RUKUN ISLAM I
Rukun Islam I
Bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Allah
dan Muhammad utusan Allah
Syahadat
(persaksian) ini memiliki makna yang harus diketahui dan diamalkan oleh seorang
muslim. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui
maknanya dan tidak mengamalkannya maka syahadatnya tidak ada manfaat sama
sekali. Makna “la ilaha Illallah” yaitu; tidak yang berhak diibadahi
secara hak di bumi maupun di langit melainkan Allah semata. Dialah ilah yang
hak sedang ilah (sesembahan) selain-Nya adalah batil. Ilah maknanya ma’bud
(yang diibadahi).
Orang
yang beribadah kepada selain Allah adalah kafir dan musyrik terhadap Allah
sekalipun yang dia sembah itu seorang Nabi atau wali. Sekalipun ia beralasan
supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepada-Nya.
Sebab orang-orang musyrik yang dulu memerangi Rasul e, mereka tidak menyembah para Nabi dan wali melainkan dengan alasan
ini. Akan tetapi itu merupakan alasan batil lagi tertolak. Sebab mendekatkan
diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepada-Nya tidak boleh dengan cara
memperuntukkan ibadah kepada selain Allah. Melainkan hanya dengan menggunakan
nama-nama dan sifat-Nya, dengan perantaraan amal shalih yang diperintahkan-Nya
seperti shalat, shadaqah, dzikir, puasa, jihad, haji, bakti kepada orang tua
dan lain-lain, demikian pula dengan perantara doa seorang mukmin yang masih
hidup dan hadir dihadapannya ketika ia mendoakan.
Aneka Ragam Ibadah:
Doa: yaitu memohon kebutuhan yang hanya Allah mampu melakukannya,
seperti: menurunkan hujan, menyembuhkan orang sakit, menghilangkan kesusahan
yang tidak mampu dilakukan oleh makhluk. Seperti pula memohon surga dan selamat
dari neraka, memohon keturunan, rizki, kebahagiaan dan sebagainya.
Semua
ini tidak boleh dimohonkan kecuali kepada Allah. Siapa yang memohon hal itu
kepada makhluk; baik masih hidup atau sudah mati berarti ia telah menyembahnya.
Allah ta’ala berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya supaya berdoa hanya
kepada-Nya berikut mengabarkan bahwa doa itu adalah ibadah. Siapa yang
menujukannya kepada selain Allah maka ia termasuk penghuni neraka. “Dan Rabbmu
berfirman :
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
(yakni berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.” (QS.Al Mukmin : 60)
Allah
ta’ala berfirman mengabarkan bahwa semua yang diseru selain Allah tidak
memiliki manfaat atau madharat untuk seorangpun sekalipun yang diseru itu
Nabi-Nabi atau para wali.
“Katakanlah: “Panggillah mereka yang kamu
anggap (Rabb) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk
menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula memindahkannya.” (QS.Al Isra:
56).
Allah
ta’ala berfirman:
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun di dalamnya di samping menyembah Allah.” (QS. Jin : 18)
Menyembelih
binatang, bernadzar dan mempersembahkan hewan kurban:
Tidak
dibenarkan seseorang bertaqarrub dengan cara menyembelih binatang atau
mempersembahkan hewan kurban atau bernadzar kecuali hanya ditujukan kepada
Allah. Barangsiapa menyembelih karena selain Allah seperti orang yang
menyembelih untuk kuburan atau jin berarti ia telah menyembah selain Allah dan
berhak mendapat laknat-Nya.
Allah
ta’ala berfirman :
“Katakanlah:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb
seemesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS.Al An’am : 162-163)
Rasululullah
e bersabda :
(( لَعَنَ اللهُ
مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ ))
“Allah
melaknat orang yang menyembelih untuk
selain-Nya. ” (HR. Muslim).
