Musibah Umat Yang Memilukan


Musibah Umat Yang Memilukan

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Sesungguhnya umat manapun yang tidak memiliki metode hidup yang bisa dijadikan sebagai penerang jalan, yang dapat mengatur perjalanan, maka bisa dipastikan umat tersebut akan kehilangan banyak watak dasar yang menjadi kekhususan manusia, berada dalam lembah syahwat, tenggelam dalam kerusakan moral dan dosa, tercampur antara yang baik dan jelek, perkara yang indah terkontaminasi dengan keburukan, tidak lagi mengenal kebaikan, tidak pula mau mengingkari kemungkaran, sirna sudah fungsi akal, pendengaran serta penglihatan, pada akhirnya umat seperti itu terjerambab pada kondisi yang lebih rendah dari pada binatang ternak. Seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla singgung melalui firman -Nya:
﴿ أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَكۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلًا ٤٤ ﴾ [ الفرقان: 44]
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)". (QS al-Furqaan: 44).

Dan perkara yang menakjubkan seperti ini dalam perilaku umat manusia bukanlah perkara yang aneh lagi, karena sesungguhnya ketika ada suatu umat, apapun namanya sudah kehilangan jati diri hidupnya maka pemeluknya akan tersesat, demikianlah keadaannya seperti diceritakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثۡوى لَّهُمۡ ١٢ ﴾ [ محمد: 12]
"Dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka".  (QS Muhammad: 12).

Akan tetapi, yang aneh apabila perilaku kontradiktif semacam ini yang mencampuradukan antara kebajikan dengan keburukan, mengotori kebagusan dengan kejelekan, sampai merasuk pada umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla muliakan dengan sebuah pedoman hidup yang telah menjelaskan segala sesuatu, mulai dari halal dan haram, etika dan budi pekerti, tanda-tanda kebesaran dan mukjizat, ibadah dan muamalat.
Sebuah umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla muliakan dengan diutusnya seorang Rasul yang telah menyampaikan tugas kerasulannya, menunaikan amanah, menasehati umat, yang mengajak pada tiap cabang kebaikan, dan memberi peringatan dari segala jenis keburukan, agar umat manusia mampu keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, tentunya dengan izin dari Rabb mereka menuju jalan yang lurus lagi terpuji. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:

﴿ لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ ١٦٤ ﴾ [ آل عمران: 164]
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata".  (QS al-Imraan: 164).

Dan sungguh menakjubkan bagi umat Islam, yang Rabbnya adalah (pencipt) cahaya, sebagaimana disebutkan didalam firman       -Nya:
﴿ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ٣٥ ﴾ [ النور: 35]
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur: 35).

Kitab yang menjadi panduannya juga cahaya penerang. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan tentang sifat al-Qur'an didalam salah satu firman -Nya:
 ﴿ فَ‍َٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلۡنَاۚ ٨ ﴾ [ التغابن: 8]
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan".  (QS at-Taghabuun: 8).

Nabi mereka juga pemberi cahaya. Sebagaimana disebutkan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُور وَكِتَٰب مُّبِين ١٥﴾ [ المائدة: 15]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan". (QS al-Maa-idah: 15).

Sangat mengherankan bagi umat ini, Rabbnya adalah pencipta cahaya, kitab yang dijadikan sebagai panduannya adalah pemberi cahaya, dan Nabi mereka pun penerang cahaya tersebut, akan tetapi umat Islam hidup dalam kegelapan! Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman -Nya:
﴿ أَوَ مَن كَانَ مَيۡتا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ لَيۡسَ بِخَارِج مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلۡكَٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  ١٢٢
[ الأنعام: 122]
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan".  (QS al-An'aam: 122).

Sesungguhnya jalan kebenaran itu cuma ada satu, sedangkan kebatilan itu sangatlah beragam. Cahaya itu cuma satu adapun kegelapan itu sangatlah banyak, apakah keduanya mempunyai sisi persamaan? Jawabannya, tentu tidak sama sekali, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal tersebut didalam firman -Nya:
﴿وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ ١٩ وَلَا ٱلظُّلُمَٰتُ وَلَا ٱلنُّورُ٢٠﴾[ فاطر:19-20]
"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya". (QS Faathir: 19-20).
Apakah mungkin keduanya bisa berkumpul jadi satu? Jawabanya sekali lagi juga tidak mungkin selama-lamanya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ بَلۡ نَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ عَلَى ٱلۡبَٰطِلِ فَيَدۡمَغُهُۥ فَإِذَا هُوَ زَاهِقۚ ١٨ ﴾ [ الأنبياء: 18]
"Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap".  (QS al-Anbiyaa': 18).

Sudah dimaklumi bersama kalau malam itu tidak mungkin bisa berkumpul dengan siang hari, tidak pula cahaya bersatu dengan kegelapan, lantas bagaimana dengan perilaku sebagain orang diantara kita yang masih membiarkan untuk dirinya terkumpul antara dua hal, kebenaran dan kebatilan, antara cahaya dan kegelapan yang sangat banyak, apakah keduanya sama? Jawabannya adalah tidak mungkin. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡبَحۡرَانِ هَٰذَا عَذۡب فُرَات سَآئِغ شَرَابُهُۥ وَهَٰذَا مِلۡحٌ أُجَاجۖ ١٢ [ فاطر: 12]
"Dan tiada sama (antara) dua laut, yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit".  (QS Faathir: 12).

