Barometer Kehidupan
Barometer Kehidupan
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan
ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami
dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu
wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi
bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Manakala
seseorang mencoba untuk melepas pandangan matanya, melihat pada alam semesta
nan luas ini, dirinya akan menyaksikan partikel hidup yang menakjubkan,
perilaku asing yang ada pada sisi kehidupan sekelompok manusia, baik lelaki
maupun perempuan, tua dan muda. Dan kalau seandainya mata kita buka
lebar-lebar, barulah kita bisa menyaksikan, telinga pun mendengar, akal pikiran
pun bisa menghukumi tentang kondisi yang sedang terjadi pada umat kita,
benar-benar kita dihadapan pada problematika yang tidak mudah, benar-benar
telinga kita akan mendengar sesuatu yang kita benci, kita baru menyadari pada
kenyataan, ternyata kita sedang berada dibadai fitnah yang mendorong kita untuk
bisa lebih bersikap bijak dalam kebingungan.
Ketika
diriku melihat kenyataan, adanya standar ganda yang menakjubkan pada sebagian
orang, sikap kontradiktif yang aneh, didalam menerapkan hukum-hukum Allah pada
individu umat ini, baik laki maupun perempuan, besar dan kecil, sungguh hal itu
membuat diriku tidak nyaman untuk memejamkan mata dan menyita waktuku untuk
mencoba menelitinya. Bahkan perkaranya justru bertambah mengerikan dan
mengenaskan, menambah duka dan lara, apabila menyaksikan kekacauan dan
kontradiksi semacam ini yang terjadi pada sisi kehidupan pribadi seseorang
secara khusus, baik dari segi penampilan, akhlak serta gaya hidupnya.
Kita
yakin, sesungguhnya Rabb kita adalah satu, kitab yang kita jadikan sebagai
panutan juga satu, rasul kita satu, kiblat kita pun satu, dan kebenaran pun
cuma ada satu, lantas kenapa harus ada pertikaian dan perpecahan? Kenapa kita tidak mencoba mengambil
air yang jernih langsung dari sumbernya, lalu kita berpaling dari sumber yang
lainnya?
Bukankah
dihadapan kita ada cahaya kebenaran? Kenapa kita justru lebih rela tenggelam
dalam kegelapan yang banyak? Bukanlah kita diberi akal pikiran untuk menuai
kemuliaan pada pribadi kita? Lalu kenapa kita jatuh dalam kebinasaan hingga
sampai pada kedudukan seperti binatang ternak?
Sungguh menyedihkan sekali kondisi umat
ini, karena generasi umat yang ada telah berubah menjadi golongan dan kelompok
yang berbeda-beda, mereka telah terpecah belah oleh hawa nafsu, syahwat dan
syubhat hingga menjadi seperti apa yang telah disinggung oleh Allah Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan
ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami
dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu
wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi
bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
dalam firman
-Nya:
﴿ كُلُّ حِزۡبِۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ
فَرِحُونَ ﴾ [ المؤمنون: 53]
"Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada
sisi mereka (masing-masing)". (QS
al-Mu'minuun: 53).
Tidakkah engkau coba
memperhatikan tingkah laku perbuatan yang ada pada tiap pribadi individu umat,
atau yang terjadi pada individu dalam ruang lingkup sebuah keluarga, begitu
beragam kepribadian mereka, yang ini menunjukan pada tabiat yang telah rusak,
pemahaman yang timpang, dan lemah dalam cara pandang, akibat dari mengikuti
hawa nafsu dan mengekor pada setan, dan Allah ta'ala telah memperingatkan hal
tersebut melalui firman -Nya:
﴿ وَمَن يَكُنِ ٱلشَّيۡطَٰنُ
لَهُۥ قَرِينا فَسَآءَ قَرِينا ٣٨ ﴾ [ النساء: 38]
"Barangsiapa
yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang
paling buruk". (QS an-Nisaa': 38).
Jikalau engkau
memperhatikan pada pribadi individu yang ada pada keluargamu, atau pribadi yang
ada pada sebuah keluarga, niscaya engkau menyaksikan hal itu secara jelas yang
terjadi pada pribadi setiap keluarga kecuali yang dirahmati oleh Allah ta'ala.
Allah Shubhanahu wa ta’alla
menyatakan dalam firmanNya:
﴿وَلَقَدۡ صَدَّقَ عَلَيۡهِمۡ
إِبۡلِيسُ ظَنَّهُۥ فَٱتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقا مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٢٠﴾ [ سبأ:
20]
"Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran
sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian
orang-orang yang beriman". (QS
Saba': 20).
Ambil contoh nyata dalam hal
ini, fenomena yang membikin keringat bercucuran, membuat setan tertawa, dan
membikin Rabb semesta alam murka. Dimana ada sebagian keluarga, ayahnya adalah
seorang yang sholeh dan bertakwa, akan tetapi, anaknya nakal, fasik dan hanyut
dalam kubangan maksiat!.
Ada
lagi, ayahnya seorang muadzin, namun, anaknya menjadi penyanyi!
Terkadang ayahnya terlihat
memelihara jenggot, akan tetapi, anaknya memotongnya bersih! Ada lagi yang bisa
kita lihat, seorang ayah yang bekerja di bidang pendidikan, namun, anaknya
bekerja di bank konvesional!. Terkadang ada seorang ayah yang sangat
memperhatikan makanan yang dimakan, memilih yang halal, akan tetapi, anaknya
terjatuh mengkonsumsi barang haram, narkotika dan minuman keras!
Belum
lagi, ada seorang ibu yang sangat memperhatikan adab, etika dan agama, akan
tetapi, anak perempuannya justru bersolek membangkitkan fitnah, dalam
berpakaian, cara berbicara dan ketika berjalannya, senang melakukan perbuatan
jelek, mencemooh kehormatan, kadang bernyanyi terkadang berjoged, atau
sebaliknya.
Demikianlah
keadaan gelombang fitnah yang sedang menerjang kondisi umat ini, gelombangnya
kadang pasang dan surut, kontradiktif antara sifat mulia dan sifat rendah lagi
hina. Antara kebenaran dan kebatilan, umat yang sedang hidup dalam kekacauan
dan bercerai berai, berada dinaungan perselisihan dan perceraian, tidur panjang
dalam kerusakan dan kelalaian. Duhai apakah ini yang dinamakan tubuh tanpa akal
pikiran, khayalan tanpa makna. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
dalam firman -Nya:
﴿ مُّذَبۡذَبِينَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ
لَآ إِلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ وَلَآ إِلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِۚ ١٤٣ ﴾ [ المساء: 143]
"Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara
yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang
beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir)". (QS an-Nisaa': 143).