Jika
seseorang berkata: “Demi si fulan saya bernadzar jika saya memperoleh ini, saya
akan bersedekah sekian atau saya akan berbuat demikian”. Nadzar seperti ini
merupakan syirik kepada Allah sebab ia bernadzar kepada makhluk. Sedang nadzar
itu satu bentuk ibadah tidak boleh dilakukan kecuali ditujukan hanya kepada
Allah. Adapun nadzar yang dibolehkan adalah; ucapan, “Demi Allah saya bernadzar
akan bersedekah sekian atau berbuat ketaatan demikian, jika saya memperoleh
demikian”
Istighatsah (memohon bantuan), isti`anah (memohon pertolongan) dan isti`adzah
(memohon perlindungan):
Tidak
ada yang boleh dimintai bantuan, pertolongan ataupun perlindungan kecuali Allah
saja. Allah ta’ala berfirman dalam Al
Qur’an Al karim:
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya
kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
(QS.Al Fatihah: 4).
Allah
ta’ala berfirman:
“Katakanlah:
“Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya.” (QS.Al Falaq:1-2)
Rasul e bersabda:
(( لاَ
يُسْتَغَاثُ بِيْ إِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاللهِ ))
“Tidak
boleh beristighatsah (memohon bantuan) kepadaku. Yang boleh dimohoni bantuan
hanyalah Allah saja.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Thabrani).
Rasul e bersabda:
(( إِذَا
سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ ))
“Jika
kamu memohon maka mohonlah kepada Allah dan jika kamu minta tolong maka
mintalah pertolongan kepada Allah.”
(Hadits shahih diriwayatkan oleh Tirmidzi)
Orang yang masih hidup dan hadir boleh dimintai bantuan dan
pertolongan pada perkara yang mampu ia lakukan saja. Adapun minta perlindungan
maka yang boleh dimintai perlindungan hanya Allah. Sedang orang mati atau tidak
ada maka tidak boleh dimintai bantuan maupun pertolongan sama sekali. Karena ia
tidak memiliki apa-apa sekalipun ia adalah seorang Nabi, Wali atau Malaikat.
Tidak
ada yang mengetahui perkara ghaib melainkan Allah saja. Maka siapa yang
mendakwakan dirinya mengetahui perkara ghaib berarti ia kafir dan wajib
didustakan. Sekalipun ia meramal sesuatu lalu benar terjadi maka hal itu hanya
bersifat kebetulan. Rasulullah r
bersabda: "Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu mempercayai
apa yang dikatakannya maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada
Muhammad" (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan hakim).
Tawakal,
Raja" (berharap) dan Khusyu':
Manusia
tidak boleh bertawakal selain kepada Allah, tidak boleh berharap selain kepada
Allah, dan tidak boleh khusyu' melainkan kepada Allah.
Sangat
disayangkan mayoritas orang-orang yang mengaku beragama Islam menyekutukan
Allah. Mereka berdoa kepada selain Allah baik berupa orang-orang yang masih
hidup lagi diagungkan atau kepada orang dalam kubur. Melakukan thawaf di
kuburan mereka dan meminta dipenuhi hajatnya kepada mereka. Ini merupakan bentuk
peribadatan kepada selain Allah dimana pelakunya bukan lagi disebut sebagai
seorang muslim, sekalipun mengaku Islam, mengucapkan la ila illallah Muhammad
rasulullah, mengerjakan shalat, berpuasa dan bahkan haji ke baitullah.
Allah
ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(Nabi-Nabi) yang sebelummu: "Jika kamu menyekutukan (Allah), niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi."
(QS.Az Zuma : 65)
Allah
ta'ala berfirman:
"…Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidak ada bagi
orang-orang yang zalim itu seorang penolongpun." (Al Maidah : 72)
Allah
ta'ala memerintahkan Rasul-Nya Muhammad saw. supaya menyatakan kepada manusia:
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Rabb
kamu itu adalah Rabb Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada-Nya."
