَقُولُواْ لِمَا تَصِفُ أَلۡسِنَتُكُمُ
ٱلۡكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٞ وَهَٰذَا حَرَامٞ لِّتَفۡتَرُواْ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَۚ
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفۡتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ لَا يُفۡلِحُونَ ١١٦ مَتَٰعٞ
قَلِيلٞ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ١١٧ ﴾ [النحل: ١١٦، ١١٧]
116. "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang
disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram",
untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. 117. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan
bagi mereka azab yang pedih". QS. An-Nahl: 116-117.
3. Dari
Abu Hurairah t, ia berkata, 'Rasulullah r
bersabda:
مَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِْدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ
مِنَ النَّارِ
"Barangsiapa
yang berbohong terhadapku secara sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan
tempatnya di neraka." Muttafaqun 'alaih.[8]
·
Keutamaan orang yang berilmu dan
mengajarkannya:
1. Firman
I:
﴿ ...... وَلَٰكِن كُونُواْ
رَبَّٰنِيِّۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ
٧٩ ﴾ [ال عمران: ٧٩]
79.
"Akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi
orang-orang rabbani Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya". QS. Ali 'Imran: 79
2. Dari
Abu Musa t,
dari Nabi r
beliau bersabda: Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang Allah I
mengutusku dengannya yaitu seperti air melimpah yang tercurah ke bumi. Maka di
antara bumi itu ada yang bersih, menerima air lalu menumbuhkan rerumputan yang
banyak dengannya. Dan ada di antaranya ada yang gersang yang mampu menahan air,
maka Allah I
memberikan manfaat kepada manusia dengannya, lalu mereka meminum, menyirami
tanaman dan bertani dengannya. Dan ada bagian air yang menimpa bagian lain dari
bumi, dia adalah permukaan yang lereng,
yang tidak bisa menahan (menyimpan) air dan tidak bisa menumbuhkan rerumputan.
Maka itulah perumpamaan orang yang mengerti tentang agama Allah I
dan memberi manfaat kepadanya risalah yang Allah I mengutusku
dengannya, lalu ia mengetahui dan mengajarkan. Dan perumpamaan orang yang tidak
perduli terhadap hal itu dan tidak mau menerima petunjuk Allah I
yang aku diutus dengannya." Muttafaqun 'alaih.[9]
3. Dari
Abdullah bin Mas'ud t
berkata: Nabi r
bersabda:
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً
فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ, وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْحِكْمَةَ
فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
"Tidak
boleh dengki kecuali kepada pada dua orang: Seseorang yang diberikan oleh Allah
I
harta, lalu ia menyalurkannya di dalam kebenaran, dan seseorang yang diberikan
oleh Allah I
hikmah (ilmu), dan ia memutuskan hukum dengannya dan mengajarkannya."
Muttafaqun 'alaih.[10]
·
Cara diangkat dan diambilnya ilmu:
1. Dari
Anas bin Malik t
berkata: Maukah kalian aku ceritakan satu hadits yang pernah aku dengar dari
Rasulullah r,
yang tidak ada seorangpun yang menceritakannya kepadamu setelahku, yang pernah
mendengarnya dari beliau:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ
وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَفْشُوَ الزِّنَى
وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَذْهَبَ الرِّجَالُ وَتَبْقَى النِّسَاءُ حَتَّى يَكُوْنَ
لِخَمْسِيْنَ امْرَأَةً قَيِّمٌ وَاحِدٌ.
"Sesungguhnya
di antara tanda-tanda hari kiamat: diangkatnya ilmu, nampaknya kebodohan,
tersebarnya perzinahan, diminumnya arak, berkurangnya para laki-laki, dan
tersisalah para wanita, sehingga bagi lima
puluh orang perempuan hanya ada seorang (laki-laki) sebagai penanggung
jawab." Muttafaqun 'alaih.[11]
2. Dari
Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash t
berkata: Rasulullah r
bersabda:
إَنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ
الْعِبَادِ وَلكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاء,ِحَتىّ إِذَا لمَ
ْيَبْقَ عَالِمٌ اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا
بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوْا.
