Tuntunan Shalat Idul Fitri

Tuntunan Shalat Idul Fitri
Hukum salat ‘Idain adalah sunnah Muqqad karena Rasulullah senan tiasa melakukannya. Dan ada yang mengatakannya bahwa Shalat ‘Idain adalah fardhu Kifayah karena merupakan syiar Ialam. Waktunya adalah antara terbitnya matahari dan zawal (waktu zhuhur).
Tuntunan pelaksanannya :
Hendaklah memperbanyak membaca takbir pada malam ‘Idul fitri sejak terbenamnya matahari sampai esok harinya kkkeeetika shaalat akan dimulai. Dan pada saat shalat ‘Id al-Adha dimulai sesudah shalat subuh pada pagi hari Arafah sampai akhir hari Tasyri’.
Berdasarkan dalil berikut :‘’Beralasan hadis Ibnu Umar menyatakan Rasulullah saw. bersabda (tiada hari yang lebih besar bagi Allah dan tiada pada hari-hari itu  yang lebih disukai oleh Allah dari pada hari-hari sepuluh itu). Oleh karenanya selama itu hendaklah kamu perbanyak membaca :’’La ilaha Illallah’’. Dan ‘’Allahu Akbar’’ serta ‘’Alhamdulullah’’. (HR. Ahmad)
Dan beralasan pula pada riwayat al-Baihaqi dan al-Daraqutni (yang menerangkan) :Bahwa Nabi saw. membaca takbir sesudah shalat shubuh pada hari Arafah sampai ‘’ashar hari Tasyri’ terakhir’’.
Diriwayatkan juga oleh al-Hakim dari jalan lain dari Qathur Ibnu Khalifah dari Abu Fadlal dari ‘Ali dan ‘Ammar. Al-Hakim berkata : riwayat tersebut shahih lagi dibenarkan oleh membaca takbir sesudah shalat shubuh pada hari Arafah sampai ‘’ashar hari Tasyri’ terakhir’’.Diriwayatkan juga oleh al-Hakim dari jalan lain dari Qathur Ibnu Khalifah dari Abu Fadlal dari ‘Ali dan ‘Ammar. Al-Hakim berkata : riwayat tersebut shahih lagi dibenarkan oleh perbuatan Umar dan Ali dan Ibnuperbuatan Umar dan Ali dan Ibnu Mas’ud.
Dengan membaca : Allahu Akbar, Allahu Akbar la Ilaha Illallah Wallahu Akbar Allahu Akbar Wa-Lillahi-Hamd. Atau bacaan sesamanya. Mengenai lafazh takbir, banyak ragamnya, tetapi keterangan yang paling shah  menjelaskan soal ini berdasarkan riwayat Abdurrazaq dengan sanad yang shahih dari Salma, ia mengatakan :‘’Bacalah takbir : ‘’Allahu Akbar-Allahu  Akbar-Allahu Akbar wa Lillahi Hamd’’.
Sebelum berangkat Shalat ‘Id, mandilah terlebih dahulu dan pakailah pakaian yang tebagus yang dimiliki dan pakailah wangi-wangian.Makan sebelum berangkat untuk shalat ‘Id al-Fitri. Sedangkan untuk shalat ‘Id al-Adha sesudah kembali dari shalat ‘Id.’
Berangkatlah ketempat shalat ‘Id dengan berjalan kaki bilamana jarak dekat sambil membaca takbir dan pada waktu kembali gunakanlah jalan bukan yang di lalui pada waktu masuk.Hendaklah laki-laki dan perempuan tua muda mendatangi tempat shalat ‘Id, hingga putri remaja dan mereka yang haid serta gadis-gadis pingitan. Hanya saja bagi mereka yang haid hendaknya menepi dari tempat shalat, tidak turut shalat bersama orang banyak.
Salat ‘Idain dikerjakan dua rakaat berjama’ah di lapangan kecuali jika ada halangan. Berdasarkan hadis berikut :‘’Dari Abu Hurairah : bahwa mereka pernah kehujanan pada suatuhari raya, maka Nabi saw. memimpin mereka shalat hari raya di masjid’’. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Shalat ‘Idain dilakukan tanpa Adzan dan Qamat dan tidak ada Shalat Sunat baik sebelum maupun sesudahnya.  Bagi imam hendaknya memasang pembatas di mukanya.
