Kadar Keringat Sesuai Kadar Maksiat
Mereka merasakan dampaknya sesuai dengan kadar dosa mereka. Semakin banyak mencicipi dosa di dunia dan tenggelam dalam syahwatnya, maka semakin dalam ia tenggelam oleh keringat di akhirat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِى الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا ». قَالَ وَأَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ
“Maka manusia akan tenggelam dalam keringat sesuai kadar amalnya. Ada yang keringatnya membanjiri hingga mata kakinya, ada yang tenggelam hingga lututnya, ada yang sampai pinggulnya dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringatnya, “ Beliau bersabda sembari mengisyaratkan tangannya ke mulutnya.” (HR Muslim)
Saking banyaknya keringat manusia, maka bumi menjadi basah karenanya. Bahkan banjir melanda bawah bumi, di mana keringatmanusia ditelan bumi hingga kedalaman tujuhpuluh hasta, sementara di atas bumi banjir keringat mencapai mulut atau bahkan telinga manusia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Manusia berkeringat pada hari Kiamat hingga keringatnya meresap ke dalam bumi sedalam 70 hasta, sementara mereka tenggelam oleh keringat hingga mencapai telinga.” (HR Bukhari dan Muslim)
Maka hakikatnya, setiap satu dosa yang dijamah manusia, artinya ia sedang menambah kadar keringat di akhirat yang berarti dirasakannya satu kadar rasa penat. Maka, silakan manusia bermaksiat sesuai dengan kadar kepayahan yang ingin dirasakan di akhirat. Balasan di akhirat, setimpal dengan kadar dosa ataupun taat di dunia. Andai saja kita banyak mengingat hal ini, tentu dosa akan tercegah. Andai saja hati kita senantiasa terjaga, bahwa keringat yang mengucur di dunia karena taat bisa meringankan penderitaan di hari itu, tentulah kita akan bersemangat di dalam taat.
Tak ada yang bisa menyelamatkan manusia dari penderitaan itu selain amal kebaikan yang mereka lakukan. Orang-orang mukmin yang konsisten dengan keimanannya. Bagi mereka ada keteduhan, ada kemudahan dan keringanan. Pernah seorang sahabat bertanya, “dimanakah orang-orang mukmin ketika itu?” Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab,
يُوضَعُ لَهُمْ كَرَاسِيُّ مِنْ نُورٍ وَتُظَلِّلُ عَلَيْهِمُ الْغَمَامُ يَكُونُ ذَلِكَ الْيَوْمُ أَقْصَرَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ مِنْ سَاعَةٍ مِنْ نَهَارٍ
“Diletakkan untuk mereka kursi-kursi dari cahaya, lalu awan menaungi atas mereka sehingga hari itu dipendekkan atas orang-orang mukmin serasa sesaat di siang hari.” (HR Ibnu Hibban, al-Albani mengatakan haditsnya hasan)
Di saat para penghuni makhsyar berada di puncak kehausan, orang-orang mukmin bisa mendapatkan fasilitas minum di telaganya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana masing-masing Nabi juga memiliki haudh (telaga) yang disediakan bagi umatnya yang taat.
Di saat yang lain merasa penderitaan yang terasa sangat-sangat lama, maka hal itu dirasakan ringan oleh orang-orang yang beriman, terasa singkat pula peristiwa besar itu dijalani. Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu anhuma meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
حَوْضِى مَسِيرَةُ شَهْرٍ وَزَوَايَاهُ سَوَاءٌ وَمَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ الْوَرِقِ وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلاَ يَظْمَأُ بَعْدَهُ أَبَدًا
“Telagaku (panjang dan lebarnya) adalah satu bulan perjalanan, airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum daripada kesturi, bejananya sebanyak bintang di langit, barangsiapa yang minum darinya, ia tidak akan merasa haus selamanya.” (HR. Bukhari)
Mereka tidak haus, tidak lapar dan tidak kepanasan, semoga Allah memasukkan kita ke dalamnya. Aamiin. (Abu Umar Abdillah)
Post a Comment