Apabila fenomena yang terjadi
memang demikian adanya, keadaannya kontradiktif dalam kebaikan dan kejelekan,
benar dan salah, pada pribadi seseorang, maka ini merupakan musibah yang
membuat kening berkeringat, membikin bingung akal pikiran, serta membuat hati
terasa tersayat-yayat. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
dalam firman -Nya:
﴿ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى
ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ٤٦﴾[الحج: 46]
"Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada". (QS al-Hajj: 46).
Bukankah
engkau pernah melihat seseorang, yang bisa jadi adalah anggota keluargamu, atau
termasuk saudara kerabatmu, atau tetangga, atau teman kerja, tidakkah engkau
perhatikan mereka dalam fenomena yang menakjubkan, yang memiliki standar ganda
dalam kehidupannya; Terkadang bersama kaum muslimin mengerjakan sholat
berjama'ah, namun, terkadang berkumpul bersama para penyanyi. Kadang dirinya
selalu berada di masjid, tapi, kadang ia berada ditempat hiburan. Kadang
mensucikan dirinya dengan istri, tapi, terkadang dia juga mensucikan pandangan pada
wanita lain. Terkadang siwak tergenggam manis ditangannya, namun, tidak lama
kemudian berganti menjadi sepuntung rokok yang menyelip dijarinya. Kadang
dirinya memilih untuk mengkonsumsi makanan halal, akan tetapi, tidak jarang
dirinya memakan makanan yang haram. Terkadang dirinya senang mendengarkan
bacaan al-Qur'an, tapi, terkadang suaranya berganti suara nyanyian. Kadang
dirinya mencium hajar aswad, akan tetapi, sungguh mengerikan dirinya juga
terkadang mencium serbuk putih yang memabukan.
Apakah
engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah azza wa jalla telah berfirman dalam
ayat -Nya:
﴿ أَفَتُؤۡمِنُونَ بِبَعۡضِ
ٱلۡكِتَٰبِ وَتَكۡفُرُونَ بِبَعۡضۚ فَمَا جَزَآءُ مَن يَفۡعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمۡ إِلَّا
خِزۡي فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أَشَدِّ
ٱلۡعَذَابِۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ٨٥ ﴾ [ البقرة: 85]
"Apakah kamu beriman kepada sebagian Al kitab (Taurat) dan
ingkar terhadap sebagian yang lain? tidaklah balasan bagi orang yang berbuat
demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah
dari apa yang kamu perbuat". (QS
al-Baqarah: 85).
Apa sebetulnya musibah yang
sedang menimpa umat sehingga terjatuh dalam lubang mencampur adukan keadaan sedemikian rupa? Bukankah
setiap pemimpin akan dimintai pertangungjawaban atas kepemimpinannya? Kenapa
tidak kita coba berkeliling ketempat-tempat yang membawa obat mujarab
barangkali kita bisa menemukan sebagai penawarnya?
Kita
seringkali hanya tersibukan untuk mengobati penyakit bila menimpa pada tubuh,
akan tetapi, apakah kita sudah mencoba untuk mengobati mata hati yang telah
akut terkena penyakit? Imam Hasan Bashri menuturkan, "Pokok kejelekan itu
ada pada tiga perkara; kesombongan, ketamakan dan hasad (iri dan dengki),
dengan kesombongan membikin iblis enggan untuk sujud kepada nabi Adam, dan
ketamakan membuat Adam dikeluarkan dari surga nan nikmat, sedangkan iri dan
dengki yang menjadikan anak Adam nekat untuk mengakhiri nyawa saudaranya
sendiri".
Inilah
penyakit hati yang paling berbahaya, mari coba kita obati hati-hati kita,
mudah-mudahan menjadi pulih dari penyakit yang di idapnya? Karena dengan
baiknya hati akan membuat baik seluruh jasad seorang insan, sebaliknya ketika
hati sudah rusak maka seluruh jasad akan terkena imbas kerusakannya. Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan
akan hal itu dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
"Ketahuilah
sesungguhnya didalam tubuh ada segumpal daging, yang apabila baik dirinya maka
akan baik seluruh tubuh, dan bila jelek segumpal daging tersebut maka akan
membikin rusak seluruh tubuh. Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah hati". HR Bukhari no: 52.
Muslim no: 1599.
Apabila
hati telah menjadi baik maka akan menjadikan tangan berbuat kebaikan, tidak
mencuri atau menyakiti orang lain, baiknya kemaluan akan menjadikan dirinya
tidak berani berzina, baiknya lidah membuat dirinya tidak berkata melainkan
yang baik, ketika kedua kaki sudah baik maka tidak akan digunangkan untuk
berjalan kecuali pada tempat yang baik, manakala telinga sudah baik maka tidak
digunakan untuk mendengar nyanyian dan musik, ghibah dan mengadu domba, dan
dengan baiknya penglihatan maka tidak terjerumus pada perkara yang diharamkan
oleh Allah azza wa jalla.
Namun,
apabila hatinya telah rusak maka akan membikin rusak seluruh tubuh, sehingga
menimbulkan dampak pada seluruh anggota dan perilakunya. Tidak ia gunakan
melainkan pada kerusakan, membawa pemiliknya pada perbuatan maksiat, dari
maksiat kecil menjerumus pada perbuatan maksiat yang lebih besar, dan perkara
yang dibenci menuju perkara yang dilarang. Adapun baiknya perkara hati maka
dengan tauhid, yang apabila hati telah bersinar dengan cahaya tauhid dirinya
akan mengetahui Rabbnya dan sesembahannya, apa yang diwajibkan pada dirinya,
memahami apa yang membawa manfaat dan membahayakan, sehingga hatipun terasa
tenang manakala digunakan untuk mengingat Allah jalla wa 'ala. Allah ta'ala
berfirman dalam salah satu ayat -Nya:
﴿
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا
بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨﴾
[الرعد: 28]
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram". (QS
ar-Ra'du: 28).
Maka
berikut ini untaian nasehat yang terjadi pada beberapa fenomena dalam kehidupan
nyata kita, sebagai contoh bukan pembatasan.