"Sesungguhnya
Allah I
tidak mengambil ilmu secara langsung yang diambilnya dari seorang hamba, akan
tetapi Allah I
mengambil ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak ada lagi
orang yang berilmu, manusia memilih para pemimpin yang bodoh, maka mereka
ditanya lalu memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan."
Muttafaqun 'alaih.[12]
·
Keutamaan paham di dalam agama:
1. Dari
Humaid bin Abdurrahman t
sesungguhnya ia mendengar Mu'awiyah t
berkata: Rasulullah r
bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَاللهُ
الْمُعْطِي وَأَنَا الْقَاسِمُ وَلاَ تَزَالُ هذِهِ الأُمَّةُ ظَاهِرِيْنَ عَلَى
مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى َيأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ ظَاهِرُوْنَ.
"Barangsiapa
yang Allah I
menghendaki kebaikan baginya, niscaya Dia memberinya kepahaman dalam agama, dan
Allah I
yang memberi dan akulah yang membagi. Dan senantiasa umat ini nampak (menang)
terhadap orang yang menyalahi mereka sampai datang perkara Allah I
dan mereka tetap nampak (menang)." Muttafaqun 'alaih.[13]
2. Dari
Utsman t
dari Nabi r
bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik orang di antara kalian
adalah yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya." HR. al-Bukhari.[14]
·
Keutamaan majelis dzikir:
Di
dunia ini ada dua taman surga, salah satunya tetap dan yang lain selalu
berganti pada setiap waktu dan tempat.
1. Dari
Abu Hurairah t
sesungguhnya Nabi r
bersabda:
مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِيْ رَوْضَةٌُ مِنْ رِيَاضِ
الْجَنَّةِ, وَمِنْبَرِيْ عَلَى حَوْضِي
"Tempat
di antara rumahku dan minbarku adalah satu taman dari taman-taman surga, dan
minbarku di atas telagaku." Muttafaqun 'alaih.[15]
2. Dari
Anas bin Malik t
sesungguhnya Rasulullah r
bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا. قَالُوْا
وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ.
"Apabila
kamu melewati taman-taman surga, maka bersenang-senanglah' Mereka bertanya,
'Apakah taman-taman surga itu? Beliau menjawab, 'Majelis-majelis dzikir.' HR.
Ahmad dan at-Tirmidzi.[16]
3. Dari
Abu Hurairah t
dan Abu Sa'id al-Khudri t,
sesungguhnya keduanya menyaksikan bahwa Rasulullah r
bersabda:
لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ عَزّ وجل إِلاَّ
حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السّكِيْنَةُ وَ
ذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ
"Tidaklah
suatu kaum duduk-duduk untuk mengingat Allah I, melainkan
mereka dikelilingi para malaikat, diliputi rahmat, dan turunlah ketenangan
kepada mereka, serta Allah I
menyebutkan mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya. HR. Muslim.[17]
·
Adab menuntut ilmu:
·
Ilmu adalah ibadah, dan ibadah mempunyai
dua syarat: yaitu ikhlas kepada Allah I
dan mengikuti Rasulullah r.
Para ulama adalah pewaris para nabi, dan ilmu terdiri dari beberapa bagian:
yang tertinggi, yang paling mulia dan yang paling bersih adalah ilmu yang
dibawa oleh para nabi dan rasul, berupa ilmu tentang Allah I,
asma-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, agama-Nya, dan syari'at-Nya.
Firman
Allah I:
﴿ فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ
مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ ١٩ ﴾ [محمد : ١٩]
19. Maka Ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. QS.
Muhammad: 19
·
Dan ilmu mempunyai beberapa adab, di
antaranya yang berkaitan dengan pengajar (guru, ustadz), pelajar (santri), dan
ini adalah sebagian darinya:
1-
Adab Seorang Pengajar
·
Tawadhu' dan rendah diri:
Firman
Allah I
kepada Nabi-Nya:
﴿ وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ
ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٢١٥ ﴾ [الشعراء : ٢١٥]
215. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. QS. Asy-Syu'araa`: 215
·
Memiliki akhlak yang terpuji.