(QS.Al Kahfi: 110)
Orang-orang
bodoh telah tertipu dengan ulama' jahat lagi sesat yang hanya sekedar tahu
sebagian ilmu-ilmu keislaman namun bodoh terhadap tauhid yang merupakan dasar
agama. Jadilah mereka menyeru kepada kesyirikan, karena memang tidak memahami
maknanya dengan nama ‘syafaat dan wasilah’. Alasan mereka mengenai hal itu
hanya berupa ta'wil-ta'wil salah terhadap nash-nash dan hadits-hadits yang
didustakan atas nama Rasulullah e
baik dulu maupun sekarang, kisah-kisah dan mimpi yang dirasuki syaitan serta
berbagai bentuk kesesatan semisal itu yang mereka kumpulkan di buku-buku mereka
dalam rangka membenarkan peribadatan mereka kepada selain Allah demi mengikuti
syaitan dan hawa nafsu serta taklid buta kepada nenek moyang persis seperti
orang-orang musyrik dulu.
Wasilah
yang Allah perintahkan kita untuk mencarinya dalam firman Allah SWT :
“Dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.”
(QS.Al Maidah: 35)
adalah
amal-amal shalih, berupa; mentauhidkan Allah, shalat, sedekah, puasa, haji,
jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, menyambung tali silaturrahim dan semisalnya. Adapun berdoa kepada
orang-orang mati dan meminta bantuan kepada mereka ketika menghadapi kesulitan
maka ini merupakan peribadatan kepada selain Allah.
Syafaat
para Nabi, wali dan selain mereka dari kalangan kaum muslimin yang diizinkan
Allah untuk memberi syafaat adalah kebenaran yang harus kita imani. Akan tetapi
syafaat tersebut tidak boleh diminta dari orang-orang mati. Karena syafaat itu
hak Allah yang tidak seorangpun memperolehnya melainkan atas izin-Nya. Maka
seorang yang bertauhid kepada Allah meminta syafaat kepada Allah ta’ala dengan
mengatakan, “Ya Allah, izinkanlah Rasul-Mu dan hamba-hamba-Mu yang shalih untuk
memberi syafaat kepadaku”. Dan tidak boleh mengatakan, “Wahai Fulan, berilah
aku syafaat” karena ia sudah mati. Sedangkan orang mati tidak boleh dimintai
sesuatupun selamanya. Allah ta’ala berfirman:
“Katakanlah: “Hanya
kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi.
Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS.Az Zumar :
44)
Termasuk
bid’ah haram yang menyelisihi Islam dan dilarang oleh Rasulullah e
dalam hadits-hadits shahih di kitab Shahih Bukhari dan Muslim serta kitab-kitab
Sunan; yaitu membangun masjid di atas kuburan dan menaruh lampu di atasnya,
membuat bangunan di atasnya dan menulisi batu nisannya, membuat tabir di
atasnya serta shalat di kuburan. Semua ini dilarang oleh Rasul e
karena termasuk sebab terbesar disembahnya orang-orang yang ada di dalam
kuburan.
Berdasarkan
hal ini jelaslah bahwa diantara bentuk kesyirikan kepada Allah apa yang
diperbuat orang-orang bodoh di banyak negara, seperti kuburan Badawi dan
Sayyidah Zainab di Mesir, kuburan Abdul Qadir Jailani di Iraq, kuburan
orang-orang yang dianggap Ahli Bait –radliyallahu anhum- di daerah Najf dan
Karbala di Iraq serta kuburan-kuburan lain di banyak negara yang orang-orang
melakukan thawaf di sekeliling kuburan tersebut, dimintai hajat kepada
penghuninya serta diyakini dapat memberi manfaat dan mudharat.
Jelaslah
akibat perbuatan mereka ini, mereka menjadi orang-orang musyrik lagi sesat
sekalipun mereka mengaku Islam, mengerjakan shalat, puasa, haji ke baitullah
dan mengucapkan La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah. Sebab orang yang
mengucapkan La Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah tidak dianggap sebagai orang
yang mentauhidkan Allah hingga ia mengetahui sekaligus mengaplikasikan maknanya
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Adapun orang non muslim maka ia masuk
Islam mula-mula dengan mengucapkan kalimat syahadat tersebut, lalu disebut
seorang muslim hingga ia melakukan perbuatan yang menafikan syahadatnya, yang
menunjukkan ia tetap dalam kesyirikan, atau ia mengingkari suatu kewajiban
Islam setelah ia tahu, atau ia meyakini suatu ajaran yang menyelisihi agama
Islam.