SHOLAT
Sholat
adalah pertemuan rutinitas setiap hari yang dilakukan antara makhluk dengan
sang Pencipta. Allah ta'ala telah memuliakan orang yang beriman dengan sebuah
ibadah yang bernama sholat, yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla jadikan sebagai sarana penghubung antara mereka bersama Rabbnya,
sehingga mereka dapat mendekatkan diri melalui ibadah sholat tersebut kepada
Allah azza wa jalla.
Dimulai
dengan mengucapkan takbir, lalu membaca ayat-ayat -Nya, memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla atas limpahan
nikmat yang telah dianugerahkan, memohon ampunan atas segala dosa dan salah,
meminta limpahan karunia -Nya. Maka Allah Shubhanahu
wa ta’alla mengabulkan do'a mereka, menambah karunia -Nya, dan mengampuni
dosa-dosa mereka.
Oleh
karena itu, barangsiapa tidak mengetahui kedudukan ibadah sholat maka dirinya
akan menjadi orang yang paling jauh dari dirinya sendiri, plus ditambah jauh
dari Rabb yang menciptakannya, Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyatakan kewajiban sholat ini dalam firman -Nya:
﴿ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَيِ
ٱلنَّهَارِ وَزُلَفا مِّنَ ٱلَّيۡلِۚ إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّئَِّاتِۚ
ذَٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ ١١٤ ﴾ [ هود: 114]
"Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat". (QS Huud: 114).
Saya
pernah melihat seorang apabila suara adzan berkumandang sebagai tanda panggilan
untuk sholat berjama'ah, hatinya bagaikan terhimpit dunia, kemudian melakukan
gerakan umpatan dengan hentakan kaki ketanah bagaikan orang yang kebingungan,
pandangan matanya menyapu kekanan dan kekiri, mencoba untuk mencari tempat
untuk berlindung, entah ruangan kosong, ataupun dibawah pohon nan rindang, atau
diatas mobil, lalu ia nyalakan sepuntung rokok, dia hisap dalam-dalam melalui
mulutnya, musik pun mulai terdengar menembus lubang telinganya, mencemooh hamba
Allah Shubhanahu wa ta’alla yang
mengerjakan sholat dengan bibir dan sanubarinya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya bagi orang yang
semacam ini:
﴿ وَإِذَا نَادَيۡتُمۡ إِلَى
ٱلصَّلَوٰةِ ٱتَّخَذُوهَا هُزُوا وَلَعِباۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡم لَّا يَعۡقِلُونَ
٥٨ ﴾
[ المائدة: 58]
"Dan
apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sholat, mereka menjadikannya
buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar
kaum yang tidak mau mempergunakan akal". (QS
al-Maa'idah: 58).
Sungguh
terkumpul pada diri orang itu berbagai sisi kejelekan, dirinya telah memisahkan
sanubarinya dari anggota tubuhnya, pada waktu yang diberkahi, manakala
orang-orang sedang mengerjakan sholat, didalam masjid. Allah
Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan
para hamba -Nya yang rajin mengerjakan sholat dengan firman -Nya:
﴿ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعا سُجَّدا
يَبۡتَغُونَ فَضۡلا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰناۖ سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ
ٱلسُّجُودِۚ ٢٩ ﴾ [ الفتح: 29]
"Kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan -Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud". (QS al-Fath:
29).
Badan mereka
dibalut dengan kesucian, hati dan jiwa mereka tenggelam dalam kekhusyu'an, mata
merekapun menitikan air mata menangis, bibir mereka basah dengan dzikir kepada
-Nya, membaca ayat-ayat -Nya, dan merekalah orang-orang yang sedang mengerjakan
kewajiban yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla bebankan. Allah ta'ala menyatakan tentang mereka:
﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
١ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ
٣ ﴾ [ المؤمنون: 1-3]
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya, dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna". (QS al-Mukminuun: 1-3).
Selanjutnya seusai menuntaskan
ibadah sholat, mereka pun kembali beraktivitas sibuk dengan pekerjaan, dengan
penuh motivasi, semangat yang menggebu, dan penuh dedikasi.
Akan
tetapi, lihat pada orang tadi, mereka kembali dengan pakain lusuh lagi berdebu
dari pengungsiannya, seusai melarikan diri dari panggilan adzan yang
mengejutkan dirinya, dari sholat yang bagaikan momok baginya, kembali dengan
perubahan menjadi teman duduk setan yang terkutuk, dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan jati
diri setan sebagai teman yang paling buruk, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan:
﴿ وَمَن يَكُنِ ٱلشَّيۡطَٰنُ
لَهُۥ قَرِينا فَسَآءَ قَرِينا ٣٨ ﴾ [ النساء: 38]
"Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya,
maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya". (QS an-Nisaa': 38).
Saya pun bergumam:
"Apakah mungkin orang seperti ini tahu jalan yang lurus, mendapati pentingnya kedudukan ibadah sholat, merasa
senang berkumpul bersama untuk mengerjakan sholat berjama'ah, pada suatu zaman
modern yang semakin banyak sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan, baik
melalui bacaan, pendengaran maupun gambar?. Kenapa harus lari, kenapa harus
beralih pada suara nyanyian, kenapa harus berperangai buruk, kenapa harus
takut?
Kemudian
aku mencoba mendekatinya, saya ucapkan salam, lalu duduk disampingnya, dengan
harapan dengan dekatnya badan akan menambah kedekatan hati. Saya lalu bertanya
padanya, kenapa tidak sholat. Dia menjawab, "Aku memang tidak
sholat". Kenapa? Tanyaku penasaran. Karena Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak membutuhkan ibadah sholat kita, kenapa
harus susah-susah kita mengerjakan sholat lima kali dalam sehari di masjid.
Jawabnya tukas.
Maka
terjadilah obrolan ringan antara diriku bersamanya, berikut obrolan tersebut:
Aku berkata padanya: "Tidakkah engkau sadar bahwa bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla perbendaharaan
yang ada dilangit dan bumi, sedangkan kita adalah fakir, -Dia lah yang Maha
Kaya lagi Terpuji, Allah Shubhanahu wa
ta’alla menciptakan kita dalam keadaan telanjang dada dan kaki, lahir dalam
keadaan tidak membawa apa-apa, badan lemas terkulai, tidak mampu memberi
manfaat tidak pula mampu mencegah mara bahaya, tidak bisa memberi hidayah serta
tidak membawa ilmu.