1. Firman
Allah I:
﴿ وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ٤ ﴾ [القلم: ٤]
4.
“Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. QS. Al-Qalam: 4
2. Firman
Allah I
kepada Nabi-Nya r:
﴿ خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ
عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩ ﴾ [الاعراف: ١٩9]
199. “Jadilah Engkau Pema'af dan
suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh”. QS. Al-A'raaf:199
·
Hendaklah seorang pengajar memperhatikan
keadaan seseorang saat memberikan nasehat dan ilmu agar mereka tidak merasa jemu,
lalu menjauh:
Dari
Abdullah bin Mas'ud t
berkata: “Rasulullah r
memperhatikan keadaan kami pada hari-hari beliau memberi nasehat karena
khawatir jika ada rasa jemu yang menyentuh kami.'Muttafaqun 'alaih.[18]
·
Meninggikan suara saat menyampaikan ilmu
dan mengulanginya dua atau tiga kali, agar dapat dipahami:
1. Dari
Abdullah bin 'Amar t
berkata: “Rasulullah r
tertinggal dalam sebuah perjalanan kami
lakukan, dan beliau menyusul kami, sementara waktu shalat telah masuk dan kami
sedang berwudhu'. Maka kami mengusap kaki kami, lalu beliau berseru dengan
suara yang tinggi: “Celakalah tumit (yang tidak tersentuh oleh air wudhu’)
karena (akan disiksa dengan) api neraka.' Dua kali atau tiga kali."
Muttafaqun 'alaih.[19]
2. Dari
Anas bin Malik t
dari Nabi r
bahwa apabila beliau berbicara dengan suatu kata, maka beliau mengulanginya
tiga kali, sehingga dapat dipahami. Dan apabila beliau mendatangi suatu kaum,
maka beliau memberi salam kepada mereka sebanyak tiga kali." HR.
al-Bukhari.[20]
·
Bernada marah dalam memberi nasehat dan
mengajar, apabila melihat atau mendengar hal yang tidak disukai:
Dari
Ibnu Mas'ud t
berkata: “Seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah!, hampir saja aku tidak
mendapatkan shalat, karena fulan (yang mengimami shalat) selalu memperpanjang
shalatnya dengan kami”. Maka aku tidak pernah melihat Rasulullah r
marah melebihi marahnya daripada hari itu dalam memberi nasehat beliau
bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُوْنَ فَمَنْ صَلَّى
بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنْ فِيْهِمُ الْمَرِيْضَ وَالضَّعِيْفَ وَذَا
الْحَاجَةِ.
"Wahai
manusia, sesungguhnya kalian membuat orang berlari (dari agama ini).
Barangsiapa (yang mengimami) manusia dalam shalatnya, maka hendaklah ia
memperpendeknya. Karena sesungguhnya di antara jama’ah ada orang yang sakit,
lemah, dan mempunyai kebutuhan." Muttafaqun 'alaih.[21]
·
Terkadang memberi jawaban kepada penanya
dengan jawaban yang lebih banyak daripada pertanyaannya:
Dari
Ibnu Umar, sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah r
tentang pakaian yang boleh dipakai oleh orang yang sedang berihram? Maka
Rasulullah r:
وَلاَتَلْبَسُوْا الْقُمُصَ وَلاَالْعَمَائِمَ وَلاَ
الْسَرَاوِيْلاَتِ وَلاَ الْبَرَانِسَ وَلاَ الْخِفَافَ إِلاَّ أَحَدٌ لاَ يَجِدُ
النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِْ الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنَ
الْكَعْبَيْنِ, وَلاَ تَلْبَسُوْا مِنَ الثِّيَابِ شَيْئًا مَسَّهُ الزَّعْفَرَانُ
وَلاَ الْوَرَسُ.
