Celaan Syariat terhadap Sikap Adu Domba

Celaan Syariat terhadap Sikap Adu Domba

Khutbah I

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الِلّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ للّٰه الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه.اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ العَظِيمْ

Hadirin Sidang Jumat yang berbahagia

Marilah kita senantiasa saling berwasiat dalam perkara-perkara yang haq dan kesabaran. Perkara yang haq merupakan perkara yang tidak menyimpang dari syariat. Sementara sabar adalah merupakan watak dan perilaku kuat dalam menjalankan ketaatan, kuat dalam menghadapi ujian atau musibah yang datang dari Allah, dan kuat dalam menjauhi dan menghindari segala kemaksiatan. Satu dari kesekian kemaksiatan yang harus dihindari oleh kita adalah menjauhi sikap adu domba.


Sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT

Adu domba dalam syariat sering diistilahkan sebagai namimah. Ada banyak hadits yang menjelaskan buruknya sikap tersebut. Sebagaimana dikutip dalam kitab Tanbihu al-Ghafilin, shahifah 61, Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Hudzaifah radliyallahu ‘anhum:


لَايَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ يَعْنِيْ نَمَامَ


“Tidak akan masuk surga qattatun, yakni orang yang gemar adu domba”


Karakter dari pelaku namimah ini disebutkan di dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, Rasulullaah SAW bersabda: "(Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat) Tahukah kalian, siapakah seburuk-buruk orang di antara kalian? (Dengan rasa ta’dhim) para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Beliau Rasulullah SAW menjelaskan: Seburuk-buruk kalian adalah orang yang bermuka dua. Mereka datang ke suatu kelompok dengan satu muka dan mendatangi lainnya dengan muka lainnya.”


Jelas sudah bahwa orang yang gemar adu domba itu digambarkan sebagai orang yang bermuka dua. Mereka adalah orang penjilat. Datang ke satu kelompok seolah berada di pihaknya, dan mendatangi kelompok lainnya yang berbeda sebagai seolah berada di pihaknya pula. Mereka orientasinya mencari keuntungan dunia yang sifatnya sementara. Bermain di air keruh. Mengadu sana, mengadu sini. Setelah pihak yang diadu bertempur, berperang, saling ejek, hingga bertindak di luar kendali, bahkan mungkin saling bunuh, dia menimba dan mengambil keuntungan dari padanya. Tokoh demikian ini digambarkan sebagai Abdullah bin Salul yang menjadi latar belakang turunnya Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2] ayat 14:


وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ


“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, ‘Kami telah beriman.’ Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”


Tapi, tahukah kita bahwa Allah SWT senantiasa akan membalas tabiat kaum bermuka dua seperti ini, sebagaimana Firman-Nya dalam Surat Al-Baqarah [2] ayat 15:


اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ


“Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.”


Allah SWT mengumpamakan orang yang bermuka dua ini sebagai orang yang melakukan niaga, jual beli informasi yang menyesatkan. Sungguh, bila hal ini yang dilakukan, maka tiada berkah niaga mereka. Sebagaimana hal ini disinggung dalam Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah [2] ayat 16:


اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ


“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.”


Sidang Jumat yang berbahagia

Lantas bagaimana kita seyogyanya menyikapi pihak yang seperti ini? Al-Faqih Al-Qadli Abu Laits, dalam kitabnya Tanbihu al-Ghafilin, shahifah 63, menjelaskan, ada 6 perkara yang wajib dilakukan oleh kita sebagai kaum Muslimin.


Al-Qadli Abu Laits, berkata: “Apabila ada seorang insan datang kepadamu, lalu memberi warta kepadamu tentang satu hal tentang perilaku Si Fulan yang berkaitan denganmu sebagai yang begini dan begini, dan kemudian ternyata ia juga diketahui suka berkata tentangmu kepada Si Fulan sebagai yang begini dan begini, maka karena track record-nya yang demikian itu, wajib bagimu melakukan 6 hal, yaitu:

“Pertama, jangan engkau telan mentah-mentah kesaksiannya. Karena kesaksian ahli adu domba adalah tertolak di sisi orang Islam.”


"Kedua, kamu harus melarangnya dari melakukan perbuatan itu. Karena mencegah perbuatan munkar hukumnya adalah wajib.”


“Ketiga, hendaknya kamu membencinya karena Allah SWT. Karena dia adalah seorang pelaku maksiat. Marah atau membenci pelaku maksiat hukumnya adalah wajib.”


"Keempat, hendaknya engkau tidak berburuk sangka kepada saudaramu yang tidak ada di hadapanmu. Karena sesungguhnya buruk sangka terhadap orang Islam hukumnya adalah haram.”


“Kelima, hendaknya engkau jangan mencari-cari kesalahan saudaramu itu. Karena sesungguhnya Allah SWT telah melarang dari bersikap suka mencari-cari kesalahan tersebut.”


“Keenam, sesuatu yang tidak membuatmu ridla karena sikap dan watak pengadu domba ini, jangan engkau balik melakukannya, seperti memberitahu orang lain perihal pengadu domba itu datang kepadamu.”


Begitulah sikap namimah dicela oleh syariat. Semua itu disebabkan karena sikap dan watak yang suka mengadu domba inilah terletak suatu sebab bagi timbulnya mafsadah yang besar. Tidak hanya bahaya dari sisi adab dan tata krama sosial dan etika pergaulan, melainkan juga secara syariat, pelakunya sering disebut sebagai orang yang fasik, pelaku maksiat, dan berbagai sebutan lainnya.


Semoga kita senantiasa dilimpahi kekuatan untuk menjauh dari sikap adu domba ini. Sikap mengadu antar sesama. Alangkah lebih indah bila sikap ini kita ganti dengan sikap semanak, demulur atau sikap ukhuwah, yang salah satu pintunya adalah melalui jalan silaturahmi.


بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِكْرِ الْحَكِيْمْ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْر.


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ


أمَّا بعدُ: فَياَ أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اَللّٰهُـمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَ الِلّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ الِلّٰهِ أَكْبَرْ


Tidak ada komentar