Kemudian
dengan karunia serta rahmat -Nya, Maha suci Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi kita makanan, melimpahkan segala
kenikmatan kepada kita yang tersembunyi maupun yang nampak. Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah Maha Kaya
sedangkan kita adalah hamba yang fakir, sangat butuh kepada -Nya, sebagaimana
dikatakan dalam firman -Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ
ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ ١٥ ﴾ [ فاطر:
15]
"Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan
Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji".
(QS Faathir: 15).
Orang tersebut menjawab;
"Dan ayat ini menunjukan bahwa Allah ta'ala memang tidak membutuhkan
ibadah sholat kita. Karena –Dia Maha Kaya, maha memberi pada seluruh hamba, dan
semua nikmat yang ada datang dari sisi -Nya".
Aku
berkata; "Bagaimana menurutmu kalau seandainya ada orang yang memberimu
hadiah jam tangan misalkan, atau memberimu petunjuk ketika dirimu tersesat,
atau memberimu air minum dikala engkau sedang kehausan, tidakkah engkau akan
berterima kasih padanya? Tidakkah akan timbul kecintaan dalam dadamu pada orang
tersebut? Dia menjawab, "Tentu, dan aku berharap seandainya terjadi aku
mampu membalas budi baiknya dengan yang lebih baik darinya, bukankah itu
termasuk dari kebaikan di balas dengan kebaikan".
Aku
bertanya; "Apabila pada suatu ketika ada orang yang datang kepadamu,
tiba-tiba dengan memberimu sebuah mobil
mewah dan rumah megah, lengkap bersama perabotan dan makanan yang engkau
inginkan, lantas bagaimana sikap dan perasaanmu ketika itu? Dia menjawab,
"Kalau benar apa yang kamu katakan, tidak diragukan lagi kalau dirinya
telah berbuat sangat baik padaku, memberiku harta yang berlimpah, tentu saja
hatiku akan langsung mencintainya, dan saya berharap semoga ucapan terima
kasihku dengan bibir dan kedua tanganku bisa membalas budi baiknya".
Aku
bertanya padanya, "Kalau demikian beritahu padaku, siapa yang
menciptakanmu? Siapa yang memberimu rupa seperti sekarang? Siapa yang memberi
tempat tinggal yang nyaman dimuka bumi ini? siapa yang memberimu makan setiap
hari? Siapa yang memberimu minum tiap waktu? Siapa yang memberimu pakain,
sehingga engkau bisa menutupi auratmu? Siapa yang menciptakan pendengaran serta
penglihatanmu, lalu engkau masih dikasih dua tangan serta kaki, memberimu lidah
sehingga engkau bisa berbicara, akal sehingga engkau mampu berpikir, engkau
diberi rizki yang dirimu bisa menikmatinya?
Dia
menjawab, "Yang memberi itu semua ialah Rabbku, tidak ada sembahan yang
berhak untuk disembah melainkan Dia, yang telah menciptakan segala
sesuatu". Aku pun bertanya kembali, "Lalu siapa yang membimbing,
memberimu taufik dan hidayah untuk beriman padaNya? Dia menjawab, "Allah
Yang Maha suci, yang menyatakan dalam firman -Nya:
﴿مَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ
ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيّا مُّرۡشِدا١٧﴾[الكهف:17]
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dia lah
yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan -Nya, maka kamu tidak
akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya". (QS al-Kahfi: 17).
Aku
bertanya kembali, "Bagaimana menurutmu jikalau seandainya Allah Shubhanahu wa ta’alla mengusirmu dari
bumi ciptaan -Nya ini, dimana engkau akan tinggal? Atau menahan rizki -Nya,
lantas apa yang akan engkau makan? Atau menjadikan air meresap kebumi sehingga
engkau kekeringan, dari mana engkau akan minum? Atau mengambil udara yang kita
hirup, dengan apa engkau akan bernafas? Atau membiarkan dirimu dari keadaan
tersesat, siapa yang memberimu petunjuk? Apabila dirimu kelaparan, pada siapa
engkau memohon? Jikalau sakit, pada siapa engkau berdo'a? apabila keperkasaanmu
semakin lemah, pada siapa engka meminta kekuatan? Jikalau dirimu tertimpa
gundah gelisah, kepada siapa engkau berdo'a? padahal Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي
عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ
لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦ ﴾ [ البقرة: 186]
"Dan apabila hamba-hamba -Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada -Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah -Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada -Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran". (QS
al-Baqarah: 186).
Siapakah
pemberi nikmat hakiki yang senantiasa memberimu? Siapa orang terkaya yang tidak
pernah habis perbendaharaan hartanya? Siapa sang pemberi nikmat bagi semua
orang, yang kaya dan miskin serta orang yang butuh? Siapakah Dzat yang memberi
makan dan tidak butuh pada makanan? Dialah Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang menyatakan dalam firman -Nya:
"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah
-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada
–Nya lah kamu meminta pertolongan". (QS
an-Nahl: 53).
Lalu siapa yang tidak pernah
berbuat dzalim walau hanya sebesar biji sawi? Siapa yang menjadikan dunia ini
sebagai tempat tinggal, lalu menjadikan ditengah-tengah mereka sungai-sungai
yang mengalir? Ia menjadikan padanya gunung-gunung yang menjulang tinggi?
Siapakah yang menjadikan antara dua lautan ada penghalang, yang satu tawar
sedangkan satunya lagi berasa asin?
Siapakah
yang mengangkat langit tanpa ada tiang penyangganya? Siapakah yang menghiasi
langit dengan jutaan bintang ? Siapakah yang menciptakan matahari nan besar dan
bulan yang elok? Siapakah yang menciptakan makhluk kemudian menjamin rizkinya?
Siapakah yang membagi rizki penghidupan diantara mereka? Siapakah Dzat yang
tidak terserang rasa kantuk tidak pula tertidur sedikitpun? Siapakah yang
padanya hak mencipta serta mengatur? Siapakah Dzat yang tidak ada sesuatu
apapun dimuka bumi ini serta dilangit sana yang membikin -Nya lemah?
