Hadist Tentang Perniagaan

Hadist Tentang Perniagaan

Assalamu’alaikum ...

Bismillah ...

Ada sebuah hadis yang sering tersebar di kalangan orang awam sebagai motivasi untuk berbisnes atau menjadi pedagang. Namun, disayangkan hadis ini belum diletiti akan keshahihannya. Walaupun mungkin makna perkataan tersebut benar dan sah-sah saja. Akan tetapi, sangat tidak tepat jika kita menyandarkan suatu perkataan pada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau tidak pernah mengatakannya. Kerana, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda,مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ“Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari, no. 1291 dan Muslim, no. 3).Hadis yang kami maksudkan di atas adalah hadis berikut ini,تِسْعَةُ أَعْشَارِ الرِزْقِ فِي التِّجَارَةِ“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan.”Sekarang kita akan meneliti sahih ataukah tidak hadis tersebut.Perkataan Para Ulama Pakar HadisDalam Al-Istidzkar (8/196), Al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Barr mengisyaratkan bahwa hadits ini dha’if (lemah, ed.).Dalam Al-Mughni ‘an Hamlil Asfar, Al-Hafizh Al-‘Iraqi pada hadits no. 1576 membawakan hadis,عليكم بالتجارة فإن فيها تسعة أعشار الرزقة“Hendaklah kalian berdagang karena berdagang merupakan sembilan dari sepuluh pintu rezeki.”Diriwayatkan oleh Ibrahim Al-Harbi dalam Gharib Al-Hadits dari hadits Nu’aim bin ‘Abdirrahman,تِسْعَةُ أَعْشَارِ الرِزْقِ فِي التِّجَارَةِ“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan.” Para perawinya tsiqah (kredibel). Nu’aim di sini dikatakan oleh Ibnu Mandah bahwa dia hidup di zaman sahabat, namun itu tidaklah benar. Abu Hatim Ar-Razi dan Ibnu Hibban mengatakan bahwa hadis ini memiliki taabi’ (penguat), sehingga hadisnya dapat dikatakan mursal[Hadits mursal adalah hadits yang dikatakan oleh seorang tabi’in langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamtanpa menyebut sahabat. Hadis mursal adalah di antara hadits dha’if yang sifat sanadnya terputus (munqothi’)].Dalam Dha’if Al-Jaami’ no. 2434, terdapat hadis di atas. Takrij dari Suyuthi: Dari Nu’aim bin ‘Abdirrahman Al-Azdi dan Yahya bin Jabir Ath-Tha’i, diriwayatkan secara mursal. Syaikh Al-Albani berkomentar hadis tersebut dha’if.Hadis tersebut dikeluarkan pula oleh Ibnu Abid Dunya dalam Ishlah Al-Maal (hal. 73), dari Nu’aim bin ‘Abdirrahman.[1]Kesimpulan: Hadis tersebut adalah dha’if sehingga tidak boleh disandarkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun maknanya mungkin saja benar. Wallahu a’lam bish shawab.Penjelasan Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman Al-JibrinBeliau ditanya, “Apakah hadis ini sahih, yaitu ‘perdagangan adalah sembilan dari sepuluh pintu rezeki’ sebagaimana yang selama ini sering kami dengar?”Syaikh rahimahullah menjawab, “Aku tidak mendapati hadis tersebut dalam kitab-kitab hadis seperti Jaami’ Al-Ushul, Majma’ Az-Zawaid, At-Targhib wa At-Tarhib dan semacamnya. Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdirrahman Al-Washabi menyebutkan dalam kitabnya Al-Barakah fis Sa’yil Harakah halaman 193, beliau menegaskan bahwa hadits tersebut marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Beliau juga menyebutkan beberapa hadis dha’if, namun beliau tidak melakukan takhrij terhadapnya. Sebenarnya hadis tersebut tidak diriwayatkan dalam kitab sahih, kitab sunan, maupun musnad yang masyhur. Yang nampak jelas, hadis tersebut adalah hadis dha’if. Mungkin saja hadis tersebut mauquf (sampai pada sahabat), maqthu’ (hanya sampai pada tabi’in) atau hanya perkataan para ahli hikmah. Perkataan tersebut boleh jadi adalah perkataan sebahagian orang mengenai keuntungan dari seseorang yang mencari nafkah melalui perdagangan.Sebenarnya, telah terdapat beberapa hadis dalam masalah berdagang yang menyebutkan keutamaanya dan juga menyebutkan bagaimana adab-adabnya sebagaimana disebutkan dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib, yang disusun oleh Al-Mundziri, juga dalam kitab lainnya. Di antara hadis yang memotivasi untuk berdagang adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا“Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang,” (Muttafaqun ‘alaih)[2]Juga pada hadis,أَطْيَبُ الْكَسْبِ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ“Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang lelaki dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad, Al-Bazzar, Ath-Thabrani dan selainnya, dari Ibnu ‘Umar, Rafi’ bin Khudaij, Abu Burdah bin Niyar dan selainnya). Wallahu a’lam.[3]Semoga sajian ini bermanfaat.

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...

Tidak ada komentar