Tidakkah kita sadar betapa banyak jalan kegelapan yang kita telah terperosok didalamnya sepanjang siang dan malam hari, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, baik yang melakukannya laki-laki maupun wanita, disengaja maupun ada unsur tidak disengaja.
Dusta adalah kegelapan, perkataan bohong juga kegelapan, ghibah dan namimah juga kegelapan, memakan harta riba juga kegelapan, memakan harta anak yatim juga kegelapan, nifak adalah kegelapan, mencuri juga kegelapan, berzina juga kegelapan, mengerjakan perilakunya kaum Luth (homoseks) juga kegelapan, pamer adalah kegelapan, berpecah belah adalah kegelapan, iri dan dengki juga kegelapan, sombong juga kegelapan, berbuat durhaka pada orang tua juga kegelapan, menyakiti orang lain juga kegelapan, menuduh berzina juga kegelapan, meminum minuman keras juga kegelapan, memakan makanan yang buruk juga kegelapan, merampok juga kegelapan, menyuap adalah kegelapan, meninggalkan sholat juga kegelapan, mendengarkan nyanyian juga kegelapan, menipu adalah kegelapan, menjulurkan pakaian dibawah mata kaki itu juga kegelapan, mencukur jenggot itu juga kegelapan, membuat makar adalah kegelapan, sihir adalah kegelapan, menanggalkan hijab bagi perempuan itu juga kegelapan, memakain cincin dari emas bagi lelaki itu juga kegelapan, berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta adalah kegelapan, gambar dan foto itu adalah kegelapan, menganggu tetangga adalah kegelapan, berbuat curang dalam menakar dan menimbang itu juga kegelapan, menyerupai orang kafir juga kegelapan, menyakiti orang lain tanpa alasan yang benar adalah kegelapan, kufur terhadap nikmat juga kegelapan, berlaku lalim juga kegelapan.
Sesungguhnya engkau pasti akan menjumpai sifat dan juga perilaku diatas seluruh atau sebagiannya, yang sesuai pada sebagian diantara kita, bahkan bisa jadi tidak dijumpai seorang pun yang selamat dari sifat buruk seperti diatas kecuali yang Allah Shubhanahu wa ta’alla rahmati saja. Duhai sayang sekali, sesungguhnya musibah yang menimpa kita dalam meremehkan hal ini cuma satu, baik yang banyak melakukan maupun yang sedikit. Duhai celaka sekali, bagi orang yang berlaku lalim dan kedzaliman. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan balasan bagi mereka didalam firman -Nya:
﴿ أَلَآ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ فِي عَذَاب مُّقِيم ٤٥ ﴾ [ الشورى: 45]
"Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal".  (QS asy-Syuuraa: 45).

Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan akal yang bisa digunakan untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menganugerahkan pedoman hidup yang tidak ada sisi kebatilan dari manapun juga, yang berisikan didalamnya sebagai penjelas segala sesuatu. Demikian pula Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mengutus kepada kitas seorang Rasul yang meninggalkan kita diatas jalan yang terang benderang, malamnya bagaikan siang hari, yang tidak ada yang menyelesihinya melainkan dirinya akan binasa, Allah menyatakan didalam firman        -Nya:
﴿هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّ‍ۧنَ رَسُولا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِين ٢﴾[ الجمعة: 2]
"Dia -lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat -Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata".  (QS al-Jumu'ah: 2).

Duhai umat Islam sesungguhnya hidup tanpa menjadikan Qur'an sebagai pedoman akan menjadikan tidak ada nilainya sama sekali, akan tetapi jika engkau kembali kepada al-Qur'an maka segalanya akan bernilai. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ كِتَٰبا فِيهِ ذِكۡرُكُمۡۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ١٠ ﴾ [ الأنبياء: 10]
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. maka apakah kamu tiada memahaminya?. (QS al-Anbiyaa': 10).

Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan berbagai nikmat yang melimpah ruah sampai kiranya kita tidak mampu lagi untuk mengingat maupun menghitungnya, apakah setelah itu kita sudah mengambil manfaat darinya, menggunakan nya untuk sesuatu yang membawa manfaat pada kita, memperbaiki kondisi kita, yang tentu sejalan dengan ridho Rabb kita?
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan akal pikiran, pernahkah kita sesekali merenungi tentang penciptaan langit dan bumi? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ قُلِ ٱنظُرُواْ مَاذَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَا تُغۡنِي ٱلۡأٓيَٰتُ وَٱلنُّذُرُ عَن قَوۡم لَّا يُؤۡمِنُونَ ١٠١ ﴾ [ يونس: 101]
"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".  (QS Yunus: 101).

Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan hati sanubari, pernahkah kita gunakan untuk merenungi apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan mata, apakah sudah kita gunakan untuk melihat hal-hal yang bermanfaat dan memilah mana yang mendatang mara bahaya bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan dua telinga, apakah sudah kita gunakan sebagai media untuk mendengarkan kebenaran dan ucapan-ucapan yang baik?
Sesungguhnya menghilangkan nikmat-nikmat diatas dengan tidak menggunakan sebagaimana mustinya akan mengakibatkan terhalangnya kita dari kebenaran disamping juga sebagai faktor yang menyebabkan masuk ke dalam neraka. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan didalam salah satu firman -Nya:
﴿ وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوب لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُن لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَان لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩ ﴾ [ الأعراف: 179]
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai".  (QS al-A'raaf: 179).