Diapun
menjawab lirih; "Semuanya Allah Shubhanahu
wa ta’alla, Dzat yang tidak ada sekutu. Bagi -Nya kekuasaan, sanjungan, dan
Allah Shubhanahu wa ta’alla lah yang
maha mampu atas segala sesuatu". Aku bertanya kembali, "Jika sifat
Allah Shubhanahu wa ta’alla demikian,
dan engkau menyakini ini ciptaan -Nya, Allah Shubhanahu wa ta’alla maha mampu, dengan keagungan yang dimiliki
-Nya, lantas kenapa dirimu masih bermaksiat pada -Nya.
Tahukah
anda siapa? Sadarkah kepada siapa engkau sedang bermaksiat? Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberimu taufik.
Jangan engkau remehkan besarnya maksiat, akan tetapi, lihatlah keagungan Dzat
yang telah engkau maksiati, dengan limpahan nikmat yang engkau rasakan,
memberimu kekayaan, dan kebutuhan, lalu engkau balas dengan maksiat. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan bagi
orang yang sadar akan keagungan -Nya:
﴿ وَمَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ
حَقَّ قَدۡرِهِۦ وَٱلۡأَرۡضُ جَمِيعا قَبۡضَتُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ
مَطۡوِيَّٰتُۢ بِيَمِينِهِۦۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٦٧ ﴾ [
الزمر: 67]
"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman -Nya pada hari kiamat dan
langit digulung dengan tangan kanan -Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia
dari apa yang mereka persekutukan".
(QS az-Zumar: 67).
Tidakkah engkau sadari, betapa
lembutnya Allah Shubhanahu wa ta’alla
memperlakukan hamba -Nya, betapa luas kasih saying -Nya terhadap orang-orang
yang berbuat maksiat padan -Nya. Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ لَطِيفُۢ بِعِبَادِهِۦ
يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُۖ وَهُوَ ٱلۡقَوِيُّ ٱلۡعَزِيزُ ١٩ ﴾ [ الشورى: 19]
"Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba -Nya; Dia memberi
rezki kepada yang di kehendaki -Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha
Perkasa". (QS asy-Syuura: 19).
Ketahuilah
termasuk keindahan dalam membalas ialah kita mengakui siapa sang pemberi
karunia tersebut, kemudian berterima kasih atas kebaikannya. Apakah engkau
mengetahui kalau kegiatan berdiri didepan Sang pencipta, yang dilakukan rutin
lima kali dalam sehari? Apakah engkau paham ada pencipta yang mengumpulkan
seluruh ciptaan -Nya setiap hari lima kali, supaya mereka merasa kehilangan,
merasakan ketenangan, rela mengerjakan tugasnya dikehidupan ini sebaik mungkin.
Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
dalam firman -Nya bagi mereka yang khusyu didalam sholat:
﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
١ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢ ﴾ [ المؤمنون: 1-2]
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya". (QS al-Mukminuun: 1-2).
Sesungguhnya
Tuhanmu sedang memanggilmu setiap hari lima kali, lima waktu dalam sehari,
supaya engkau mau berdiri dihadapan -Nya, berdirinya makhluk yang kecil
dihadapan Dzat yang Maha besar, engkau memuji akan ke Maha suciannya, engkau
tuangkan rasa syukurmu atas karunia -Nya, engkau mengharap kasih sayang -Nya,
memohon anugerah serta pemberian -Nya, engkau bersimpuh memohon ampun atas
segala dosa yang engkau pernah perbuat, engkau memohon pertolongan dan meminta
agar selalu diberi petunjuk pada jalan yang lurus.
Demi
Allah, sesungguhnya pekerjaan berdiri dihadapan Dzat yang menciptakannya setiap
hari lima kali, tidak ada kerugian sedikitpun, atau terlantarkan, atau
menyebabkan ketakutan dan kesedihan. Allah Shubhanahu
wa ta’alla menjelaskan bagi mereka-mereka yang duduk tersimpuh dihadapan
-Nya:
﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ
رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا
تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ
٣٠ نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَلَكُمۡ
فِيهَا مَا تَشۡتَهِيٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ٣١ نُزُلا مِّنۡ
غَفُور رَّحِيم ٣٢ ﴾ [ فصلت: 30-32]
"Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan: "Tuhan Kami
ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat
akan turun kepada mereka dengan menyatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu". kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan
dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. sebagai hidangan (bagimu)
dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS Fushshilat: 30-32).
Sesungguhnya
apabila dirimu mentaati perintah atasanmu, maka mereka hanya beraksi kalau
dirimu telah menunaikan kewajiban dengan suka rela, kemudian kamu mengambil
upah sesuai dengan perjanjian, kemudian upah tersebutpun sirna tidak mungkin
bisa kamu simpan sepanjang hayat. Sungguh berdirimu ketika sholat, bermunajatmu
kepada Rabbmu sebagai bukti akan ketaatanmu pada yang menciptakan dirimu,
keikhlasan serta keimananmu pada -Nya, lantas kebaikan manalagi yang engkau
inginkan setelah itu, sedangkan Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyatakan bagi hamba
-Nya yang beriman:
﴿ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
بِأَنَّ لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ فَضۡلا كَبِيرا ٤٧ ﴾ [ الأحزاب: 47]
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin
bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah". (QS al-Ahzab: 47).
Keuntungan
apa lagi yang engkau harapkan selain dari pada itu. Karena Allah Shubhanahu wa ta’alla menjanjikan dalam
firman -Nya:
﴿ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰت تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ
طَيِّبَة فِي جَنَّٰتِ عَدۡنۚ وَرِضۡوَٰن مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ
ٱلۡعَظِيمُ ٧٢ ﴾ [ التوبة: 72]
"Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan
perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal
mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar". (QS at-Tuabah: 72).
Apakah engkau menjumpai adanya
perbedaan antara yang pertama dan kedua? Sungguh jauh sekali perbedaan keduanya,
sebab, pemberian dari makhluk pasti ada kadar waktu dan batasannya, adapun
pemberian Allah Shubhanahu wa ta’alla
maka tak terbatas, kemudian, segala sesuatu yang ada disisi makhluk pasti akan
mengalami kesirnaan, sedangkan segala sesuatu yang berada disisi Allah Shubhanahu wa ta’alla maka akan kekal
selama-lamanya.
