Tarawih yang Ideal

Tarawih yang Ideal


Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh,
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن، أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin yang berbahagia,
Kembali kami ingatkan, agar kita selalu bersyukur kepada Allah dengan nikmat ini. Nikmat bisa merasakan ibadah di bulan ramadhan. Bulan yang menjadi musim ketaatan. Sudah selayaknya kita selalu mengiringinya dengan doa, memohon kepada Allah, agar Dia selalu memberi kemudahan bagi kita untuk beribadah sebaik mungkin selama bulan ini.
Salah satu doa yang layak untuk kita rutinkan adalah doa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Muadz Radhiyallahu ‘anhu, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Abu Daud,
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.”
Kita tentu sangat berharap agar ibadah yang kita kerjakan selama bulan ini, diterima oleh Allah dan mendapatkan balasan yang terbaik dari-Nya.
Hadhirin yang dirahmati Allah,
Sebagian orang mempertanyakan, bagaimanakah hakekat tarawih yang benar?
Jika kita perhatikan, istilah tarawih berasal dari kata: [رَاحَ – يَـرُوح], yang artinya istirahat. Orang mengartikannya dengan santai. Sehingga shalat tarawih adalah shalat yang santai. Santai dalam arti shalatnya tidak ngebut. Bacaannya panjang, rukuknya panjang, i’tidalnya panjag, sujudnya panjang, dst. itulah tarawih yang santai.
Ketika anda melakukan perjalanan sejauh 30 km. Secara normal ditempuh dalam waktu 20 menit. Karena santai, anda bisa menempuhnya selama setengah jam atau 40 menit. Jika anda bisa menempuhnya kurang dari 20 menit, berarti itu ngebut.
Normalnya, shalat 11 rakaat bisa kita selesaikan dalam waktu 30 menit. Tapi karena santai, bisa lebih lama. Sekitar 40 menit atau 50 menit. Terlebih ketika anda tarawih 21 rakaat, anda tentu butuh waktu 2 kali lipatnya. Bisa satu setengah jam. Itulah makna shalat tarawih yang santai.
Barangkali perlu kita coba sesekali, shalat tarawih dengan santai. Biasanya selesai shalat 30 menit, kita bisa buat, selesai dalam 1 jam. Bagaimana, jamaah setuju?? Baik, saya catat.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Jika kita melihat sejarah, tarawih di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dilakukan berjamaah dengan beliau sebagai imam, hanya terjadi sebanyak 3 kali dalam 3 malam. Dan itu beliau lakukan berseling. Di malam 23, malam 25, dan malam 27. Kita bisa simak penuturan sahabat an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berikut,
قُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ الأَوَّلِ ثُمَّ قُمْنَا مَعَهُ لَيْلَةَ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ ثُمَّ قَامَ بِنَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنْ لاَ نُدْرِكَ الْفَلاَحَ
Kami shalat tarawih bulan Ramadhan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam ke-23 hingga sepertiga malam pertama, kemudian kami shalat lagi pada malam ke-25, hingga pertengahan malam, kemudian beliau mengimami kami pada malam ke-27 hingga akhir malam, sampai kami khawatir tidak bisa ngejar sahur. (HR. Ahmad 18899 dan sanadnya dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Kita bisa bandingkan dengan keadaan tarawih di tempat kita. Kita shalat tarawih hanya selama ½ jam. Itupun sudah dianggap sangat lama. Kira-kira kebayang tidak andai kita ikut shalat tarawih bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu. Mungkin banyak diantara kita yang mutung.
Kata sahabat Nu’man, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami tarawih di hari pertama, malam ke-23 sampai sepertiga malam pertama. Kalau kita ukur di zaman sekarang berarti kira-kira selesai jam 10. Di malam kedua, malam ke-25, beliau shalat tarawih sampai tengah malam. Kalo di tempat kita berarti kira-kira jam 1 dini hari. masyaaAllah…. dan itu sahabat gak kapok.
Bahkan disebutkan dalam riwayat lain, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami tarawih sampai tengah malam, ada sahabat yang ketagihan. Jadi bukannya mutung, tapi minta tambah. Diantarannya sahabat Abu Dzar mengusulkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِه
Ya Rasulullah, mengapa tidak anda tambahkan shalat sunahnya sampai akhir malam sekalian?
Subhanallah…
Seperti inilah – hadhirin – jamaah yang ideal. Seharusnya keinginan untuk memperpanjang shalat tarawih, itu bukan atas inisiatif imam. Tapi atas permintaan jamaah.
Karena itu, kalo ada imam yang tarawihnya kepanjangan, sebenarnya ini wajar. Karena seharusnya itu yang sesuai selera jamaah. Tapi saya yakin, nampaknya mustahil jika ini terjadi di sini.
Karena semangat semacam ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanangkan para sahabatnya. Di situlah beliau memberikan janji dalam hadis yang sangat terkenal,
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، فَإِنَّهُ يَعْدِلُ قِيَامَ لَيْلَةٍ
“Barangsiapa yang shalat tarawih berjamaah bersama imam hingga selesai, maka dia mendapat pahala shalat tahajud semalam suntuk.” (HR. Nasai 1605, Ibn Majah 1327 dan dishahihkan Al-Albani)
Karena hadis ini, mayoritas ulama menganjurkan agar shalat tarawih dikerjakan secara berjamaah. Dan makmum diminta untuk ikut sampai selesai. Meskipun kita hanya bermodal shalat setengah jam, tapi dapat pahala shalat semalam.
Dari sini pula, kita perlu menyadari, betapa amal kita itu tidak ada apa-apanya dibandingkan amal para sahabat. Meskipun kita terkadang menganggap shalat tarawih yang kita lakukan seperti amal yang luar biasa.
Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk terus meningkatkan kualitas amal ibadah kita.
Amin..
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihii ajma’in Walhamdulillahi rabbil ‘aalamiin

Tidak ada komentar