"Janganlah engkau memakai kemeja, dan
jagan pula memakai surban, celana, baju mantel yang bertedung kepalanya,
sepatu, kecuali orang yang tidak mendapatkan dua sendal, maka hendaklah ia
memakai dua sepatu (khuf) dan hendaklah dia memotongnya sehingga menjadi lebih
rendah dari dua mata kaki. Dan janganlah kamu memakai pakaian yang terkena
za'faran dan waras." Muttafaqun 'alaih.[22]
·
Melontarkan pertanyaan kepada
murid-muridnya untuk mengetahui tingkat keilmuan mereka:
Dari
Ibnu Umar t,
ia berkata, 'Rasulullah r
bersabda:
إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةٌ لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا
مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُوْنِي مَا هِيَ؟ فَوَقَعَ النَّاسُ فِى شَجَرِ
الْبَوَادِي. قَالَ عَبْدُ الله: وَوَقَعَ
فِى نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فاَسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قاَلُوْا: حَدِّثْنَا مَا
هِيَ يَا رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: هِيَ النَّخْلَةُ.
"Sesungguhnya di antara pohon ada
satu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan sesungguhnya ia adalah perumpamaan
seorang muslim, beritahukanlah aku, apakah nama pohon itu?'. Orang-orang
menduga bahwa nama pohon tersebut adalah pohon bawadi. Abdullah t
berkata: Aku menduga bahwa pohon itu adalah pohon kurma, namun aku merasa malu
mengatakannya. Kemudian para shahabat berkata: beritahukanlah kepada kami pohon
apakah itu wahai Rasulullah?' Beliau bersabda: Ia adalah pohon kurma."
Jawab Rasulullah. Muttafaqun 'alaih.[23]
·
Tidak melontarkan perkara yang samar di
tengah umum, dan tidak mengkhususkan ilmu tertentu bagi suatu kaum, karena
khawatir jika mereka tidak mengerti
Dari
Anas bin Malik t,
bahwa Rasulullah r
membonceng Mu'adz t.
Beliau bersabda: “Wahai Mu'adz!”. “Ya, wahai Rasulullah”. Kata Mu’adz menjawab,
“Wahai Mu'adz!”. “Ya, wahai Rasulullah”. Kata Mu’adz menjawab. “Wahai Mu'adz!”.
“Ya, wahai Rasulullah”. Kata Mu’adz menjawab. Beliau bersabda: 'Tidak ada
seorangpun yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah
dengan sebenarnya) selain Allah I,
dan sesungguhnya Muhammad r
adalah utusan Allah I,
dengan benar dari hatinya, melainkan Allah I
mengharamkannya atas dirinya api neraka. Mu’adz bertanya: “Wahai Rasulullah,
bolehkah aku memberitahukannya kepada manusia agar mereka bergembira
dengannya?”. Beliau bersabda: “Niscaya mereka akan bersandar (tidak beramal)”.
Namun, akhirnya Mu'adzpun membeitahukan tentang hadits tersebut saat akan
meninggalnya karena takut berdosa (jika menyembunyikannya)”. Muttafaqun 'alaih.[24]
·
Meninggalkan merubah kemungkaran,
apabila khawatir akan terjadi kemungkaran yang lebih berat dengan sebab itu:
Dari
'Aisyah radhiyallahu 'anha, sesungguhnya Nabi r
berkata kepadanya, "
يَا عَائِشَةُ لَوْلاَ أَنَّ قَوْمُكِ حَدِيْثَ عَهْدٍ
بِالْجَاهِلِيَّةِ َلأَمَرْتُ بِاْلبَيْتِ فَهُدِمَ فَأَدْخَلْتُ فِيْهِ مَا
أُخْرِجَ مِنْهُ. وَأَلْزَقْتُهُ بِاْلأَرْضِ وَجَعَلْتُ لَهُ بَابَيْنِ, بَابًا
شَرْقِيًّا وَبَابًا غَرْبِيًّا فَبَلَغْتُ بِهِ أَسَاسَ إِبْرَاهِيْمَ
"Wahai 'Aisyah, kalau bukan karena
kaummu masih baru meninggalkan masa jahiliyah, niscaya aku memerintahkan untuk
meruntuhkan Ka'bah, lalu aku memasukkan padanya yang telah dikeluarkan darinya
(hijir Ismail) dan aku melekatkannya dengan bumi, dan aku menjadikannya dua
pintu, satu pintu di Timur dan satu pintu di Barat, sehingga dengannya aku
mencapai pondasi yang telah dibangun nabi Ibrahim u.'