Sesungguhnya
Allah Shubhanahu wa ta’alla menyerumu
agar engkau mau memohon pada -Nya, kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla beri limpahan karunia -Nya, mengajakmu untuk
meminta ampunan padan -Nya, supaya engkau mendapat ampunan, menyerumu supaya
engkau berdo'a kepada -Nya, kemudian Allah mengabulkan do'amu, karena Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam
firman -Nya:
﴿ وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ
أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ٦٠ ﴾ [ غافر: 60]
"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada
-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan
hina dina". (QS Ghaafir: 60).
Berapa
banyak keuntungan yang akan direngkuh bagi mereka yang mau mengerjakan sholat?
Dan betapa meruginya orang yang enggan untuk mengerjakan sholat?. Bukankah
engkau menyadari berapa banyak kesalahan, perbuatan dosa dan maksiat yang telah
engkau lakukan pada setiap harinya. Dan dalam kehidupan sehari-hari, kita
dihadapkan pada dua hal yang berbeda, datang silih berganti, terkadang kita
yang mengambil, lalu pada suatu ketika kita yang memberi, terkadang kita miskin
kemudian kaya, antara sehat dan sakit, sedih lalu berganti senang, antara
ketakutan dan rasa aman, berbuat kebajikan dan terkadang berbuat kejelekan,
antara untung dan rugi.
Bukankah
didalam ibadah sholat bisa sebagai penghibur dari segala perkara yang tidak
kita senangi, dari fenomena hidup yang datang silih berganti seperti tadi? Demi
Allah, pasti bisa. Seorang muslim yang sedang berdiri didalam sholatnya,
dirinya bermunajat kepada Rabbnya, memohon pertolongan dan kekuatan, meminta
ampunan atas segala dosa dan kesalahannya, memohon kepada -Nya agar dimaafkan,
kalau sekiranya dirinya telah berlaku jelek pada orang lain, atau berlaku
dzalim pada dirinya sendiri.
Sesungguhnya
ketika dirinya masuk didalam sholat, ia sedang mendapatkan antara nikmat yang
mengharuskan disyukuri serta menyanjung -Nya, antara pengakuan dosa yang telah
dia lakukan, lalu di iringi dengan do'a agar -Dia mengampuninya. Betapa terasa
damai perasaan hatinya manakala dia gunakan untuk mengingat Rabbnya, begitu
lezat kenikmatan yang dirasakan oleh jiwa tatkala bermunajat kepada -Nya. Allah
Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
dalam firman -Nya:
﴿ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ
قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ٢٨ ﴾
[ الرعد:28]
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah -lah
hati menjadi tenteram". (QS
ar-Ra'du: 28).
Oleh
sebab itu, adalah kebiasaan Rasulallahu Shubhanahu
wa ta’alla apabila tertimpa musibah beliau bersegera untuk mengerjakan
sholat, maka ketika beliau berdiri sholat, beliau merasakan kedamaian jiwa,
ketenangan dari kepenatan hidup, dan merasakan ketentraman hati tatkala bermunajat
kepada Rabbnya, karena ibadah sholat beliau jadikan sebagai media penghubung
dengan Sang pencipta dan kekasihnya. Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya, bagi orang yang keadaan demikian:
﴿ وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ
وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ
أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ٤٦﴾ [ البقرة:
45-46]
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka
akan kembali kepada -Nya". (QS
al-Baqarah: 45-46).
Apakah
engkau ingin kiranya kamu bisa menghadap raja dan penguasa setiap tahun,
jikalau tidak memungkinkan setiap bulannya, menghadap untuk meminta kebutuhan
yang sedang engkau butuhkan atau memberi alasan atas kesalahan yang engkau
perbuat? Sebagian orang barangkali ada yang mampu terpenuhi keinginannya
seperti itu, namun, bisa saja engkau menghabiskan umur, akan tetapi, tidak
pernah melihat mereka sedikitpun, apalagi bisa menghadap mereka.
Apakah
engkau ingin bisa menghadap mereka setiap hari? Barangkali keinginan itu pernah
terlintas dalam benakmu. Tidakkah engkau punya angan-angan untuk bisa masuk
keruang raja atau presiden setiap hari lima kali, engkau bisa tinggal disitu
sekehendakmu, berbicara sesuai keinginanmu, meminta apa yang engkau butuhkan,
kapanpun waktu yang engkau inginkan? Saya kira, itu sebuah angan-angan yang
sangat jauh.
Sesungguhnya
Raja Diraja yang maha suci mengajakmu untuk bermunajat pada -Nya lima kali
setiap harinya, sebagai beban kewajiban yang harus engkau kerjakan, supaya
engkau berdo'a pada -Nya, memohon, serta
meminta ampunan pada -Nya, dalam kondisi suci badan, serta menghadirkan hati,
pada sebuah ibadah sholat yang terkumpul didalamnya segala ragam bentuk
pengagungan kepada Sang pencipta, dalam keadaan bersuci, mengesakan, bertakbir,
sanjungan, gerakan badan, ucapan, khusyu', dan tunduk serta ruku' dan sujud.
Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
kewajiban sholat dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ
عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبا مَّوۡقُوتا ١٠٣﴾ [ النساء: 103]
"Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman". (QS an-Nisaa'; 103).
Maka
bagi siapa yang ingin berdialog langsung bersama -Nya, maka kerjakanlah sholat. Siapa
yang senang untuk bisa berdialog bersama Allah Shubhanahu wa ta’alla maka bacalah al-Qur'an. Apabila engkau
meminta pertolongan mintalah kepada -Nya, apabila engkau memohon maka mohonlah
kepada -Nya, kalau seandainya engkau dalam keadaan tersesat maka mintalah
petunjuk kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla, sesungguhnya -Dia adalah Maha pemberi petunjuk kepada jalan yang
lurus, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
dalam firman -Nya:
﴿ مَن
يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِيۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ١٧٨ ﴾
[الأعراف: 178]
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah
yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah
orang-orang yang merugi".
(QS al-A'raaf: 178).
Kalau
sekiranya engkau merasa banyak berdosa dan banyak mendzalimi dirimu sendiri,
mintalah kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla ampunan, sesungguhnya Allah Shubhanahu
wa ta’alla maha pengampun lagi maha penyayang. Jika engkau merasa
kekurangan, maka mohonlah kepada –Nya kekayaan karena -Dia lah yang maha kaya
lagi terpuji. Kalau seandainya engkau merasa bodoh mintalah kepada -Nya ilmu,
karena -Dia lah Dzat yang maha mengetahui lagi memahami.
