Ilmu Badai’u Al-Qur’an
Ulumul Qur'an
Ilmu Badai’u Al-Qur’an
Ilmu badai Al-Qur’an adalah ilmu yang membahas keindahan bahasa dalam susunan Al-Qur’an baik mengenai sastra, keistimewaan, uslub dan susunan kalimat-kalimat.
Al-Qur’an jika ditelaah secara seksama, akan tampak keindahan dari beberapa aspek, yaitu:
1. Tasybih atau perserupaan
Didalamnya mempermudah dan memperindah sasaran dan gambaran, Al-Qur’an menggunakan tasybih terhadap hal-hal yang ma’nawy dengan hal-hal yang dapat dirasakan oleh panca indra. Contohnya, membuat perserupaan amalan orang kafir dengan fatamorgana. Firman Allah SWT.: QS. An. Nuur : 39 ;
“dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.”
Didalamnya mempermudah dan memperindah sasaran dan gambaran, Al-Qur’an menggunakan tasybih terhadap hal-hal yang ma’nawy dengan hal-hal yang dapat dirasakan oleh panca indra. Contohnya, membuat perserupaan amalan orang kafir dengan fatamorgana. Firman Allah SWT.: QS. An. Nuur : 39 ;
“dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.”
2. Isti’arah, yaitu tasybih tanpa menyebut adatul tasybih
Al-Qur’an meminjam kata mati untuk orang kafir, yaitu mati hatinya dalam firman Allah QS. Al- an’am : 122 ;
“dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”
Al-Qur’an meminjam kata mati untuk orang kafir, yaitu mati hatinya dalam firman Allah QS. Al- an’am : 122 ;
“dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”
3. Mengandung berbagai makna
Al-Qur’an menerangkan maksud-maksudnya dengan memakai perkataan yang fasih dan dapat menarik perhatian, dan uslubnya sangat indah. Contohnya QS. Al-Israa’: 82 ;
“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
Al-Qur’an menerangkan maksud-maksudnya dengan memakai perkataan yang fasih dan dapat menarik perhatian, dan uslubnya sangat indah. Contohnya QS. Al-Israa’: 82 ;
“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
Perkataan syifaun atau penawar pada ayat ini bersifat umum, mencangkup penawar ruhani, jasmani, keluarga, masyarakat, negara, dan lain-lain.” 4. Nazham uslubnya
Al-Qur’an tidak termasuk dalam kalam bernazham, tetapi juga bukan kalan yang tidak bernazham. Ia bukan syair atau rajaz, bukan sajak dan bukan pula khutbah.
Al-Qur’an tidak termasuk dalam kalam bernazham, tetapi juga bukan kalan yang tidak bernazham. Ia bukan syair atau rajaz, bukan sajak dan bukan pula khutbah.
5. Lafadz-lafadznya.
Didalam Al-Qur’an, lafadz-lafadznya melengkapi jazal mustarghab dan sahel mustaqhab. Dalam pada itu, tidak dipandang sukar jazalnya dan tidak dipandang rendah sahelnya.
Didalam Al-Qur’an, lafadz-lafadznya melengkapi jazal mustarghab dan sahel mustaqhab. Dalam pada itu, tidak dipandang sukar jazalnya dan tidak dipandang rendah sahelnya.
6. Pembacaan Al-Qur’an, mempunyai khusushiyah dengan kelima penggerak yang tidak diterima pada yang lain, yaitu:
a) kelembutan tempat keluarnya.
b) keindahan dan kecantikannya.
c) mudah dibaca nazhamnya dan bertalian satu dengan yang lainnya.
d) sedap didengar. dan
e) tidak menjemukan pembaca maupun pendengar.
a) kelembutan tempat keluarnya.
b) keindahan dan kecantikannya.
c) mudah dibaca nazhamnya dan bertalian satu dengan yang lainnya.
d) sedap didengar. dan
e) tidak menjemukan pembaca maupun pendengar.
7. Dalam sebuah surat, dapat ditemukan wa’ad, wa’id, targhib, masalah-masalah yang lalu, yang akan datang, qashash, matsal, hukum, jadal, dan lain-lain.
8. Perbedaan panjang pendeknya ayat-ayat Al-Qur’an, tidak mengeluarkan Al-Qur’an dari uslubnya. Sependek-pendek surat yaitu al kautsar akan tetapi didalamnya terdapat khabar, ni’mat, perintah ibadah dan khabar yang menggembirakan.
9. Walau siapapun yang membacanya, namun tak seorang pun dapat mencapai kefasihannya, karena al-Qur’an diluar tabiat manusia.
10. Al-Qur’an mudah dihafal oleh semua lidah, berbeda dengan kitab lainnya. QS. Al Qamar: 17 ;
“ (kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan.”
“ (kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan.”
Post a Comment