AMAR MA’RUF & NAHI MUNKAR
AMAR MA’RUF & NAHI MUNKAR
Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah. Wa ba’du :
Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati,
mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir
(memberikan peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut, dan
segala yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, serta yang
menjauhkan dari rahmat-Nya.
Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar (menyuruh berbuat
yang ma’ruf dan melarang kemungkaran) menempati kedudukan yang agung. Dimana
para ulama menganggapnya sebagai rukun keenam dari rukun Islam. Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla telah mengedepankan perkara ini atas keimanan dalam
firman-Nya:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ ﴿١١٠﴾ سورة
آل عمران
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS.3:110)
Demikian pula dalam surat at-Taubah, Allah Azza wa Jalla
mengedepankannya atas penegakkan shalat dan membayar zakat. Allah Ta’ala berfirman
:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ
وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ
سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٧١﴾ سورة آل عمران
Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.3:110)
Konteks at-taqdim (pengedepanan lafaz) ini bertujuan untuk
menerangkan mengenai betapa agungnya perkara wajib ini, sekaligus untuk
menjelaskan betapa urgensinya dalam kehidupan individual, masyarakat maupun
berbangsa. Implementasi dan penegakkannya dapat membaikkan umat, membawa
kebaikan yang banyak dan menekan tingkat kejahatan, meminimalisir kemungkaran.
Sebaliknya dengan ditinggalkannya perkara ini, menimbulkan akibat-akibat yang
mengerikan, berbagai bencana besar, kejahatan yang merajalela, perpecahan umat,
hati-hati yang mengeras atau bahkan mati, munculnya perbuatan-perbuatan nestapa
dan semakin merebak luas, vokalnya suara-suara kebatilan, serta maraknya
kemungkaran.
DIANTARA KEUTAMAAN AMAR MA’RUF DAN NAHI
MUNKAR, YAITU:
PERTAMA, bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan profesi dan tugas agung para
rasul ‘alaihimus salam, Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ
اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ ﴿٣٦﴾ سورة النحل
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu". (QS.16:36)
KEDUA, bahwa ia termasuk sebagai ciri-ciri orang-orang beriman, sebagaimana
firman Allah Ta’ala :
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ
الرَّاكِعُونَ السَّاجِدونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ
الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١١٢﴾ سورة
التوبة
Mereka
itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah),
yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah
berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah
orang-orang mu'min itu. (QS.9:112)
Sebaliknya, orang-orang yang kerap berbuat
kemungkaran dan kerusakan seperti yang difirmankan-Nya :
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ
بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ
اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٦٧﴾ سورة التوبة
Orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma`ruf dan
mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah
melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang
fasik. (QS.9:67)
KETIGA, sesungguhnya amar ma’ruf dan nahi munkar termasuk karakteristik
orang-orang shalih, Allah Ta’ala berfirman :
لَيْسُواْ سَوَاء مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ
يَتْلُونَ آيَاتِ اللّهِ آنَاء اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ ﴿١١٣﴾ يُؤْمِنُونَ
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُوْلَـئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
﴿١١٤﴾ سورة آل عمران
113. Mereka itu tidak
sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca
ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(sembahyang). 114. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka
menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (QS.03:113-114)
KEEMPAT, diantara bentuk dari kebaikan umat ini, adalah amar ma’ruf dan nahi
munkar. Allah Ta’ala berfirman :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ ﴿١١٠﴾ سورة
آل عمران
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS.3:110)
KELIMA, dapat meneguhkan kedudukan umat di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman
:
الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ
وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ ﴿٤١﴾ سورة الحج
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.. (QS.22:41)
KEENAM, bahwa ia termasuk sebagai sebab-sebab turunnya pertolongan Allah. Allah Ta’ala
berfirman :
وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ
عَزِيزٌ ﴿٤٠﴾ الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ
وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ ﴿٤١﴾ سورة الحج
040. ... Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. 041. (yaitu) orang-orang yang jika
Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS.22:40-41)
KETUJUH, betapa besarnya keutamaan penegakkan perkara amar ma’ruf dan nahi munkar
ini. Allah Ta’ala berfirman :
لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ
بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ
ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً ﴿١١٤﴾ سورة
النساء
Tidak
ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar. (QS.4:114)
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam :
«مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا»
“Barangsiapa yang mengajak kepada
petunjuk, baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun.” (HR. Muslim).