Jikalau
engkau merasa lemah, mohonlah kekuatan kepada -Nya, sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha kuat lagi
perkasa. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
dalam firman -Nya:
﴿ وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ
ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ أَسۡمَٰٓئِهِۦۚ
سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٨٠ ﴾ [ الأعراف: 180]
"Hanya
milik Allah nama-nama yang indah, maka bermohonlah kepada -Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama -Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap
apa yang telah mereka kerjakan". (QS
al-A'raaf: 180).
Ucapkanlah, "Ya Allah,
yang maha penyayang, sayangilah hamba
-Mu, wahai maha pemberi rizki limpahkanlah karunia rizki pada hamba,
wahai Maha pengampun, ampunilah kesalahan hamba". Yakinlah, dirimu tidak
akan mendapati semua kebaikan, semua rizki, kasih sayang, kelembutan, dan semua
kemurahan hati, melainkan dari Dzat yang maha mencipta dan mengurusi, pemberian
-Nya tak pernah putus, Dzat yang kasih saying -Nya meliputi segala sesuatu.
Maka
barangsiapa yang mencita-citakan itu semua, hendaknya ia menyambung hubungan
bersama penciptanya melalui sarana ibadah sholat, mintalah kebaikan, mohonlah
ampunan -Nya, serta berdo'alah kepada -Nya, sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menjanjikan dengan
firman -Nya:
﴿ وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي
عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ
لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦ ﴾ [ البقرة: 186]
"Dan apabila hamba-hamba -Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada -Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah -Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada
-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (QS al-Baqarah: 186).
Orang-orang beriman adalah
bersaudara, satu diantara mereka mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
untuk dirinya sendiri, dan bagi setiap orang diantara mereka mempunyai hak
terhadap saudaranya.
Dan
termasuk bentuk kasih sayang Allah Shubhanahu
wa ta’alla kepada hamba -Nya, Allah Shubhanahu
wa ta’alla mengumpulkan mereka dalam satu masjid lima kali dalam sehari,
satu sama lain saling memberi dan menjawab ucapan salam, menjenguk saudaranya
yang sakit, mengiringi jenazahnya, mengajari yang bodoh diantara mereka,
menanyakan kabarnya bila tidak terlihat, serta menyantuni yang fakir dikalangan
mereka.
Mereka
berkumpul bersama dirumah-rumah Allah Shubhanahu
wa ta’alla dalam kebersamaan, setelah terpisah anggota badan mereka oleh
penghalang tembok-tembok rumah, saling berlomba-lomba dalam kebajikan,
merengkuh pahala yang berlipat-lipat, satu sama lain mempunyai keutamaan dengan
tingkat ketakwaannya masing-masing, bukan dengan siapa yang lebih kuat. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan akan
itu dalam firman -Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا
خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَر وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير ١٣
﴾ [الحجرات: 13]
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal".(QS al-Hujuraat: 13).
Tidakkah
engkau menginginkan Allah Shubhanahu wa
ta’alla mengampuni dosa-dosamu? Maka kerjakan sholat dengan khusyu' dan
merendahkan diri dihadapan Rabb semesta alam. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَلاَ أَدُلُّكُمْ
عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ ».
قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى
الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ
بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ » [أخرجه مسلم]
"Maukah
aku beritahu kalian perkara yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan
dan mengangkat derajat? Para sahabat menjawab, "Mau wahai
Rasulallah". Beliau menyatakan, "Menyempurnakan wudhu dikala sulit,
banyak berjalan menuju masjid, dan menunggu sholat setelah sholat itulah
ribath, itulah ribath". HR Muslim no: 251.
Maukah
engkau menjadi penghuni surga? Maka lakukanlah sholat dimasjid bersama
saudaramu kaum muslimin. Sebab Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah menyatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ غَدَا إِلَى
الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا
غَدَا أَوْ رَاحَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Barangsiapa yang pergi diwaktu pagi atau berangkat di
sore hari ke masjid niscaya Allah sediakan baginya didalam surga tempat
tinggal, setiap kali dirinya pergi diwaktu pagi maupun sore hari". HR
Bukhari no: 662. Muslim no: 669.
Tidak inginkah engkau bisa
berdekatan bersama Rabbmu? Sholatlah sarananya. Sebab Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَقْرَبُ مَا
يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ » [أخرجه مسلم]
"Kondisi terdekat antara seorang hamba bersama
Allah ialah ketika dirinya sedang sujud". HR Muslim no: 482.
Maukah
engkau merengkuh kebahagian hakiki bersama kemenangan mutlak? Maka bergegaslah
menuju sholat, karena disanalah tempatnya, sebagaimana Allah Shubhanahu wa ta’alla tegaskan dalam
firman -Nya:
﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
١ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢ ﴾ [ المؤمنون: 1-2]
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya".(QS al-Mukminuun: 1-2).
Tidak maukah engkau mendapat
semua kebaikan? Kerjakanlah sholat, karena Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan tentang kondisi para pendosa dalam
firman -Nya:
﴿ مَا سَلَكَكُمۡ فِي سَقَرَ
٤٢ قَالُواْ لَمۡ نَكُ مِنَ ٱلۡمُصَلِّينَ ٤٣ ﴾ [ المدثر: 42-43]
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam neraka Saqar? Mereka
menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan
shalat". (QS al-Muddatstsir: 42-43).
Sesungguhnya
dirimu kalau seandainya mendirikan tenda dengan dikelilingi seratus pasak, maka
engkau tidak akan banyak mengambil banyak faidah darinya kalau seandainya tidak
ada tiang penyangga ditengahnya. Dan
sholat adalah tiang dalam agama, maka jagalah sholat, segeralah untuk
mengerjakan sholat. Allah Shubhanahu wa
ta’alla memerintahkan:
﴿حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ
وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ٢٣٨﴾ [البقرة: 238]
"Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat
wusthaa (Ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (QS al-Baqarah: 238).
Jika dirimu setiap hari
berangkat kerja dan engkau giat dalam bekerja, maka engkau akan mengambil gaji
setiap akhir bulan, secara sempurna, namun, kalau dirimu bolos kerja, atau
malas-malasan tatkala bekerja, maka gajimu akan dipotong sesuai hari kerjamu,
demikian pula ibadah sholat, Allah Shubhanahu
wa ta’alla mencatat sholatmu sesuai dengan kadar sholat yang engkau
kerjakan, dan sesuai dengan kekhusyu an yang ada didalam hatimu. Allah ta'ala
mencela orang yang punya pamrih dalam sholatnya melalui firman -Nya:
﴿ فَوَيۡل لِّلۡمُصَلِّينَ
٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥ ﴾ [ الماعون: 4-5]
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya". (QS
al-Maa'un: 4-5).