Muttafaqun 'alaih.[25]
·
Mengajarkan ilmu baik kepada laki-laki
dan perempuan secara khusus:
Dari
Abu Sa'id al-Khudri t
berkata: Para wanita berkata kepada Nabi r:
"Kaum lelaki telah mengalahkan kami atas dirimu, maka berikanlah bagi kami
satu hari dari dirimu”. Maka beliau menjanjikan kepada mereka satu hari di mana
beliau bertemu dengan mereka padanya. Maka beliau memberi nasehat dan
memerintahkan kepada mereka. Maka di antara nasehat beliau kepada mereka:
مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ ثَلاَثَةً مِنْ وَلَدِهَا
إِلاَّ كَانَ حِجَابًا لَهَا مِنَ النَّارِ. فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: وَاثْنَيْنِ؟
فَقَالَ: وَاثْنَيْنِ.
"Tidak ada seorang wanita yang
ditinggal mati oleh tiga orang anaknya melainkan mereka menjadi penghalang
baginya dari nereka.' Maka seorang wanita berkata: “Dan bagaimana dengan dua
orang?”. Beliau r
bersabda: “Dan begitu juga dua orang”. Muttafaqun 'alaih.[26]
·
Seorang yang berilmu hendaknya memberi
nasehat dan mengajar manusia di malam atau siang hari, di atas tanah atau
kenderaan:
1. Dari
Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata: Nabi r terjaga
pada satu malam, lalu bersabda:
سُبْحَانَ اللهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ
وَمَاذَا فُتِحَ مِنَ الْخَزَائِنِ, أَيْقِظُوْا صَوَاحِبَ الْحُجَرِفَرُبَّ
كَاسِيَةٍ فِى الدُّنَْيا عَارِيَةٍ فِى اْلآخِرَةِ
'Maha suci Allah I.
Apakah yang telah diturunkan pada malam ini dari fitnah. Apakah yang telah dibuka
dari perbendaharaan. Bangunkanlah orang-orang yang ada di dalam kamar, berapa
banyak yang berpakaian di dunia, bertelanjang di akhirat". HR. al-Bukhari.[27]
2. Dari
Ibnu Umar t
berkata: Rasulullah r
melaksanakan shalat 'Isya bersama kami di akhir hayatnya. Maka tatkala beliau
salam, beliau r
bersabda:
أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هذِهِ فَإِنَّ رَأْسَ مِائَةِ سَنَةٍ
مِنْهَا لاَ يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ عَلَى ظَهْرِ اْلأَرْضِ أَحَدٌ
“Bagaimana pendapatmu tentang malam kamu
ini, sesungguhnya awal seratus tahun yang akan datang tidak ada seorang pun
dari yang hidup masa ini yang masih tersisa di atas muka bumi." Muttafaqun
'alaih.[28]
3. Dari
Mu'adz bin Jabal t
berkata: Aku berada pada boncengan Rasulullah r di atas
keledai yang dinamakan 'Ufair, beliau berkata: “Wahai Mu'adz, apakah engkau
tahu hak Allah I
terhadap hambaNya? Dan apakah hak hamba terhadap Allah I?
