Karena kebodohan kita, seringkali kita meremehkan perbuatan dosa tertentu padahal perbuatan tersebut sangat besar nilainya (dosanya) di sisi Allah Ta’ala. Di antara bentuk dosa yang seringkali luput dari perhatian kita adalah syirik ashghar. Beberapa bentuk syirik ashghar sangat berkaitan dengan amalan hati, sehingga mungkin tidak tampak secara nyata dalam bentuk amal lahiriyah yang bisa dilihat.
Bisa jadi seseorang tanpa sadar terjatuh ke dalam syirik ashghar karena tidak memperhatikan ke manakah hatinya condong, kepada Allah atau kepada selain Allah? Kesyirikan adalah perbuatan dosa yang sangat samar dan tersembunyi. Bisa jadi kita telah terjerumus ke dalam perbuatan syirik tanpa kita sadari karena kebodohan kita sendiri. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
الأَنْدَادُ هُوَ الشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ عَلَى صَفَاةٍ سَوْدَاءَ، فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ
“(Menjadikan) ‘andaad’ [sekutu-sekutu] adalah berbuat syirik, (dosa) yang lebih samar daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam dalam kegelapan malam.” [1]
Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini, kami ingin menjelaskan sedikit tentang syirik ashghar , sehingga kita tidak serta merta meremehkan bentuk dosa yang satu ini. [2] Syirik Akbar vs Syirik Ashghar
Syirik kepada Allah Ta’ala dibagi menjadi dua macam, yaitu syirik akbar dan syirik ashghar. Syirik akbar adalah perbuatan syirik yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam, menghapuskan seluruh amal, dan pelakunya kekal di neraka. Sedangkan syirik ashghar, maka tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, meskipun mengurangi derajat tauhid seseorang. Syirik ashghar hanya menghapus amal yang tercampur dengan syirik ashghar tersebut (bukan semua amal) dan tidak terancam kekal di neraka.
Adapun pengertian syirik ashghar, maka terdapat dua pendapat di kalangan para ulama. Pendapat pertama, syirik ashghar adalah segala sesuatu yang disebut dengan istilah syirik oleh dalil-dalil syariat, namun terdapat juga dalil yang menunjukkan bahwa sesuatu tersebut tidak termasuk ke dalam syirik akbar. Contohnya, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah berbuat syirik.” [3]
Yang dimaksud dengan syirik dalam hadits tersebut adalah syirik ashghar, karena terdapat dalil lain yang menunjukkan bahwa semata-mata bersumpah dengan selain Allah Ta’ala tidaklah mengeluarkan seseorang dari agama Islam.
Pendapat kedua, syirik ashghar adalah setiap sarana atau jalan menuju syirik akbar, meskipun syariat tidak menyebutnya dengan istilah syirik [4]. Contohnya, seseorang bersandar kepada sesuatu sebagaimana dia bersandar kepada Allah Ta’ala, akan tetapi dia tidak menjadikan sesuatu tersebut sebagai sesembahannya. Maka ini adalah syirik ashghar, karena penyandaran hati ini –yang persis dengan bersandarnya hati kepada Allah Ta’ala- pada akhirnya akan menyebabkan seseorang terjatuh ke dalam syirik akbar.
Definisi yang kedua ini lebih luas daripada definisi yang pertama karena pendapat pertama tidak memasukkan suatu perbuatan sebagai kesyirikan kecuali jika terdapat dalil yang menyebutkan bahwa perbuatan tersebut adalah syirik, sedangkan pendapat ke dua menjadikan seluruh perbuatan yang merupakan sarana kesyirikan (menuju syirik akbar) sebagai syirik ashghar.
Apakah Syirik Ashghar mungkin Diampuni Tanpa Taubat?
Lalu, di antara kedua bentuk syirik tersebut, manakah yang tidak diampuni apabila seseorang tidak bertaubat sampai meninggal dunia?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan bahwa dosa syirik tidak diampuni oleh Allah Ta’ala apabila seseorang tidak bertaubat sampai meninggal dunia, meskipun syirik ashghar. Hal ini karena termasuk dalam kandungan firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang tingkatannya lebih rendah dari (syirik) itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An-Nisa’ [4]: 48).
Menurut beliau rahimahullah, “dosa syirik” dalam firman Allah Ta’ala tersebut bersifat umum, mencakup baik syirik akbar maupun syirik ashghar. Akan tetapi, sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “dosa syirik” dalam ayat tersebut adalah syirik akbar. Adapun syirik ashghar, maka ada kemungkinan diampuni karena tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Hal ini karena seluruh dosa yang tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam statusnya terserah pada kehendak Allah Ta’ala. Jika Allah Ta’ala menghendaki, akan diampuni. Dan jika Allah Ta’ala menghendaki, tidak akan diampuni. [5]
Meskipun demikian, pelaku syirik ashghar berada dalam bahaya yang amat nyata karena tingkatan dosa syirik ashghar tersebut “lebih besar” daripada dosa besar yang paling besar (akbarul kabaa-ir), seperti mencuri, berzina, membunuh, dan lain-lain. Apalagi jika dosa syirik ashghar itu dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Oleh karena itu, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
لأَنْ أَحْلِفَ بِاللهِ كَاذِباً أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَحْلِفَ بِغَيْرِهِ صَادِقاً
“Bersumpah bohong dengan menyebutkan nama Allah lebih aku sukai daripada bersumpah jujur tetapi dengan menyebutkan nama selain-Nya.” [6]
Hal ini karena dosa bersumpah dengan selain Allah Ta’ala (yang termasuk syirik ashghar) lebih berat dosanya daripada dosa berbohong (sumpah palsu). Oleh karena itu, kita tidak boleh meremehkan bentuk dosa yang satu ini (syirik ashghar), bahkan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah syirkul ashghar (syirik kecil).” Maka para shahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan syirkul ashghar?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,“Ar-riya’.” [7]
Di antara bentuk usaha yang harus kita lakukan adalah dengan mempelajari rincian dosa syirik ashghar sehingga kita senantiasa waspada dan tidak terjerumus ke dalamnya. [8]
Catatan kaki:
[1] Tafsir Ibnu Katsir, 1/196.
[2] Pembahasan ini disarikan dari Al-Qoulul Mufiid, 1/206-208.
Post a Comment