Sholat
bagaikan timbangan, barangsiapa yang sempurna maka dirinya meraih kesempurnaan,
sebaliknya barangsiapa yang curang maka akan berkurang pahala yang diterimanya.
Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
dalam firman -Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡس مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدۖ وَٱتَّقُواْ
ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ١٨ ﴾ [ الحشر: 18]
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan". (QS al-Hasyr: 18).
Sesungguhnya sholat merupakan
rukun Islam yang paling besar setelah dua kalimat syahadat, sehingga
barangsiapa yang meninggalkan sholat dirinya telah kafir. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ
الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya (pemisah) antara seseorang dengan
kekafiran dan kesyirikan adalah meninggalkan sholat". HR Muslim no:
82.
Sungguh
bila kita melihat begitu krusialnya ibadah sholat dibanding seluruh syari'at
Islam lainnya, maka dirinya paham kenapa Allah Shubhanahu wa ta’alla wajibkan pada utusan -Nya secara langsung,
dengan menyuruh dirinya melkukan perjalanan dari masjidil Aqsha, kemudian di
mi'rajkan menuju langit tertinggi lalu disanalah Allah Shubhanahu wa ta’alla menitahkan kewajiban sholat, lima kali dalam
pengerjaan, namun lima puluh dalam perolehan pahala.
Ibadah
sholat diwajibkan agar seorang mukmin bisa bernaung dibawah hubungan Rabbnya
setiap hari, dirinya bertakbir, memuji -Nya, memohon serta meminta ampunan atas
kesalahan, serta memberi salam kepadanya. Pada suatu ketika Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata
tentang sholat:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ
نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ
عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ »
[أخرجه أحمد]
"Barangsiapa
yang menjaga (sholat) maka baginya cahaya dan petunjuk serta keselamatan pada
hari kiamat. Dan barangsiapa melalaikannya maka tidak ada cahaya dan petunjuk
baginya, dan kelak pada hari kiamat tidak ada keselamatan untuknya, dan dirinya
besok akan dikumpulkan bersama Qorun, Fir'aun dan Haman serta Ubay bin Khalaf".
HR Ahmad no: 6577.
Kenapa orang yang meninggalkan
sholat dikumpulkan bersama empat orang yang menjadi simbol kekufuran diatas,
karena biasanya orang yang melalaikan ibadah sholat, bisa karena tersibukkan
dengan harta bendanya, atau kekuasaanya, atau sebagai pegawai, atau karena
perniagaanya.
Maka
bagi orang yang sibuk dengan harta bendanya sampai melalaikan sholat maka kelak
dirinya dikumpulkan bersama Qorun. Jika dia tersibukkan untuk mengerjakan
sholat dengan kekuasaanya maka dirinya dikumpulkan bersama Fir'aun. Dan kalau
kepegawaiannya yang menyibukan dirinya hingga lalai mengerjakan sholat maka dia
dikumpulkan bersama Haman. Dan bila perniagaanya yang melalaikan dirinya dari
sholat maka dia akan dibangkitkan bersama Ubay bin Khalaf.
Apakah
sekarang engkau merasakan urgennya sholat, serta keagungannya? Apakah engkau
sadar betapa besar musibah yang menimpa bagi orang yang enggan mengerjakan
sholat, atau mengakhirkan atau justru menyia-yiakan sholat? Dia menjawab,
"Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla membimbing
langkahmu. Sungguh orang yang bodoh terhadap agama -Nya akan mengantarkan
dirinya pada kebinasaan, rela menjadi pengikut setan, langkah demi langkah
hingga akhirnya terjerembab masuk ke dalam neraka, menjadi pengekor hawa nafsu
dan syahwat, serta menjadi faktor kerusakan dan keharaman. Allah ta'ala
menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ
ٱلَّيۡلِ سَاجِدا وَقَآئِما يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ
قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ٩ ﴾ [الزمر: 9]
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat
menerima pelajaran". (QS az-Zumar: 9).
Sungguh
benar, apakah kita takut terhadap polisi dimuka bumi sedangkan kita tidak
merasa takut sedikitpun terhadap pencipta langit dan bumi? Apakah kita hanya
mampu berterima kasih pada orang yang telah memberi petunjuk pada kita lantas
kita lupa untuk bersyukur kepada pencipta kita, yang menciptakan orang tersebut
serta Pencipta petunjuk?
Apakah
kita rela mentaati orang yang tidak bisa menjamin dirinya dari kefakiran dan
menyuruh kita pada perbuata keji kemudian kita memaksiati Dzat yang telah
menjanjikan kepada kita ampunan dan karunia -Nya yang luas? Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan:
﴿ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى
ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ٤٦ ﴾ [ الحج: 46]
"Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta, ialah hati yang di dalam dada". (QS al-Hajj: 46).
Duhai diriku, kini aku
menyesali apa yang telah lalu, umurku yang telah aku sia-siakan, ketika diriku
bersama dengan orang-orang yang apabila sholat ditegakkan mereka berdiri dengan
malas dan ingin dilihat manusia serta sangatlah sedikit untuk mengingat Allah.
Persis seperti yang direkam oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿يَٰحَسۡرَتَىٰ عَلَىٰ مَا
فَرَّطتُ فِي جَنۢبِ ٱللَّهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ ٱلسَّٰخِرِينَ٥٦﴾ [الزمر: 56]
"Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan
kewajiban) terhadap Allah, sedang aku Sesungguhnya Termasuk orang-orang yang
memperolok-olokkan (agama Allah )". (QS
az-Zumar: 56).
Ya
Allah sesungguhnya hamba memohon pada -Mu keimanan yang sempurna, keyakinan
yang murni, hati yang khusyu, lisan yang basah untuk mengingatmu, serta taubat
yang nashuha.
Ya Allah yang maha luas
ampunan -Nya, Ya Allah yang maha luas kasih sayang -Nya, ampunilah hamba -Mu
serta kasihanilah, sesungguhnya Engkau maha pengampun lagi penyayang.
﴿رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا
وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ٢٣﴾
[ الأعراف:23]
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri,
dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS al-A'raaf: 23).
Post a Comment