Kita harus mengakui, kondisi buruk yang ada pada pribadi sebagian kita, pemahaman yang salah, mata hati yang buta, jungkir balik hati sanubari, hingga kondisinya tidak lagi mengenali kebaikan tidak pula mengingkari kemungkaran, memandang yang baik sebagai hal yang jelek, yang jelek dianggap baik, yang baik dikira jelek dan yang jelek dianggap baik, yang benar dianggap batil dan yang batil dikira benar. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

﴿ قَدۡ جَآءَكُم بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَنۡ أَبۡصَرَ فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ عَمِيَ فَعَلَيۡهَاۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيۡكُم بِحَفِيظ ١٠٤﴾ [ الأنعام: 104]
"Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang, maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu)".  (QS al-An'aam: 104).

Amal perbuatan bagaikan fatamorgana, hati hancur luluh tidak tersentuh ketakwaan sedikitpun, sedangkan dosa dan salah bertumpuk bagaikan tanah dan debu.
Duhai untuk umatku, engkau senang membaca kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla, menyempurnakan huruf dan tajwidnya, tapi kenapa engkau melalaikan batasan-batasannya. Duhai untuk umatku, engkau begitu perhatian dalam masalah penampilan, tapi kenapa engkau lalai penampilan bathinmu. Tidakkah engkau sadari kalau kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla diturunkan membawa misi supaya di imani dan diamalkan kandungan isinya, yaitu dengan mengerjakan perintah-perintah -Nya serta menjauhi segala larangan -Nya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, berhenti pada batasannya, mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang direkam didalamnya, juga merenungi ayat-ayat -Nya yang mulia serta para makhluk -Nya yang agung. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu di dalam firman -Nya:
﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤ ﴾ [ محمد: 24]
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).

Apa sejatinya yang sedang menimpa umat ini? Apa sebab yang memalingkan umat dari kitab Rabbnya serta petunjuk Nabinya? Sampai-sampai kondisinya diliputi dengan berbagai macam fitnah yang sulit  sekali untuk ditolak hingga oleh seorang penyabar sekalipun. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman  -Nya:
﴿ فَمَا لَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٢٠ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقُرۡءَانُ لَا يَسۡجُدُونَۤ۩٢١﴾ [الإنشقاق: 20-21]
"Mengapa mereka tidak mau beriman? Dan apabila al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud". (QS al-Insyiqaaq: 20-21).

Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menjadikan umat ini sebagai umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, dengan membawa ajaran yang agung yaitu amar ma'ruf dan nahi munkar. Sebagaimana hal itu dinyatakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ ١١٠ ﴾ [ آل عمران: 110]
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS al-Imraan: 110).

Lalu apa faktor yang menyebabkan mereka lupa dan seakan bingung dengan ajarannya ini? mereka sudah enggan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Bahkan yang ada mata hati seakan tertutup, sanubari telah buta, hingga keadaanya berubah menjadi sudah tidak lagi mengetahui mana yang ma'ruf dan tidak mau mencegah yang mungkar, lalu mulai berkembang pola pikir yang melihat perkara yang ma'ruf adalah kemungkaran dan yang mungkar menjadi ma'ruf.
Kondisinya semakin memburuk, hingga jikalau melihat ada orang yang menegakkan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar, siang malam, terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tanpa kenal lelah, justru tanpa sungkan sedikitpun malah dicegah tanpa ada kekuatan sedikitpun untuk menolaknya. Tidak ingatkah firman Allah ta'ala yang mengatakan:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ يَرُدُّوكُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ كَٰفِرِينَ ١٠٠ وَكَيۡفَ تَكۡفُرُونَ وَأَنتُمۡ تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتُ ٱللَّهِ وَفِيكُمۡ رَسُولُهُۥۗ وَمَن يَعۡتَصِم بِٱللَّهِ فَقَدۡ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَٰط مُّسۡتَقِيم ١٠١ ﴾ [ آل عمران: 100-101]
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus". (QS al-Imraan: 100-101).

Duhai umat Islam, bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifati dan memuliakan kalian dengan persatuan dan ukhuwah serta kecintaan yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّة وَٰحِدَة وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُونِ ٩٢﴾ [ الأنبياء: 92]
"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku". (QS al-Anbiyaa': 92).

Demikian pula tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَة ١٠ ﴾ [ الحجرات: 10]
(Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara". (QS al-Hujuraat: 10).

Begitu pula dalam sabdanya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam yang mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian hingga mencintai bagi saudaranya seperti halnya yang ia cintai untuk dirinya sendiri". HR Bukhari no: 13. Muslim no: 45.

Apa sebetulnya yang sedang menimpanya, hingga umat ini berubah menjadi bergolong-golongan yang begitu banyak, terpecah dalam kelompok dan pengekor hawa nafsu, perselisihan dan permusuhan? Sedangkan Allah ta'ala menyatakan didalam firman       -Nya:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعا لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِي شَيۡءٍۚ إِنَّمَآ أَمۡرُهُمۡ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ١٥٩ ﴾ [ الأنعام: 159]
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama -Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat". (QS al-An'aam: 159).

Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam sekarang ini. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifatinya dengan wasathiyah (pertengahan, bersikap adil) yaitu manakala Allah mengatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّة وَسَطا  ١٤٣ ﴾ [ البقرة: 143]
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan". (QS al-Baqarah: 143).

Lantas dimana sekarang sikap adil tersebut ditinggalkan, yang ada sekarang justru condong ke kiri dan ke kanan, terkadang miring ke barat terkadang condong ke timur dan kadang lurus menghadap ke Allah azza wa jalla, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung hal ini dalam firman -Nya:
﴿أَفَحُكۡمَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ يَبۡغُونَۚ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكۡما لِّقَوۡم يُوقِنُونَ٥٠﴾
[ المائدة: 50]
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maa-idah: 50).
Sesungguhnya tidak mungkin kebahagian itu digapai melainkan melalui jalan Islam, karena semua jalan pasti akan ditolak tidak mungkin diterima oleh Allah azza wa jalla. Sebagaimana ditegaskan hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥ ﴾ [ آل عمران: 85]
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (QS al-Imraan: 85).

Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam ini, bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakannya dengan menurunkan sebuah kitab yang menjelaskan segala sesuatu, yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman -Nya:
﴿ $uZø9¨tRur šøn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uŽô³çur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9  [ النحل: 89]
"Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS al-Nahl: 89).

Kenapa sekarang justru mereka berpaling dari kitab yang diturunkan oleh Rabbnya yang merupakan sumber kejayaannya? Sesungguhnya kalimat pertama yang menjadi undang-undang dasarnya ialah kalimat 'Bacalah', sedangkan sekarang dirinya tidak bisa baca, jikalau mampu membaca maka tidak bagus ketika memahaminya, dan seandainya mampu memahami maka tidak sempurna ketika mengerjakannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤ ﴾ [ محمد: 24]
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).

Sungguh menakjubkan urusannya umat Islam. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memberi kemuliaan dengan mengutusnya seorang Rasul yang merupakan Rasul terbaik, yang meninggalkan bagi umat ini diatas cahaya yang terang benderang, malamnya bagaikan siang hari. Sangat penyayang bagi umatnya serta berkinginan baik terhadap mereka. Seperti dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:

﴿ لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُول مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوف رَّحِيم ١٢٨﴾ [ التوبة: 128]
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (QS at-Taubah: 128).

Lantas sekarang mereka tersesat dari jalan yang lurus, enggan untuk mengambil sunahnya dan tidak mencukupkan diri dengan petunjuk yang dibawa beliau? Sedangkan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman -Nya:
﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١ ﴾ [ الأحزاب: 21]
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS al-Ahzab: 21).

Sungguh kondisi umat sekarang ini memprihatinkan sekali, hingga sampai pada kehilangan jati dirinya, sampai kiranya mereka tidak lagi merasakan atau merasa mana yang musuh dan yang sebagai temannya, tidak lagi bisa membedakan mana yang mampu memberi manfaat dan yang membahayakannya, karena sudah tersesat jalan, buta terhadap kebenaran, hingga musuh mengerumuninya, merusak agama dan akhlaknya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمۡ عَن دِينِكُمۡ إِنِ ٱسۡتَطَٰعُواْۚ وَمَن يَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتۡ وَهُوَ كَافِر فَأُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢١٧ ﴾ [ البقرة: 217]
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS al-Baqarah: 217).

Sungguh umat ini telah kecolongan penyakit yang merobek serta mencerai beraikan persatuan mereka, tergeser dari kedudukannya, dan melumpuhkan kekuatan yang pernah dimilikinya, sehingga keadaannya berubah menjadi pengikut bukan yang di ikuti, pendengar bukan yang didengar ucapannya, di perintah bukan yang menyuruhnya, menjadi pengekor bukan yang berijtihad, hancur berantakan tidak terselamatkan, itu semua disebabkan dosa yang telah memuncak sampai pada titik terendah.
Mengimani adanya Allah Shubhanahu wa ta’alla namun tidak mentaati perintah -Nya, membaca kitab -Nya namun tidak berusaha untuk memahaminya dengan baik, mencintai Rasulallah Shubhanahu wa ta’alla namun tidak mengikuti petunjuk yang diajarkan, membenci setan namun justru mentaati perintahnya. Penyakit apa sejatinya ini? kesesatan apa lagi setelah ini? kerusakan dan kedzaliman apa lagi yang akan terjadi seusai ini?
Apakah kita paham setelah ini jikalau kita sedang terkena penyakit? Apabila kita telah memahami kalau kita sedang tertimpa penyakit, apakah kita telah meneliti apa dan dari mana penyebab penyakit tersebut? Apakah memang musibah yang menimpa kita karena tidak adanya obat yang mampu mengobati dari akar musibah dan kerusakan yang ada dalam umat ini? Atau musibah yang menimpa kita karena tidak adanya tabib mumpuni yang mampu membuat resep guna melenyapkan penyakit tersebut, lalu menjelaskan kepada pasiennya jenis obat, takaran dan cara mengkonsumsinya?
Atau memang penyakitnya adalah jenis yang tidak mempan obat tidak pula tembus terapi dan perawatan? Sungguh, pada hakekatnya penyakit tersebut bermuara pada tiga hal ini tidak lebih tidak pula kurang, maka coba mari kita deteksi dari mana sejatinya umat ini terkena musibah, agar kita bisa mengetahui bagaimana supaya umat ini bisa selamat.