Para
Nabi dan wali berlepas diri dari orang yang berdoa dan meminta bantuan kepada
mereka. Karena Allah ta’ala mengutus rasul-rasul-Nya dalam rangka menyeru
manusia untuk beribadah kepada-Nya saja dan meninggalkan peribadatan kepada
selain-Nya entah itu seorang Nabi, wali atau yang lain.
Mencintai
Rasul e
dan para wali pengikut beliau, bukan dengan cara menyembah mereka, karena
peribadatan kepada mereka berarti memusuhi mereka. Akan tetapi mencintai mereka
adalah dengan cara meneladani mereka dan meniti jalannya. Seorang muslim yang
benar mencintai para Nabi dan wali[1],
namun tidak menyembah mereka. Kita meyakini bahwa mencintai Rasul e
adalah wajib kita dahulukan di atas kecintaan terhadap diri sendiri, keluarga,
anak dan seluruh manusia.
Firqah Najiyah
Kaum muslimin banyak dalam kwantitas namun sebenarnya sedikit.
Kelompok-kelompok yang menisbahkan diri kepada Islam sangat banyak mencapai 73
golongan. Jumlah kaum muslimin satu milyar [2]
lebih. Akan tetapi golongan Islam yang sebenarnya hanya satu, yaitu: yang
mentauhidkan Allah ta’ala dan meniti jalan Rasulullah e dan sahabatnya dalam akidah dan amal shalih. Sebagaimana telah
dikabarkan oleh Rasul e dengan sabdanya:
(( افْتَرَقَتْ
الْيَهُوْدُ عَلىَ إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى
عَلىَ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى
ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلِّهَا فِيْ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً، قَالَ
الصَّحَابَةُ: مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ مَنْ كَانَ عَلىَ مِثْلِ مَا أَنَا
عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِيْ ))
“Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasrani terpecah
menjadi 72 golongan dan umat ini akan
terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu” Para sahabat
berkata: “Siapa golongan yang satu itu wahai Rasulullah e? Beliau bersabda, “Yaitu yang berada di atas sebagaimana yang aku
dan sahabatku lalui hari ini.”
Diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
Sedang jalan yang dilalui Nabi e dan sahabatnya adalah meyakini makna La Ilaha Illallah
Muhammad rasulullah berikut mengaplikasikannya, dengan hanya berdoa kepada
Allah semata, menyembelih binatang dan bernadzar hanya karena Allah, mohon
bantuan, pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah. Meyakini yang memberi
manfaat dan mudharat hanya Allah, menunaikan rukun-rukun Islam dengan
mengikhlaskan niat karena-Nya. Membenarkan adanya malaikat, kitab-kitab,
rasul-rasul, kebangkitan setelah mati, hisab (penghitungan amal), surga dan
neraka, takdir yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah ta’ala. Juga
berhukum kepada Al Qur’an dan Sunnah dalam semua sisi kehidupan dan rela dengan
keputusan-Nya, loyalitas kepada wali-wali Allah, sebaliknya menunjukkan sikap
permusuhan terhadap musuh-musuh-Nya, berdakwah kepada Allah, berjihad di
jalan-Nya dan berkumpul demi itu, mendengar dan taat terhadap pemimpin muslim
jika memerintahkan yang ma’ruf, mengatakan kebenaran dimanapun mereka berada.
Begitu
pula mencintai istri-istri dan keluarga Nabi serta mengurusinya, mencintai
sahabat Rasulullah, mendahulukan mereka sesuai tingkat keutamaannya, meridhai
mereka semua, menahan diri membicarakan sengketa antara mereka, tidak
mempercayai tuduhan kaum munafik terhadap sebagian sahabat. Itulah tuduhan yang
mereka maksudkan untuk memecah belah kaum muslimin dan karenanya terperdaya
sebagian ulama dan ahli sejarah sehingga mereka tulis di buku-buku karangan
mereka dengan tujuan niat baik padahal hal ini suatu kesalahan.