Mu’adz berkata: “Aku menjawab Allah I
dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hak Allah I
terhadap hamba bahwa mereka menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan
sesuatu apapun. Dan hak hamba terhadap Allah I bahwa Dia
tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Mu’adz
melanjutkan: “Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan
berita gembira kepada manusia?”. Beliau menjawab: “Janganlah engkau
memberitahukan tentang kabar gembira ini kepada mereka, agar mereka tidak bersandar tanpa amal." Muttafaqun
'alaih.[29]
·
Doa dan dzikir yang dibaca pada penutup
majelis:
1. Dari
Ibnu Umar t
ia berkata, 'Jarang sekali Rasulullah r
berdiri dari majelis, sehingga beliau berdoa dengan doa-doa ini untuk para
sahabatnya:
اللّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُوْلُ بِهِ
بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ
جَنَّتِكَ, وَمِنْ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ مُصِيْبَاتِ الدُّنْيَا
وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا
أَحْيَيْتَنَاوَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ
ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى
دِيْنِنَا وَلاَ
تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ
عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
"Ya Allah I
berikanlah kepada kami dari rasa takut kepada-Mu yang menghalangi antara kami
dan bermaksiat kepada-Mu, dan dengan taat kepada-Mu yang menyampaikan kami
kepada surga-Mu, dan dengan keyakinan yang memudahkan kami menghadapi
musibah-musibah dunia. Berilah kenikmatan kepada kami dengan pendengaran,
penglihatan, dan kekuatan kami selama hidup kami. Jadikanlah ia sebagai warisan
dari kami. Jadikanlah pembalasan dendam kami kepada yang berbuat zalim kepada
kami. tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami. Janganlah Engkau
jadikan musibah dalam agama kami. Janganlah engkau jadikan dunia menjadi tujuan
terbesar kami, dan jangan pula menjadi kesudahan pengetahuan kami. dan
jangankan Engkau kuasakan kepada kami orang yang tidak sayang kepada kami”.
HR. at-Tirmidzi.[30]
2. Dari
Abu Hurairah t
ia berkata, 'Rasulullah r
bersabda:
مَنْ جَلَسَ فِى مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيْهِ اللَّغَطُ فَقَالَ
قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذلِكَ: سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ: إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِى مَجْلِسِهِ
ذلِكَ.
"Barangsiapa yang duduk di suatu
majelis yang banyak terjadi kegaduhan padanya, lalu sebelum berdiri dari
majelisnya ia membaca:
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاَّ أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
(Maha
suci Engkau, ya Allah, dan segala pujian bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada
Ilah selain Engkau, aku meminta ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu).
Melainkan diampuni baginya apa yang telah terjadi di majelisnya itu." HR.
Ahmad dan at-Tirmidzi.[31]
2. Adab menuntut ilmu
·
Tata cara duduk untuk menuntut ilmu:
1. Dari
Umar bin Khaththab t
berkata: “Tatkala kami duduk di sisi Rasulullah r pada suatu
hari, tiba-tiba seorang laki-laki
datang, berpakaian sangat putih
dan rambutnya sangat hitam. tidak terlihat pada dirinya bekas-bekas perjalanan
jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalinya. Iapun duduk
menghadap Rasulullah r
dengan merapatkan kedua lututnya kepada kedua lutut Nabi r
dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi r
…"[32]
2. Dari
Anas bin Malik t
bahwa Rasulullah r
keluar lalu Abdullah bin Huzafah t
bertanya: “Siapakah ayahku?”. Beliau menjawab: “Huzafah”. Kemudian mengucapkan
secara berulang-ulang: “Bertanyalah kepadaku”. Lalu Umar t
bersimpuh di atas kedua lututnya seraya berkata: “Aku ridha kepada Allah I
sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad r sebagai
Nabi, lalu beliau terdiam”. HR. al-Bukhari.[33]
·
Selalu menghadiri majelis ilmu dan
majlis zikir di masjid, dan memperhatikan tempat duduk yang sesuai saat masuk dan orang-orang telah berada di
sekelilingnya:
Dari
Abu Waqid al-Laitsi t
bahwa dia saat duduk di masjid dan para shahabat yang lain telah berada di sekelilingnya lalu datanglah
tiga orang memasuki majlis. Lalu dua orang menuju kepada Rasulullah r
sementara yang lainnya pergi
meninggalkan majlis. Keduanya berdiri di hadapan Rasulullah r,
kemudian salah seorang dari keduanya melihat ada celah di tengah lingkaran lalu
ia duduk padanya. Sementara yang lain, duduk di belakang mereka. sedangkan yang
ketiga berlalu pergi meninggalkan majlis. Maka tatkala Rasulullah r
telah selesai, beliau bersabda:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا
أَحَدُهُمْ فَآوَا إِلَى اللهِ فَآوَى اللهُ عَنْهُ. وَأَمَّا اْلآخَرُ
فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللهُ مِنْهُ, وَأَمَّا اْلآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ
اللهُ عَنْهُ.