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Sesungguhnya umat manapun yang tidak memiliki metode hidup yang bisa dijadikan sebagai penerang jalan, yang dapat mengatur perjalanan, maka bisa dipastikan umat tersebut akan kehilangan banyak watak dasar yang menjadi kekhususan manusia, berada dalam lembah syahwat, tenggelam dalam kerusakan moral dan dosa, tercampur antara yang baik dan jelek, perkara yang indah terkontaminasi dengan keburukan, tidak lagi mengenal kebaikan, tidak pula mau mengingkari kemungkaran, sirna sudah fungsi akal, pendengaran serta penglihatan, pada akhirnya umat seperti itu terjerambab pada kondisi yang lebih rendah dari pada binatang ternak. Seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla singgung melalui firman -Nya:
﴿ أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَكۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلًا ٤٤ ﴾ [ الفرقان: 44]
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)". (QS al-Furqaan: 44).

Dan perkara yang menakjubkan seperti ini dalam perilaku umat manusia bukanlah perkara yang aneh lagi, karena sesungguhnya ketika ada suatu umat, apapun namanya sudah kehilangan jati diri hidupnya maka pemeluknya akan tersesat, demikianlah keadaannya seperti diceritakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثۡوى لَّهُمۡ ١٢ ﴾ [ محمد: 12]
"Dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka".  (QS Muhammad: 12).

Akan tetapi, yang aneh apabila perilaku kontradiktif semacam ini yang mencampuradukan antara kebajikan dengan keburukan, mengotori kebagusan dengan kejelekan, sampai merasuk pada umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla muliakan dengan sebuah pedoman hidup yang telah menjelaskan segala sesuatu, mulai dari halal dan haram, etika dan budi pekerti, tanda-tanda kebesaran dan mukjizat, ibadah dan muamalat.
Sebuah umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla muliakan dengan diutusnya seorang Rasul yang telah menyampaikan tugas kerasulannya, menunaikan amanah, menasehati umat, yang mengajak pada tiap cabang kebaikan, dan memberi peringatan dari segala jenis keburukan, agar umat manusia mampu keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, tentunya dengan izin dari Rabb mereka menuju jalan yang lurus lagi terpuji. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:

﴿ لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ ١٦٤ ﴾ [ آل عمران: 164]
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata".  (QS al-Imraan: 164).

Dan sungguh menakjubkan bagi umat Islam, yang Rabbnya adalah (pencipt) cahaya, sebagaimana disebutkan didalam firman       -Nya:
﴿ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ٣٥ ﴾ [ النور: 35]
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur: 35).

Kitab yang menjadi panduannya juga cahaya penerang. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan tentang sifat al-Qur'an didalam salah satu firman -Nya:
 ﴿ فَ‍َٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلۡنَاۚ ٨ ﴾ [ التغابن: 8]
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan".  (QS at-Taghabuun: 8).

Nabi mereka juga pemberi cahaya. Sebagaimana disebutkan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُور وَكِتَٰب مُّبِين ١٥﴾ [ المائدة: 15]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan". (QS al-Maa-idah: 15).

Sangat mengherankan bagi umat ini, Rabbnya adalah pencipta cahaya, kitab yang dijadikan sebagai panduannya adalah pemberi cahaya, dan Nabi mereka pun penerang cahaya tersebut, akan tetapi umat Islam hidup dalam kegelapan! Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman -Nya:
﴿ أَوَ مَن كَانَ مَيۡتا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ لَيۡسَ بِخَارِج مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلۡكَٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  ١٢٢
[ الأنعام: 122]
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan".  (QS al-An'aam: 122).

Sesungguhnya jalan kebenaran itu cuma ada satu, sedangkan kebatilan itu sangatlah beragam. Cahaya itu cuma satu adapun kegelapan itu sangatlah banyak, apakah keduanya mempunyai sisi persamaan? Jawabannya, tentu tidak sama sekali, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal tersebut didalam firman -Nya:
﴿وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ ١٩ وَلَا ٱلظُّلُمَٰتُ وَلَا ٱلنُّورُ٢٠﴾[ فاطر:19-20]
"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya". (QS Faathir: 19-20).
Apakah mungkin keduanya bisa berkumpul jadi satu? Jawabanya sekali lagi juga tidak mungkin selama-lamanya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ بَلۡ نَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ عَلَى ٱلۡبَٰطِلِ فَيَدۡمَغُهُۥ فَإِذَا هُوَ زَاهِقۚ ١٨ ﴾ [ الأنبياء: 18]
"Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap".  (QS al-Anbiyaa': 18).

Sudah dimaklumi bersama kalau malam itu tidak mungkin bisa berkumpul dengan siang hari, tidak pula cahaya bersatu dengan kegelapan, lantas bagaimana dengan perilaku sebagain orang diantara kita yang masih membiarkan untuk dirinya terkumpul antara dua hal, kebenaran dan kebatilan, antara cahaya dan kegelapan yang sangat banyak, apakah keduanya sama? Jawabannya adalah tidak mungkin. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡبَحۡرَانِ هَٰذَا عَذۡب فُرَات سَآئِغ شَرَابُهُۥ وَهَٰذَا مِلۡحٌ أُجَاجۖ ١٢ [ فاطر: 12]
"Dan tiada sama (antara) dua laut, yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit".  (QS Faathir: 12).

