Peringatan dari Bahaya Maksiat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
•Maksiat Merusak Hubungan dengan Makhluk•
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ مَا تَوَادَّ اثْنَانِ فَفُرِّقَ بَيْنَهُمَا، إِلَّا بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا
“Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah dua orang saling mencintai lalu dipisahkan antara keduanya, kecuali karena dosa yang dilakukan salah satunya.” [HR. Ahmad dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 2219]
• Al-Munawi rahimahullah berkata,
فيكون التفريق عقوبة لذلك الذنب
“Maka terjadinya perpisahan sebagai hukuman terhadap dosa tersebut.” [Faidhul Qodir, 5/437]
• Al-Muzani rahimahullah berkata,
إذا وجدت من إخوانك جفاء فتب إلى الله فإنك أحدثت ذنبا وإذا وجدت منهم زيادة ود فذلك لطاعة أحدثتها فاشكر الله تعالى
“Jika engkau dapati dari saudara-saudaramu sikap yang kurang baik kepadamu maka bertaubatlah kepada Allah, karena sungguh itu disebabkan engkau telah melakukan dosa, dan jika engkau dapati dari mereka bertambahnya kecintaan kepadamu, itu adalah karena ketaatan yang engkau kerjakan, maka bersyukurlah kepada Allah ta’ala.” [Faidhul Qodir, 5/437]
• Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
وَمِنْهَا: الْوَحْشَةُ الَّتِي تَحْصُلُ لَهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ، وَلَاسِيَّمَا أَهْلُ الْخَيْرِ مِنْهُمْ، فَإِنَّهُ يَجِدُ وَحْشَةً بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ، وَكُلَّمَا قَوِيَتْ تِلْكَ الْوَحْشَةُ بَعُدَ مِنْهُمْ وَمِنْ مُجَالَسَتِهِمْ، وَحُرِمَ بَرَكَةَ الِانْتِفَاعِ بِهِمْ، وَقَرُبَ مِنْ حِزْبِ الشَّيْطَانِ، بِقَدْرِ مَا بَعُدَ مِنْ حِزْبِ الرَّحْمَنِ، وَتَقْوَى هَذِهِ الْوَحْشَةُ حَتَّى تَسْتَحْكِمَ، فَتَقَعَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ وَوَلَدِهِ وَأَقَارِبِهِ، وَبَيْنَهُ وَبَيْنَ نَفْسِهِ، فَتَرَاهُ مُسْتَوْحِشًا مِنْ نَفْسِهِ.
“Diantara hukuman bagi pelaku maksiat adalah merenggangnya hubungan antara dirinya dengan orang-orang, terutama dengan orang-orang baik, sungguh ia akan merasa terasing dari orang-orang baik tersebut, dan setiap kali menguat keterasingannya maka ia semakin jauh dari mereka dan majelis mereka, yang pada akhirnya ia terhalangi dari kebaikan melimpah yang dapat diambil dari mereka, dan ia semakin dekat dengan orang-orang dari golongan setan, lalu ia akan semakin dekat dengan golongan setan tersebut sesuai kadar jauhnya dari golongan Allah yang Maha Peyayang. Dan kerenggangan hubungan ini akan semakin menguat sampai merajalela, hingga retak pula hubungannya dengan istrinya, anaknya dan karib kerabatnya, bahkan dengan dirinya sendiri, maka engkau melihatnya merasa aneh dengan dirinya sendiri.” [Al-Jawaabul Kaafi, 52]
• Sebagian Salaf rahimahumullah berkata,
وَقَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: إِنِّي لَأَعْصِي اللَّهَ فَأَرَى ذَلِكَ فِي خُلُقِ دَابَّتِي، وَامْرَأَتِي.
“Sungguh ketika aku bermaksiat kepada Allah, maka aku melihat pengaruh jeleknya pada tabiat hewan tungganganku dan istriku.” [Al-Jawaabul Kaafi, hal. 54]
• Dan yang lebih jelek lagi adalah orang yang bermaksiat agar manusia senang kepadanya, ia berani membuat Allah ‘azza wa jalla murka asal manusia bersimpati kepadanya, maka yang akan terjadi padanya justru sebaliknya; Allah akan murka kepadanya dan Allah ta'ala akan menjadikan manusia marah kepadanya. Oleh karena itu, janganlah takut mengamalkan tauhid dan sunnah meski manusia mencibir dan menentang. Jangan pula khawatir dituduh sok suci ketika taat kepada Allah tabaraka wa ta'ala, karena hidup ini bukan untuk mencari keridhoaan manusia, tetapi keridhoaan Allah jalla wa ‘ala, dan tidak ada yang perlu kita khawatirkan di dunia ini melainkan dosa-dosa kita.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ الله تعالى عَنْهُ وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عليه الناس
“Barangsiapa mencari keridhoaan Allah walau dengan membuat manusia marah, maka Allah ta’ala akan ridho kepadanya dan menjadikan manusia pun ridho kepadanya, dan barangsiapa yang mencari keridhoaan manusia walau dengan membuat Allah murka, maka Allah murka kepadanya dan Allah jadikan manusia pun murka kepadanya.” [HR. Ibnu Hibban dari Aisyah radhiyallahu’anha, At-Ta’liqootul Hisan: 276, lihat juga Ash-Shahihah: 2311 dan Shahih At-Targhib: 2250]
• Bahkan Allah ‘azza wa jalla akan menjadikan manusia marah dan tidak senang kepadanya walau mereka tidak melihat maksiat yang ia kerjakan. Sahabat yang Mulia Abu Ad-Darda radhiyallahu’anhu berkata,
إِنَّ الْعَبْدَ يَخْلُو بِمَعَاصِي اللَّهِ فَيُلْقِي اللَّهُ بُغْضَهُ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُ.
“Sungguh seorang hamba yang berbuat maksiat kepada Allah ketika bersendirian, niscaya Allah akan meletakkan kebencian kepadanya di hati-hati kaum mukminin tanpa ia sadari.” [Al-Jawaabul Kaafi, hal. 53]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Post a Comment