KEDELAPAN, termasuk faktor yang dapat menggugurkan dosa-dosa, sebagaimana beliau Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda :
«
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ
يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ
وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ »
“Fitnah (bencana) seorang pria
terletak pada istrinya, hartanya, dirinya, anaknya dan tetangganya. Puasa,
shalat, sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar dapat menggugurkannya.” (HR.
Ahmad).
KESEMBILAN, pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan (upaya) memelihara lima perkara urgen
(adh-dharuriyah al-khams), yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta. Sementara itu, perkara amar ma’ruf dan nahi munkar ini masih
memiliki berbagai keutamaan lagi, selain yang telah kami sebutkan tadi. Akan
tetapi sekiranya perkara amar ma’ruf dan nahi munkar ini ditinggalkan dan
panjinya ditelantarkan; Akan menimbulkan berbagai kerusakan di daratan dan di
lautan, serta akan melahirkan berbagai konsekuensi serius, diantaranya yaitu :
- Terjadi kebinasaan dan siksaan (adzab). Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ
خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢٥﴾ سورة الأنفال
Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS.8:25)
Dari
Hudzaifah Radhiyallahu ‘Anhu secara marfu’ :
«
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ
الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ
ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ »
“Demi (Allah)
yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan
mencegah kemungkaran. Atau (jika tidak) nyaris Allah (akan) mengirimkan siksaan
(segera) atas kalian sebab (telah mengabaikan)nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya
namun (doa kalian) tidak dikabulkan.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Ketika Ummul Mukminin Zainab Radhiyallahu ‘Anha bertanya :
« أَنَهْلِكُ
وَفِينَا الصَّالِحُونَ ؟ » فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : « نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ »
“Apakah kita
akan binasa, sementara di tengah-tengah kita masih ada orang-orang yang
soleh?.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Iya, ketika keburukan
telah marak.” (HR. Bukhari).
- Tidak diterimanya do’a. Sesungguhnya telah diriwayatkan berbagai hadits mengenai hal tersebut. Diantaranya hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha secara marfu’ :
«
مُرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ قَبْلَ أَنْ تَدْعُوا فَلاَ
يُسْتَجَابَ لَكُمْ »
“Perintahkanlah
(oleh kalian untuk) berbuat yang ma’ruf dan laranglah kemungkaran, sebelum
(mengakibatkan) doa yang kalian panjatkan tidak diterima.” (HR. Ahmad).
- Menafikan kebaikan umat, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
«
وَاللَّهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ
وَلَتَأْخُذُنَّ عَلَى يَدَيْ الظَّالِمِ وَلَتَأْطُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ
أَطْرًا وَلَتَقْصُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ قَصْرًا ، أَوْ لَيَضْرِبَنَّ اللَّهُ
بِقُلُوبِ بَعْضِكُمْ عَلَى بَعْضٍ ثُمَّ لَيَلْعَنَنَّكُمْ كَمَا لَعَنَهُمْ »
“Demi Allah,
hendaklah kamu menyuruh berbuat yang ma'ruf dan melarang kemungkaran,
menghentikan orang yang berbuat zhalim, dan memalingkannya (kembali) kepada
kebenaran, atau memperketat (geraknya hanya) pada (lingkup) kebenaran. Atau
(jika tidak dilakukan) kelak Allah akan mempertentangkan hati sebagian kalian
dengan sebagian yang lainnya, kemudian Dia melaknat kalian sebagaimana Dia
telah melaknat mereka (Bani Isra’il) ”
(HR.
Abu Dawud).
- Orang-orang fasik, berdosa dan kafir memerintah, kemaksiatan-kemaksiatan dikemas indah, dan kemungkaran-kemungkaran tersebar luas serta terus menerus terpampang.
- Munculnya kebodohan, lenyapnya ilmu, terpuruknya umat dalam kesewenang-wenangan dan tenggelam tidak berakhir. Cukuplah menjadi dasar turunnya adzab Allah Azza wa Jalla kepada orang yang meninggalkan perkara amar ma’ruf dan nahi munkar, serta para musuh Islam dan orang-orang munafik mampu menguasainya, dan melemah kekuatannya dan berkurang kewibawaannya.