Tidakkah kita sadar betapa banyak jalan kegelapan yang kita telah terperosok didalamnya sepanjang siang dan malam hari, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, baik yang melakukannya laki-laki maupun wanita, disengaja maupun ada unsur tidak disengaja.
Dusta adalah kegelapan, perkataan bohong juga kegelapan, ghibah dan namimah juga kegelapan, memakan harta riba juga kegelapan, memakan harta anak yatim juga kegelapan, nifak adalah kegelapan, mencuri juga kegelapan, berzina juga kegelapan, mengerjakan perilakunya kaum Luth (homoseks) juga kegelapan, pamer adalah kegelapan, berpecah belah adalah kegelapan, iri dan dengki juga kegelapan, sombong juga kegelapan, berbuat durhaka pada orang tua juga kegelapan, menyakiti orang lain juga kegelapan, menuduh berzina juga kegelapan, meminum minuman keras juga kegelapan, memakan makanan yang buruk juga kegelapan, merampok juga kegelapan, menyuap adalah kegelapan, meninggalkan sholat juga kegelapan, mendengarkan nyanyian juga kegelapan, menipu adalah kegelapan, menjulurkan pakaian dibawah mata kaki itu juga kegelapan, mencukur jenggot itu juga kegelapan, membuat makar adalah kegelapan, sihir adalah kegelapan, menanggalkan hijab bagi perempuan itu juga kegelapan, memakain cincin dari emas bagi lelaki itu juga kegelapan, berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta adalah kegelapan, gambar dan foto itu adalah kegelapan, menganggu tetangga adalah kegelapan, berbuat curang dalam menakar dan menimbang itu juga kegelapan, menyerupai orang kafir juga kegelapan, menyakiti orang lain tanpa alasan yang benar adalah kegelapan, kufur terhadap nikmat juga kegelapan, berlaku lalim juga kegelapan.
Sesungguhnya engkau pasti akan menjumpai sifat dan juga perilaku diatas seluruh atau sebagiannya, yang sesuai pada sebagian diantara kita, bahkan bisa jadi tidak dijumpai seorang pun yang selamat dari sifat buruk seperti diatas kecuali yang Allah Shubhanahu wa ta’alla rahmati saja. Duhai sayang sekali, sesungguhnya musibah yang menimpa kita dalam meremehkan hal ini cuma satu, baik yang banyak melakukan maupun yang sedikit. Duhai celaka sekali, bagi orang yang berlaku lalim dan kedzaliman. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan balasan bagi mereka didalam firman -Nya:
﴿ أَلَآ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ فِي عَذَاب مُّقِيم ٤٥ ﴾ [ الشورى: 45]
"Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal".  (QS asy-Syuuraa: 45).

Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan akal yang bisa digunakan untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menganugerahkan pedoman hidup yang tidak ada sisi kebatilan dari manapun juga, yang berisikan didalamnya sebagai penjelas segala sesuatu. Demikian pula Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mengutus kepada kitas seorang Rasul yang meninggalkan kita diatas jalan yang terang benderang, malamnya bagaikan siang hari, yang tidak ada yang menyelesihinya melainkan dirinya akan binasa, Allah menyatakan didalam firman        -Nya:
﴿هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّ‍ۧنَ رَسُولا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِين ٢﴾[ الجمعة: 2]
"Dia -lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat -Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata".  (QS al-Jumu'ah: 2).

Duhai umat Islam sesungguhnya hidup tanpa menjadikan Qur'an sebagai pedoman akan menjadikan tidak ada nilainya sama sekali, akan tetapi jika engkau kembali kepada al-Qur'an maka segalanya akan bernilai. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ كِتَٰبا فِيهِ ذِكۡرُكُمۡۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ١٠ ﴾ [ الأنبياء: 10]
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. maka apakah kamu tiada memahaminya?. (QS al-Anbiyaa': 10).

Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan berbagai nikmat yang melimpah ruah sampai kiranya kita tidak mampu lagi untuk mengingat maupun menghitungnya, apakah setelah itu kita sudah mengambil manfaat darinya, menggunakan nya untuk sesuatu yang membawa manfaat pada kita, memperbaiki kondisi kita, yang tentu sejalan dengan ridho Rabb kita?
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan akal pikiran, pernahkah kita sesekali merenungi tentang penciptaan langit dan bumi? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ قُلِ ٱنظُرُواْ مَاذَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَا تُغۡنِي ٱلۡأٓيَٰتُ وَٱلنُّذُرُ عَن قَوۡم لَّا يُؤۡمِنُونَ ١٠١ ﴾ [ يونس: 101]
"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".  (QS Yunus: 101).

Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan hati sanubari, pernahkah kita gunakan untuk merenungi apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan mata, apakah sudah kita gunakan untuk melihat hal-hal yang bermanfaat dan memilah mana yang mendatang mara bahaya bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan dua telinga, apakah sudah kita gunakan sebagai media untuk mendengarkan kebenaran dan ucapan-ucapan yang baik?
Sesungguhnya menghilangkan nikmat-nikmat diatas dengan tidak menggunakan sebagaimana mustinya akan mengakibatkan terhalangnya kita dari kebenaran disamping juga sebagai faktor yang menyebabkan masuk ke dalam neraka. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan didalam salah satu firman -Nya:
﴿ وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوب لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُن لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَان لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩ ﴾ [ الأعراف: 179]
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai".  (QS al-A'raaf: 179).