"Maukah
kalian jika aku memberitahukan kalian tentang tiga orang ini? Adapun salah
seorang dari mereka, maka ia kembali kepada Allah I
lalu Allah I
menempatkannya. Adapun yang kedua, maka ia merasa malu maka Allah I
pun merasa malu darinya. adapun yang lain, maka ia berpaling, maka berpalinglah
Allah I
darinya." Muttafaqun 'alaih.[34]
·
Mengembara dalam menuntut ilmu,
berkorban dalam menuntut dan memperbanyak ilmu, serta selalu rendah diri dalam
segala kondisi:
Dari
Ibnu Abbas t
berkata: Aku mendengar Rasulullah r
bersabda: "Ketika Musa u
berada di tengah-tengah kaum Bani Israil, datanglah seorang lelaki sraya
bertanya: “Apakah engkau mengetahui bahwa ada orang lain yang lebih alim
darimu? Musa u
menjawab: “Tidak”. Lalu Allah I
menurunkan wahyu kepada Musa: “Bahwa hamba Kami Khadhir (lebih alim dari
engkau)”. Lalu Musa u
bertanya bagaimana jalan mencarinya.
Allah I
menjadikan ikan sebagai tanda baginya.
Dikatakan
kepadanya: “Apabila engkau kehilangan ikan, maka kembalilah, sesungguhnya
engkau akan menemukannya. Dan ia mengikuti bekas jalan ikan di laut. Pembantunya
berkata kepada Musa u:
Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka
sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang
melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan Musa berkata:"Itulah
(tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka
semula. (QS. 18:64)
Lalu
mereka bertemu dengan Khadhir. Maka cerita keduanya seperti apa yang
diceritakan oleh Allah I
dalam Kitab-Nya (surah al-Kahf)." Muttafaqun 'alaih.[35]
·
Bersungguh-sungguh mencari ilmu:
Dari
Abu Hurairah t
berkata: Seseorang bertanya: “Wahai Rasulullah!, “Siapakah orang yang paling
beruntung mendapat syafaatmu di hari kiamat?”. Rasulullah r
menjawab: “Sungguh!, wahai Abu Hurairah aku telah menduga bahwa tidak ada
seorangpun yang mendahuluimu bertanya tentang persoalan ini, sebab aku melihat
kesungguhanmu dalam menuntut hadits. Manusia yang paling beruntung mendapatkan
syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan: “Laailaaha illallah”
(tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah I)
tulus dari hatinya atau jiwanya." HR. al-Bukhari.[36]
·
Menulis ilmu:
1. Dari
Abu Juhaifah t
berkata: Aku bertanya kepada Ali t:
Apakah kamu mempunyai Kitab?. Ia menjawab: 'Tidak, kecuali Kitabullah
(al-Qur‘an), atau pemahaman yang diberikan kepada seorang lelaki muslim, atau
yang apa ada di lembaran ini”. Ia berkata: Aku bertanya: “Apakah yang ada di
dalam lembaran ini?”. Ali t
menjawab: “Diyat, masalah pembebasan tawanan, dan seorang muslim tidak dibunuh
karena membunuh orang kafir." HR. al-Bukhari.[37]
2. Dari
Abu Hurairah t
berkata: “Tidak ada seorang sahabatpun yang mempunyai hadits lebih banyak dari
padaku kecuali Abdullah bin 'Amr t,
maka sesungguhnya ia menulis (hadits) dan aku tidak menulisnya." HR.