Saudara muslimku :
Al-‘Allamah Syaikh Hamd bin ‘Atiq Rahimahullah berkata :
“Sekiranya ada seorang pria yang mampu
berpuasa di siang harinya, dan berdiri shalat di malam harinya, dan bersikap
zuhud terhadap semua perkara-perkara duniawi, namun bersamaan dengan itu dia
tidak marah karena Allah, tidak pula berubah raut wajahnya, dan tidak memerah
marah, tidak menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan tidak melarang kemungkaran, maka
pria ini adalah manusia yang paling dimurkai di sisi Allah, yang paling minim
kualitas agamanya, dan pelaku-pelaku dosa besar lebih baik dibandingnya di sisi
Allah.
Langkah-Langkah Al-Inkar (tindakan mengingkari) dan al-Amr
(tsindakan menyuruh):
PERTAMA, pengenalan. Sesungguhnya seorang yang jahil (bodoh)
melakukuan sesuatu disebabkan ia tidak menduganya sebagai sebuah kemungkaran.
Maka harus diberikan penjelasan kepadanya, diperintahkan untuk berbuat yang
ma’ruf, dan diterangkan kepadanya mengenai besarnya ganjaran, berlimpah pahala
untuk orang yang melakukannya. Demikian itu dilakukan dengan cara yang santun,
lembut dan kasih sayang.
KEDUA, nasehat. Demikian itu dengan membangun rasa takut akan siksa
Allah Azza wa Jalla dan sangsi-Nya, serta mengingatkan pengaruh-pengaruh
berbagai perbuatan dosa dan maksiat, hal itu dilakukan dengan bersahabat dan
penuh kasih sayang kepadanya.
KETIGA, menyerahkannya ke ahlul hisbah (yaitu, Unit Pemerintahan
yang bertugas melakukan pengawasan dan penegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar,
pent.) sekiranya telah tampak sikap kedurhakaannya dan tak kunjung berhenti.
KEEMPAT, berulang-ulang kali dan tidak berputus asa. Karena sesungguhnya
para nabi dan rasul semuanya menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan perkara yang
paling besar dalam hal ini adalah perkara tauhid. Dan mereka juga memberikan
peringatan dari kemungkaran, dan perkara yang paling besar dalam hal ini adalah
yaitu kesyirikan. Mereka melakukannya sepanjang tahun, tanpa jenuh dan bosan.
KELIMA, memberikan hadiah buku dan kaset yang bermanfaat.
KEENAM, kepada orang-orang yang dibawah tanggungjawabnya seperti istri
dan anak-anaknya, maka boleh baginya untuk mengisolirnya, melarangnya dan
memukul dengan pukulan yang mendidik.
KETUJUH, amar ma’ruf dan nahi munkar mengharuskan pelakunya untuk
bersikap lembut, santun, lapang dada, sabar, menyayangi manusia, bersahabat
atas mereka, kesemuanya ini menuntut kesungguhan dan pengorbanan.
Saudara muslimku :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan
tahapan-tahapan tindakan merubah kemungkaran, dengan sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
« مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
»
“Barangsiapa di antara kalian
melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Sekiranya
ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Sekiranya ia tidak mampu (juga) maka
dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnysa iman ” (HR. Muslim).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah
berkata, “Demi Allah, wahai saudara-saudaraku, berpegang teguhlah kalian kepada
orsinalitas agamamu, muara dan hilirnya, bawah dan atasnya. Yaitu syahadat “ La
ilaha illallah ” dan pahamilah maknanya. Cintailah pemeluknya. Dan kalian
jadikanlah mereka sebagai saudara-saudara kalian, sekalipun mereka itu jauh
lokasinya. Ingkarilah para thagut dan musuhi mereka, serta bencilah kepada
orang-orang yang mencintai mereka. Atau bantahlah mereka, juga tidak
mengafirkan mereka. Atau berkata, “Saya terlepas atas mereka.” Atau berkata,
“Allah tidak membebaniku atas mereka.” Maka sungguh dia telah mendustakan ini
kepada Allah dan telah membuat-buat kebohongan (kamuflase). Bahkan Allah
menjadikannya sebagai beban bagi mereka, dan berlepas diri terhadap mereka,
sekalipun mereka adalah saudara-saudaranya atau anak-anaknya sendiri.