Mereka
yang mengaku dari kalangan Ahli Bait (keluarga rasul) dan menyebut dirinya para
Sayyid hendaknya mereka mengoreksi kembali kebenaran nasab (garis keturunan)
mereka. Karena Allah melaknat orang yang menisbahkan nasab keturunannya kepada
bukan bapaknya. Dan jika garis keturunan mereka memang benar maka hendaknya
mereka meneladani Rasul dan keluarganya dalam memurnikan tauhid kepada Allah,
meninggalkan kemaksiatan dan tidak rela dengan penghomatan manusia kepada
mereka, diciumi lutut dan kaki mereka. Janganlah mereka membedakan diri dari
saudara-saudara mereka kaum muslimin yang lain dengan pakaian khusus. Karena
semua itu menyelisihi tradisi Rasul, dan beliau berlepas diri darinya. Yang
paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
Semoga
Allah melimpahkan shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad dan
keluarganya.
Hukum dan Syariat Hak
Mutlak Allah
Diantara makna La Ilaaha Illallah yang harus
diyakini dan diaplikasikan dalam kehidupan adalah bahwa hukum dan membuat
syariat adalah hak mutlak Allah. Tidak boleh seorang manusiapun membuat undang-undang
menyelisihi syariat Allah dalam perkara apapun. Seorang muslim juga tidak boleh
memutuskan hukum tanpa merujuk apa yang Allah turunkan dan tidak boleh rela
dengan hukum yang menyelisihi syariat Allah. Tidak boleh seorangpun
menghalalkan apa yang Allah haramkan atau sebaliknya mengharamkan apa yang
Allah halalkan. Siapa yang sengaja melakukan itu atau rela dengannya, berarti
ia kafir kepada Allah. Allah ta’ala berfirman:
“Barangsiapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang Allah
turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”
(QS.Al Maidah: 44).
Tugas
Rasul yang diembankan oleh Allah kepada mereka adalah menyeru manusia kepada
kalimat tauhid (La Ilaaha Illallah), mengaplikasikan tuntutannya yaitu
beribadah hanya kepada Allah, dan meniggalkan peribadatan kepada makhluk dan
undang-undangnya menuju peribadatan kepada Sang Khalik dan syariat-Nya.
Siapa
yang membaca Al Qur’an dengan penuh penghayatan dan menjauhi taklid buta pasti
akan mendapati bahwa apa yang telah kami jelaskan tadi benar adanya. Dia akan
dapati bahwa Allah telah membatasi hubungan antara manusia dengan-Nya dan
antara sesama. Allah menjadikan hubungan hamba-Nya yang mukmin dengan-Nya yaitu
beribadah kepada Allah dengan seluruh macam ibadah sehingga tidak boleh
sedikitpun ditujukan kepada selain-Nya. Allah menjadikan hubungan antara
manusia dengan para Nabi dan hamba-hamba-Nya yang shalih yaitu mencintai mereka
dengan kecintaan yang lahir dari kecintaan kepada Allah dan meneladani mereka.
Allah menjadikan hubungan hamba dengan musuh-musuh-Nya yaitu dengan menunjukkan
sikap kebencian terhadap mereka karena Allah membenci mereka. Selain itu pula
supaya hamba menyeru mereka kepada Islam. Menjelaskan Islam kepada mereka
barangkali mereka mendapatkan petunjuk. Dan supaya kaum muslimin memerangi
mereka jika mereka menolak Islam dan menolak untuk tunduk terhadap hukum Allah
sampai tidak ada lagi fitnah dan agama seluruhnya milik Allah. Inilah makna
kalimat tauhid (La Ilaaha Illallah) yang harus diketahui setiap muslim
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan supaya menjadi muslim sebenarnya.
