Banyak jalan menuju roma, begitu pepatah yang sering kita dengar. Akan tetapi hanya ada satu jembatan saja yang bisa mengantarkan ke jannah yang disebut dengan ‘shirath’. Tak ada jembatan atau jalan lain, dan itulah jalan satu-satunya menuju jannah.
Dimana setiap diri kita akan melaluinya. Tidak bisa menghindar, mengelak atau mencari jalan selainnya. Shirath disifati oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan sifat yang mengerikan, menakutkan dan sulit untuk dilalui.
Abu Sa’id Radhiyallahu anhu berkata, “Sampai kepadaku kabar bahwa shirâth itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” Adapun yang disifati rang-orang bahwa tipisnya seperti rambut dibelah tujuh, itu hanyalah penyangatan yang tidak ada dalilnya.
Gambaran Kengerian Shirath
Gambaran yang mengerikan diberitakan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang shirath, “Licin, lagi menggelincirkan. Di sisinya ada besi-besi panas yang memiliki pengait, ia seperti pohon berduri di Najed yang dikenal dengan pohon sa’dan.”
Para Ulama menjelaskan bahwa maksud menggelincirkan adalah bergerak ke kanan dan ke kiri, sehingga membuat orang yang melewatinya takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh. Sementara di bawah jembatan ada api yang menjilat.
Tentang kengeriannya Imam al-Qurthubi rahimahullah mengambarkan dalam kitabnya at-Tadzkirah. Beliau berkata, “Sekarang cobalah renungkan tentang kelak yang akan Anda alami. Rasa takut yang memenuhi hatimu ketika awal pertama Anda menyaksikan shirâth yang begitu tipis untuk dilalui manusia. Engkau memandang dengan matamu kedalaman api neraka Jahanam yang berada di bawahnya. Engkau juga mendengar gemuruh dan gejolaknya. Sementara engkau harus melewati shirath itu sekalipun tubuhmu dalam kondisi lemah, hatimu gundah, kakimu bergetar karena takut tergelincir. Saat yang sam punggungmu terasa berat karena memikul dosa. Hal yang tidak mungkin kamu bisa melakukannya seandainya engkau berjalan di punggung bumi, apa lagi untuk di atas shirâth yang begitu lembut dan tajam.
Bagaimana kiranya saat kamu meletakkan salah satu kakimu di atasnya, lalu engkau merasakan ketajamannya! Sehingga mengharuskanmu segera mengangkat tumitmu yang lain! Engkau menyaksikan banyaknya orang-orang yang berada di hadapanmu tergelincir kemudian berjatuhan! Mereka lalu ditarik oleh para malaikat penjaga neraka dengan besi pengait. Engkau melihat bagaimana mereka dalam keadaan terjungkal ke dalam neraka dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas. Wahai betapa mengerikannya pemandangan tersebut. Perjalanan yang begitu sulit, di jalan yang begitu sempit.”
Ketika itu, suasana begitu tegang, hingga tak seorangpun kuasa untuk berkata-kata atau apalagi berbincang-bincang, selain para rasul. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
وَيُضْرَبُ الصِّرَأطُ بَيْنَ ظَهْرَي جَهَنَّمَ فَأَكُونُ أنَا وَأُمَّتِيْ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ وَلاَ يَـَتكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلاَّ الرُسُلُ وَدَعْوَى الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ فَمِنْهُمْ الْمُؤُمِنُ بَقِيَ بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمْ الْمُجَازَى حَتىَّ يُنَجَّى
“Dan dibentangkanlah shirath di atas permukaan neraka Jahannam. Maka aku dan umatku menjadi orang yang pertama kali melewatinya. Dan tiada yang berbicara pada saat itu kecuali para rasul.
Dan doa para rasul pada saat itu, “Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah di antara mereka ada yang tertinggal dengan sebab amalannya dan di antara mereka ada yang dibalasi sampai ia selamat”. [HR. Muslim]
Post a Comment