Hakikat dan Bukan Kiasan




Hakikat dan Bukan Kiasan


Hakikat dan Bukan Kiasan
Ketika perhitungan amal manusia telah usai, seluruh amal telah ditampakkan atas masing-masing orang, telah terpilah pula mana amal baik yang bernilai pahala dan mana amal buruk yang dinilai dosa, maka saatnya digelar Yaumul Mizan, hari ditimbangnya amal. Jika sebelumnya baru sebatas mengetahui berapa banyak amal baik ataupun buruknya, maka dalam fase ini manusia akan mengetahui lebih jauh, seberapa bobot amal baik dan buruknya.
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata bahwa Yaumul Mizan atau hari ditimbangnya amal bertujuan untuk memperlihatkan balasan amalan seseorang. Seseorang itu berhak mendapatkan balasan seperti apakah akan ditentukan setelah Al Mizan; dimana balasan Allah terhadap manusia itu adalah sesuai dengan pengakuan amalannya, sesuai dengan timbangan hasil prestasi amalan yang telah ia lakukan ketika hidup di dunia.
Para ulama ahlus sunnah memaknai al-mizan atau timbangan sebagai sesuatu yang hakiki, bukan majazi atau kiasan. Ia memiliki dua neraca; yang satu untuk meletakkan amal kebaikan dan yang satunya adalah amal keburukan. Hanya Allah yang tahu, berapa besar mizan pada hari kiamat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
يوضع الميزان يوم القيامة فلو وزن فيه السماوات و الأرض لوسعت فتقول الملائكة : يا رب لمن يزن هذا ؟ فيقول الله تعالى : لمن شئت من خلقي
“Timbangan akan ditegakkan pada Hari Kiamat, seandainya pada hari itu langit dan bumi ditimbang maka akan mencakupnya.” Lalu malaikat bertanya: “Ya Allah untuk menimbang siapakah ini?” Allah subhanahu wata’ala menjawab: “Bagi makhluk-Ku yang Aku kehendaki.” (HR al-Hakim al-Albani menshahihkannya)
Disebutkan juga dalam kitab as-Sunnah bahwa Salman al-Farisy radhiyallahu ‘anhu berkata, “Timbangan itu akan ditegakkan dan ia mempunyai dua penampang (neraca). Bila diletakkan di salah satu antara kedua penampang itu, niscaya langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya bisa muat di dalamnya.
Di kalangan kaum rasionalis menyanggah keyakinan ini. Mereka meragukan bagaimana amal perbuatan yang bersifat non fisik bisa ditimbang dengan timbangan yang bersifat fisik. Bagi orang mukmin, tak ada keraguan sedikitpun, bahwa dengan kekuasaan Allah, Dia bisa menjadikan hal-hal yang tidak bisa dijangkau secara nalar oleh manusia. Sedangkan dalil-dalil banyak sekali menunjukkan bahwa amal manusia kelak bisa menjelma menjadi sosok yang baik atau buruk, tergantung amalnya. Dan banyak pula dalil yang menunjukkan bahwa amal manusia akan ditimbang.
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah dalam “Fathul Baari” mengatakan, “Yang benar menurut pemahaman Ahlus Sunnnah bahwa amalan-amalan yang baik itu dalam bentuk fisiknya akan dimunculkan oleh Allah dengan wujud penampakan yang elok. Sedangkan amalan-amalan orang yang berbuat keburukan, akan muncul dalam wujud yang buruk.”

Tidak ada komentar