Saudara muslimku :
Telah merebak di tengah-tengah manusia virus keengganan dari
penegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, karena hal itu disebut sebagai
mencampuri urusan orang lain (intervensi). Hal ini disebabkan rendahnya
pemahaman dan kurangnya iman. Dari Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu berkata
:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ تَقْرَءُونَ هَذِهِ الآيَةَ
:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ لاَ
يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ﴿١٠٥﴾ سورة المآئدة }
وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ « إِنَّ النَّاسَ إِذَا
رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ
اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ »
“Wahai manusia, Sesungguhnya kalian
telah membaca ayat ini :
Hai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan
memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada
Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (QS.5:105)
Dan sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
‘Sesungguhnya manusia, jika melihat
orang yang melakukan perbuatan zalim, lalu mereka mereka tidak menghentikannya,
nyaris saja Allah meratakan siksanya kepada mereka disebabkan (sikap)nya
(tadi).” (HR. Abu Dawud).
Simaklah tentang bahtera suatu kaum,
sebagaimana yang telah digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan sabdanya :
«
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ
اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ
أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنْ الْمَاءِ
مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا
خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا
هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
»
“Perumpamaan orang yang berdiri di atas aturan-aturan Allah dan
orang yang melanggarnya, adalah sama dengan sekelompok orang yang menumpang di
atas perahu. Sebagian mereka berada di atas dan sebagian yang lain berada di
bawah. Mereka yang berada di bawah, jika mereka ingin mengambil air, maka
mereka melewati orang-orang yang ada di atasnya. Mereka yang berada di bawah
berkata, ‘Jika kami merusak perahu untuk mendapatkan bagian kami, kami tidak
akan mengganggu orang-orang di atas kami.’ Jika orang-orang yang ada di atas
membiarkan orang-orang yang ada di bawah nelakukan apa yang ia inginkan, maka
mereka akan binasa semuanya. Jika mereka yang ada di atas menahan tangan mereka
yang ada di bawah dari merusak, maka mereka semua akan selamat. Dan seandainya mereka memegang tangan (melarang) orang-orang yang berada
di bawah melakukan hal itu, maka selamatlah mereka, selamatlah mereka semuanya.” (HR. Bukhari).
Sangat disesalkan sekali, tampak di sebagian
masyarakat fenomena yang mengenaskan, yaitu sikap mengolok-ngolok terhadap para
penegak amar ma’ruf dan nahi munkar, mencela dan memfitnah mereka. Sedangkan
Allah Azza wa Jalla telah (tegas-tegas) mengancam siapa saja yang
menyakiti orang-orang mukmin, baik yang laiki-laki maupun yang perempuan dengan
adzab yang pedih.
Kami
ingatkan sudara-saudara yang kami cintai dan hormati megenai urgensi amar ma’ruf.
Dikatakan dalam Hasyiyah Ibni ‘Abidin, “Sesunggunya siapa yang
mengatakan ‘Fudhuli (orang yang berbicara tidak karuan)’ kepada pihak
yang menyuruh berbuat ma’ruf dan melarang kemungkaran, maka dia adalah murtad
(keluar dari Islam).”
Dalam ad-Durr al-Mukhtar, dkatakan dalam pasal al-Fudhuli,
“Yaitu siapa yang sibuk dengan sesuatu yang tidak berguna, dan seorang
mengatakan kepada pihak yang menyuruh berbuat ma’ruf, ‘kamu Fudhuli ’,
dikuatirkan atasnya kekufuran.
Ya Allah,
jadikanlah kami termasuk orang-orang yang menyuruh berbuat yang ma’ruf dan
melarang kemungkaran, yang menegakkan batasan-batasan-Mu. Ya Rabb kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). Ya Allah ampunilah kami
dan kedua orang tua kami serta kamu muslimin lainnya.
Dan semoga
shalawat dan salam senantiasa tercurah atas nabi kami, Muhammad, juga kepada
para keluarga dan seluruh sahabatnya.
Post a Comment