Makna Syahadat “Muhammad Rasulullah”
Makna syahadat “Muhammad Rasulullah” adalah anda
mengetahui dan meyakini bahwa Muhammad utusan Allah kepada seluruh manusia, dia
seorang hamba biasa yang tidak boleh disembah, sekaligus rasul yang tidak boleh
didustakan. Akan tetapi harus ditaati dan diikuti. Siapa
yang mentaatinya masuk surga dan siapa yang mendurhakainya masuk neraka. Selain
itu anda juga mengetahui dan meyakini bahwa sumber pengambilan syariat -baik
mengenai syiar-syiar ibadah ritual yang diperintahkan Allah maupun aturan hukum dan syariat dalam segala sektor
maupun mengenai keputusan halal dan haram- Semua itu tidak boleh kecuali lewat
utusan Allah yang menyampaikan syariat-Nya. Oleh karena itu seorang muslim
tidak boleh menerima satu syariatpun yang datang bukan lewat Rasul e.
Allah ta’ala berfirman:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al Hasyr : 7).
Allah
ta’ala juga berfirman:
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh hati.”
(QS .An Nisa’ : 65)
Makna
dua ayat diatas:
Pada
ayat pertama Allah memerintahkan kaum muslimin supaya mentaati Rasul-Nya
Muhammad e
pada seluruh yang diperintahkannya dan berhenti dari seluruh yang dilarangnya.
Karena beliau memerintah hanya berdasarkan perintah Allah dan melarang berdasar
larangan-Nya.
Pada
ayat kedua Allah bersumpah dengan diri-Nya yang suci bahwa tidak sah iman
seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya hingga ia mau berhukum kepada Rasul dalam
perkara yang diperselisihkan antara dia dengan orang lain, kemudian ia puas
dengan keputusannya dan menerima dengan
sepenuh hati. Rasul e
bersabda:
(( مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ))
رواه مسلم.
“Barangsiapa
mengerjakan suatu amal yang tidak ada contohnya dari urusan kami maka ia
tertolak.” )HR. Muslim).
HIMBAUAN
Jika
anda telah mengetahui makna "La Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah"
dan anda telah mengetahui bahwa syahadat ini merupakan pintu Islam dan dasar
tegaknya Islam. Untuk itu ucapkanlah dari lubuk hati anda secara tulus karena
Allah, “Saya bersaksi tidak ada Illah yang berhak disembah melainkan Allah dan
saya bersaksi Muhammad utusan Allah” lalu aplikasikanlah makna syahadat
ini, supaya anda memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat dan supaya anda
selamat dari azab Allah setelah mati.
Ketahuilah
bahwa diantara tuntutan syahadat "La Ilaaha Illallah Muhammad
Rasulullah" adalah menjalankan rukun Islam yang lain. Karena Allah
mewajibkan rukun-rukun ini kepada setiap muslim supaya ia beribadah kepada-Nya
dengan menjalankan rukun-rukun tersebut secara benar dan tulus ikhlas
karena-Nya. Siapa meninggalkan salah satu rukun tersebut tanpa alasan yang
dibenarkan syar’iat berarti ia telah mengurangi makna "La Ilaaha
Illallah" dan syahadatnya dianggap tidak sah.
[1] Waliyullah
adalah orang-orang yang bertauhid dan taat kepada Allah, mengikuti sunah Rasul,
diantara mereka dikenal karena ilmunya atau jihadnya, dan sebagian mereka tak
dikenal, yang dikenal tidak mau dianggap sebagi orang suci, wali Allah yang
hakiki tidak menganggap dirinya wali, malah dia menganggap dirinya orang yang
berdosa, mereka tidak punya pakain khusus, pakaian mereka mencontoh pakaian
Nabi, setiap muslim yang bertauhid dan mengikuti Nabi dia adalah wali, namun
kadar kewaliannya tergantung amalannya, dengan ini jelas bahwa orang yang
mengaku dirinya waliAllah dan memakai pakain khusus agar orang mengagungkannya
bukanlah waliyullah, mereka sebetulnya adalah para pendusta.
[2] Saat buku ini
ditulis.
Post a Comment