Kita harus mengakui, kondisi buruk yang ada pada pribadi sebagian kita, pemahaman yang salah, mata hati yang buta, jungkir balik hati sanubari, hingga kondisinya tidak lagi mengenali kebaikan tidak pula mengingkari kemungkaran, memandang yang baik sebagai hal yang jelek, yang jelek dianggap baik, yang baik dikira jelek dan yang jelek dianggap baik, yang benar dianggap batil dan yang batil dikira benar. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

﴿ قَدۡ جَآءَكُم بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَنۡ أَبۡصَرَ فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ عَمِيَ فَعَلَيۡهَاۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيۡكُم بِحَفِيظ ١٠٤﴾ [ الأنعام: 104]
"Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang, maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu)".  (QS al-An'aam: 104).

Amal perbuatan bagaikan fatamorgana, hati hancur luluh tidak tersentuh ketakwaan sedikitpun, sedangkan dosa dan salah bertumpuk bagaikan tanah dan debu.
Duhai untuk umatku, engkau senang membaca kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla, menyempurnakan huruf dan tajwidnya, tapi kenapa engkau melalaikan batasan-batasannya. Duhai untuk umatku, engkau begitu perhatian dalam masalah penampilan, tapi kenapa engkau lalai penampilan bathinmu. Tidakkah engkau sadari kalau kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla diturunkan membawa misi supaya di imani dan diamalkan kandungan isinya, yaitu dengan mengerjakan perintah-perintah -Nya serta menjauhi segala larangan -Nya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, berhenti pada batasannya, mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang direkam didalamnya, juga merenungi ayat-ayat -Nya yang mulia serta para makhluk -Nya yang agung. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu di dalam firman -Nya:
﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤ ﴾ [ محمد: 24]
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).

Apa sejatinya yang sedang menimpa umat ini? Apa sebab yang memalingkan umat dari kitab Rabbnya serta petunjuk Nabinya? Sampai-sampai kondisinya diliputi dengan berbagai macam fitnah yang sulit  sekali untuk ditolak hingga oleh seorang penyabar sekalipun. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman  -Nya:
﴿ فَمَا لَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٢٠ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقُرۡءَانُ لَا يَسۡجُدُونَۤ۩٢١﴾ [الإنشقاق: 20-21]
"Mengapa mereka tidak mau beriman? Dan apabila al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud". (QS al-Insyiqaaq: 20-21).

Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menjadikan umat ini sebagai umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, dengan membawa ajaran yang agung yaitu amar ma'ruf dan nahi munkar. Sebagaimana hal itu dinyatakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ ١١٠ ﴾ [ آل عمران: 110]
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS al-Imraan: 110).

Lalu apa faktor yang menyebabkan mereka lupa dan seakan bingung dengan ajarannya ini? mereka sudah enggan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Bahkan yang ada mata hati seakan tertutup, sanubari telah buta, hingga keadaanya berubah menjadi sudah tidak lagi mengetahui mana yang ma'ruf dan tidak mau mencegah yang mungkar, lalu mulai berkembang pola pikir yang melihat perkara yang ma'ruf adalah kemungkaran dan yang mungkar menjadi ma'ruf.
Kondisinya semakin memburuk, hingga jikalau melihat ada orang yang menegakkan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar, siang malam, terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tanpa kenal lelah, justru tanpa sungkan sedikitpun malah dicegah tanpa ada kekuatan sedikitpun untuk menolaknya. Tidak ingatkah firman Allah ta'ala yang mengatakan:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ يَرُدُّوكُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ كَٰفِرِينَ ١٠٠ وَكَيۡفَ تَكۡفُرُونَ وَأَنتُمۡ تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتُ ٱللَّهِ وَفِيكُمۡ رَسُولُهُۥۗ وَمَن يَعۡتَصِم بِٱللَّهِ فَقَدۡ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَٰط مُّسۡتَقِيم ١٠١ ﴾ [ آل عمران: 100-101]
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus". (QS al-Imraan: 100-101).

Duhai umat Islam, bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifati dan memuliakan kalian dengan persatuan dan ukhuwah serta kecintaan yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّة وَٰحِدَة وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُونِ ٩٢﴾ [ الأنبياء: 92]
"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku". (QS al-Anbiyaa': 92).

Demikian pula tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَة ١٠ ﴾ [ الحجرات: 10]
(Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara". (QS al-Hujuraat: 10).

Begitu pula dalam sabdanya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam yang mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian hingga mencintai bagi saudaranya seperti halnya yang ia cintai untuk dirinya sendiri". HR Bukhari no: 13. Muslim no: 45.

Apa sebetulnya yang sedang menimpanya, hingga umat ini berubah menjadi bergolong-golongan yang begitu banyak, terpecah dalam kelompok dan pengekor hawa nafsu, perselisihan dan permusuhan? Sedangkan Allah ta'ala menyatakan didalam firman       -Nya:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعا لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِي شَيۡءٍۚ إِنَّمَآ أَمۡرُهُمۡ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ١٥٩ ﴾ [ الأنعام: 159]
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama -Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat". (QS al-An'aam: 159).

Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam sekarang ini. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifatinya dengan wasathiyah (pertengahan, bersikap adil) yaitu manakala Allah mengatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّة وَسَطا  ١٤٣ ﴾ [ البقرة: 143]
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan". (QS al-Baqarah: 143).

