Tingkatan Orang yang Meniti Shirath
Ketika itu, ada berbagai keadaan manusia pada saat meniti shirath, baik dari sisi cepat lambatnya, maupun dari sisi bahaya yang mengancamnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَيَرْجِعُ فِي طَرْفَةِ عَيْنٍ ؟ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَشَدِّ الرِّجَالِ تَجْرِي بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَنَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُولُ رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ حَتَّى يَجِيءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا قَالَ وَفِي حَافَتَيْ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ
“Tidakkah kalian pernah melihat kilat, bagaimana ia melintas dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas shirath sambil berkata, “Ya Allah selamatkanlah! selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak.” Beliau menuturkan (lagi), “Di kedua belah pinggir shirâth terdapat besi pengait yang bergelantungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkal ke dalam neraka”. [HR. Muslim] Tingkat kemudahan dan kecepatan seseorang dalam meniti shirath dipengaruhi oleh amal setiap manusia.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam Madaarijus Saalikin menjelaskan keterkaitan amal dengan cara meniti shirath. Beliau berkata, “Hidayah paling puncak dan paling akhir (yang kita mohonkan kepada Allah) adalah hidayah pada hari Kiamat untuk menuju jannah, yakni jembatan yang menghubungkan ke jannah. Maka barangsiapa yang diberi hidayah untuk meniti shirat al-mustaqim (jalan lurus) di dunia ini, yakni jalan yang digariskan oleh para rasul, yang diturunkan kepadanya Kitabullah, niscaya ia akan diberi petunjuk pula untuk meniti shirath menuju jannah dan negeri tempat pemberi balasan kebaikan.
Sesuai dengan kadar ketegarannya dalam memancangkan hatiany untuk beribadah kepada Allah, maka sekuat itulah kakinya terpancang di atas shirath yang terbentang di atas jahannam. Dan sesuai dengan kecepatan ia merespon jalan kebenaran, maka secepat itulah ia akan meniti shirath.
Ada yang melintasi shirath secepat kilat, ada yang secepat kedipan mata, ada yang seperti angin, ada yang seperti menaiki kendaraan, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, ada yang bergelantungan dan adapula yang tergelincir ke neraka. Maka hendaklah seseorang melihat bagaimana ia berjalan di atas syariat ketika di dunia, karena bagaimana ia meniti shirath tergantung bagaimana ia meiti kebenaran saat di dunia. Selangkah dibalas denagn selangkah, sebagai balasan yang setimpal. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS an-Naml 90)
Hendaknya kita lihat pula, seberapa banyak kita mengikuti syubhat dan mengekor pada syahwat saat sehingga mengalihkan fokus kita dari meniti jalan yang lurus di dunia. Karena seberapa banyak ia akan tersambar pengait besi di sisi shirath tergantung kadar kecondongannya terhadap syubhat dan syahwat,
(QS Fushilat 46)
Masing-masing orang yang melintasi shirath diberi cahaya sesuai dengan kadar amalnya. Allah Ta’ala berfriman,
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
“Pada hari itu, engkau melihat orang-orang mukmin cahaya mereka menerangi dari hadapan dan kanan mereka.” (QS al-Hadid 12)
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Mereka melewati shirath sesuai dengan tingkat amalan mereka. Di antara mereka ada yang diberi cahaya seperti gunung, ada yang diberi cahaya yang sebesar pohon, ada cahayanya setinggi orang berdiri, dan yang paling sedikit cahayanya sebatas menerangi jari kakinya, sesekali menyala sesekali padam.”
Adapun orang-orang munafik, mereka mendapatkan lampu akan tetapi kemudian mati. Ini sebagai balasan setimpal karena di dunia mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Padahal hakikatnya, mereka menipu diri mereka sendiri.
Post a Comment