Sesudah Takbiratul Ihram hendaklah membaca takbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat ke dua, tidak termasuk takbir peralihan (takbir intqal). Bagi ma’mum cukup bila takbir Imam tidak kedengaran.
Setelah membaca surah Al-Fatihah pada rakaat pertama, hendaklah membaca surah ‘’al-A’la atau ‘’Qaaf’’. Dan setelah baca surah ‘’alFatihah pada rakaat kedua, hendaklah membaca surah ‘’al-Ghasyiyah’’ atau ‘’Iqtarabatisaah’’ jika sebagai imam. Bagi ma’mun cukup membaca fatiha saja tanpa di dengar sesama jama’ah.
Sesudah shalat ‘Id hendaklah imam (khalib) berkhotbah. Khutbah pada shalat ‘Id ada yang melakukan seperti khutbah jum’at dan diawali dengan sembilan kali takbir dan ada yang melakukan satu khotbah tanpa duduk ddi antaranya dan mengawali dengan tahmid (alhamdulullah) seperti pada khutbah-khutbah  yang lain. Yang mu’tanad ialah bahwa Nabi saw. berkhutbaah pada shalat ‘Id dengan satu khutbah berdasar hadis berikut :‘’Dari Abi Sa’id, katanya : pada hari raya Fithrah  dan Adha Rasulullah saw. kalu pergi ke tempat shalat maka pertama beliau kerjakan adalah shalat, kemudian apabila telah selesai beliau bangkit menhadap orang banyak katika mereka masih duduk pada shf-shaf mereka. Lalu beliau memberikan peringatan dan wejangan  kepada mereka dan mengumumkan perintah-perintah pada mereka, dan jika beliau hendak memberangkatan angkatan atau mengumumkan tentang sesuatu beliau laksanakan kemudian pulang’’. (HR. Bukhari dan Muslim).
‘’Dari Jabir bin Abdillah, katanya : pernah aku mengalami shalat hari raya bersama Rasulullah saw, lalu dimuali shalat sebelum khutbah tanpa adzan dan iqamah. Kemudian beliau bangkit bersandar pada bilal, lalu beliau menganjurkan  orang tentang takwa kepada Allah dan menyuruh patuh kepada-Nya, dan menyampaikan nasehat serta peringatan kepada mereka. Lalu beliau mendaatangi  para wanita dan menyampaikan dan peringatan kepada mereka.’’(HR. Muslim).
Jika hari ‘Id al-Adha seseorang berniat akan menyembelih hewan kurban. Hendaklah berusaha agar hewan qurban itu tidak cacat, sehat, tidak pece, tidak pincang, tidak kurus sakit-sakitan, tidak patah tanduknya atau cacat telinganya.Jika hewan kirban itu kambing atau biri-biri, hendaklah dipilih yang umurnya lebih dari satu tahun. Jika berupa sapi, hendaklah dipilih yang umumnya telah mencapai tahun ketiga.Bila hendak menyembeli hewan kurban, janganlah ia memotong rambut dan kuku sejak awal bulan Zulhijjah hingga kurban telah disembelih. Berdasarkan hadis Rasulullah saw. sebagai berikut;
‘’Dari Ummi Salamah, katanya : bahwasannya Rasulullah saw. pernah mengatakan : Apa bila kamu melihat hilal Zulhijjah pada hal ada di antara kamu yang berniat akan menyembelih kurban, maka hendaknya ia tidak memotong rambut dan kukunya.(riwayat jama’ah  kecuali Bukhari).’’Penyembelihan dilakukan setelah shalat ‘Id al-Adha bukan sebelumnya sampai akhir hari Tasyri’ (10,11,12,13) Zulhijjah.berdasarkan hadis Nabi saw:
‘’Dari Jundab bin Sufyah yang menceritakan. Pernah aku mengalami hari raya Adha bersama Rasulullah saw, dan beliau selesai memimpin shalat. Orang banyak, beliau melihat seekor kambing yang telah disembelih, maka beliau menegur : barang siapa yang menyembelih sebelum shalat, hendaklah menyembelih kambing gantinya dan barang siapa yang belum menyembelih, hendaklah ia menyembeli dengan nama Allah.’’(H.R. Muslim).

Tidak ada komentar