al-Bukhari.[38]
·
Apabila seseorang malu bertanya, maka
memintalah kepada orang lain untuk menanyakan masalahnya:
Dari
Ali t
berkata: “Aku seorang yang banyak keluar mazi dan merasa malu bertanya kepada
Nabi r
karena kedudukan putri beliau (Fathimah). Maka akupun meminta al-Miqdad bin
al-Aswad t
(untuk bertanya masalah ini). Ia bertanya tentang masalah itu. Nabi r
bersabda: “Hendaklah dia membersihkan zakarnya lalu berwudhu". Muttafaqun
'alaih.[39]
·
Mendekati imam saat memberi nasehat:
Dari
Samurah bin Jundub t
sesungguhnya Nabi r
bersabda: Hadirilah majlis zikir dan dekatlah dengan imam, maka sesungguhnya
seorang laki-laki senantiasa menjauh sehingga dimundur di surga, sekalipun dia
memasukinya." HR. Abu Daud.[40]
·
Beradab dengan adab yang disyari'atkan
pada saat berada pada majelis, di antaranya:
1. Firman
Allah I:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا
قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ
وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ
وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
﴾ [المجادلة: ١١]
11. “Hai orang-orang beriman apabila
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. QS. Al-Mujadilah: 11
2. Dari
Ibnu Umar t
dari Nabi r
beliau bersabda: “Janganlah seseorang meminta orang lain berdiri dari tempat
duduknya, kemudian ia duduk menempati tempat orang itu. Akan tetapi
berlapang-lapanglah dan memperluas.' Muttafaqun 'alaih.[41]
3. Dari
Abu Hurairah t
sesungguhnya Rasulullah r
bersabda: “Barangsiapa yang berdiri dari tempat duduknya kemudian ia kembali
kepadanya, maka ia lebih berhak dengannya.' HR. Muslim.[42]
4. Dari
Jabir bin Samurah t
berkata: “Apabila kami mendatangi Nabi r
maka salah seorang dari kami duduk di tempat di mana dia sampai." HR. Abu
Daud dan at-Tirmidzi. [43]
5. Dari
Amar bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah r
bersabda: 'Tidak boleh dipisah di antara dua orang laki-laki yang sedang duduk
kecuali dengan izin keduanya."[44]
6. Dari
asy-Syarid bin Suwaid t
berkata: “Rasulullah r
melewati aku, sedangkan aku sedang duduk seperti ini, dan aku meletakkan tangan
kiriku di belakang punggungku, dan aku bersandar di atas tanganku. Maka beliau
bersabda: “Apakah engkau duduk seperti duduknya orang-orang yang dimurkai?”.
HR. Ahmad dan Abu Daud.[45]
7. Dari Ibnu Mas'ud t
berkata: “Rasulullah r
bersabda: “Jika engkau bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik dan
meninggalkan yang ketiga, karena sesungguhnya hal itu menyakiti hatinya.' Muttafaqun
'alaih.[46]
[4] HR. al-Bukhari no.
3461
[6] Shahih/ Abu Daud no.
3664, ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan Abu Daud, dan Ibnu Majah no. 252,
Shahih Sunan Ibnu Majah no. 204.
[7] Hasan/ HR. at-Tirmidzi no
2654, ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan at-Tirmidzi no 2138, dan Ibnu Majah
no. 253, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 205..
[11] HR. al-Bukhari no.
81, dan Muslim no. 2671, ini adalah lafazhnya.
[16] Hasan/ HR. Ahmad no.
12551, lihat as-Silsilah ash-Shahihah no. 2562, dan at-Tirmidzi no. 3510,
Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2787.
[23] HR. al-Bukhari no.
61, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 2811
[27] HR. al-Bukhari 115.
[28] HR. al-Bukhari no.
116, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 2537.
[30] Hasan./ HR. at-Tirmidzi
no 3502,Shahih Sunan at-Tirmidzi
no.2783, lihat Shahih al-Jami', no 1268
[31] Shahih/ HR. at-TAHmad no.
10420, dan at-Tirmidzi no 3433, ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan at-Tirmidzi
no. 2730.
[32] HR. al-Bukhari no.
50, dan Muslim no. 8, ini adalah lafazhnya.
[42] HR. Muslim no. 2179.
[43] Shahih/ HR. Abu Daud no.
4825, Shahih Sunan Abu Daud no. 4040, dan at-Tirmidzi no. 2725, Shahih Sunan
At-Tirmidzi no. 2193
Post a Comment