Lantas dimana sekarang sikap adil tersebut ditinggalkan, yang ada sekarang justru condong ke kiri dan ke kanan, terkadang miring ke barat terkadang condong ke timur dan kadang lurus menghadap ke Allah azza wa jalla, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung hal ini dalam firman -Nya:
﴿أَفَحُكۡمَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ يَبۡغُونَۚ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكۡما لِّقَوۡم يُوقِنُونَ٥٠﴾
[ المائدة: 50]
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maa-idah: 50).
Sesungguhnya tidak mungkin kebahagian itu digapai melainkan melalui jalan Islam, karena semua jalan pasti akan ditolak tidak mungkin diterima oleh Allah azza wa jalla. Sebagaimana ditegaskan hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥ ﴾ [ آل عمران: 85]
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (QS al-Imraan: 85).

Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam ini, bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakannya dengan menurunkan sebuah kitab yang menjelaskan segala sesuatu, yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman -Nya:
﴿ $uZø9¨tRur šøn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uŽô³çur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9  [ النحل: 89]
"Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS al-Nahl: 89).

Kenapa sekarang justru mereka berpaling dari kitab yang diturunkan oleh Rabbnya yang merupakan sumber kejayaannya? Sesungguhnya kalimat pertama yang menjadi undang-undang dasarnya ialah kalimat 'Bacalah', sedangkan sekarang dirinya tidak bisa baca, jikalau mampu membaca maka tidak bagus ketika memahaminya, dan seandainya mampu memahami maka tidak sempurna ketika mengerjakannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤ ﴾ [ محمد: 24]
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).

Sungguh menakjubkan urusannya umat Islam. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memberi kemuliaan dengan mengutusnya seorang Rasul yang merupakan Rasul terbaik, yang meninggalkan bagi umat ini diatas cahaya yang terang benderang, malamnya bagaikan siang hari. Sangat penyayang bagi umatnya serta berkinginan baik terhadap mereka. Seperti dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:

﴿ لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُول مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوف رَّحِيم ١٢٨﴾ [ التوبة: 128]
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (QS at-Taubah: 128).

Lantas sekarang mereka tersesat dari jalan yang lurus, enggan untuk mengambil sunahnya dan tidak mencukupkan diri dengan petunjuk yang dibawa beliau? Sedangkan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman -Nya:
﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١ ﴾ [ الأحزاب: 21]
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS al-Ahzab: 21).

Sungguh kondisi umat sekarang ini memprihatinkan sekali, hingga sampai pada kehilangan jati dirinya, sampai kiranya mereka tidak lagi merasakan atau merasa mana yang musuh dan yang sebagai temannya, tidak lagi bisa membedakan mana yang mampu memberi manfaat dan yang membahayakannya, karena sudah tersesat jalan, buta terhadap kebenaran, hingga musuh mengerumuninya, merusak agama dan akhlaknya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمۡ عَن دِينِكُمۡ إِنِ ٱسۡتَطَٰعُواْۚ وَمَن يَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتۡ وَهُوَ كَافِر فَأُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢١٧ ﴾ [ البقرة: 217]
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS al-Baqarah: 217).

Sungguh umat ini telah kecolongan penyakit yang merobek serta mencerai beraikan persatuan mereka, tergeser dari kedudukannya, dan melumpuhkan kekuatan yang pernah dimilikinya, sehingga keadaannya berubah menjadi pengikut bukan yang di ikuti, pendengar bukan yang didengar ucapannya, di perintah bukan yang menyuruhnya, menjadi pengekor bukan yang berijtihad, hancur berantakan tidak terselamatkan, itu semua disebabkan dosa yang telah memuncak sampai pada titik terendah.
Mengimani adanya Allah Shubhanahu wa ta’alla namun tidak mentaati perintah -Nya, membaca kitab -Nya namun tidak berusaha untuk memahaminya dengan baik, mencintai Rasulallah Shubhanahu wa ta’alla namun tidak mengikuti petunjuk yang diajarkan, membenci setan namun justru mentaati perintahnya. Penyakit apa sejatinya ini? kesesatan apa lagi setelah ini? kerusakan dan kedzaliman apa lagi yang akan terjadi seusai ini?
Apakah kita paham setelah ini jikalau kita sedang terkena penyakit? Apabila kita telah memahami kalau kita sedang tertimpa penyakit, apakah kita telah meneliti apa dan dari mana penyebab penyakit tersebut? Apakah memang musibah yang menimpa kita karena tidak adanya obat yang mampu mengobati dari akar musibah dan kerusakan yang ada dalam umat ini? Atau musibah yang menimpa kita karena tidak adanya tabib mumpuni yang mampu membuat resep guna melenyapkan penyakit tersebut, lalu menjelaskan kepada pasiennya jenis obat, takaran dan cara mengkonsumsinya?
Atau memang penyakitnya adalah jenis yang tidak mempan obat tidak pula tembus terapi dan perawatan? Sungguh, pada hakekatnya penyakit tersebut bermuara pada tiga hal ini tidak lebih tidak pula kurang, maka coba mari kita deteksi dari mana sejatinya umat ini terkena musibah, agar kita bisa mengetahui bagaimana supaya umat ini bisa selamat.

Tidak ada komentar