Riya’ dengan Ibadah

Maksiat Hati atau dosa hati yang pertama adalah Ria dengan Ibadah. 
A. Makna Riya’ dengan Ibadah
 Riya’ dengan ibadah yaitu saat hatinya tidak mau mengerjakan ibadah dalam keadaan sendiri. Hobinya adalah beribadah bersama-sama dengan orang ramai. Ketika dalam ramai ia mau beribadah, sementara jika dalam keadaan sendiri, dia perai (libur) beribadah.Riya’ sungguh dosa hati yang sangat berbahaya sebab dapat memakan habis pahala yang dibuatnya. Bahkan pelakunya yaitu orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain, maka dia dapat terjerumus ke dalam perbuatan syirik. Sabda Rasulullah SAW : 
Utaibah menceritakan kepada kami, Abu Khalid Al Ahmar menceritakan kepada kami dari Hasan bin Ubaidillah dari Sa'ad bin Ubaidah: Sesungguhnya Ibnu Umar pernah mendengar seorang laki-laki berkata, "Tidak, demi Ka'bah." Maka Ibnu Umar berkata, "Tidak boleh bersumpah dengan selain nama Allah, sebab sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka ia telah kafir atau syirik"." Shahih: Al Irwa (2561) dan Ash-Shahihah (2042). YAbu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan." Sebagian Ulama menafsirkan sabda Rasulullah SAW, "Maka ia telah kafir atau syirik", bahwa itu hanya Ungkapan ancaman keras. Dasar penafsiran ini adalah hadits Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW pernah mendengar Umar berkata. "Demi bapakku, demi bapakku," lalu beliau bersabda, "Sesungguh nya Allah melarang kalian bersumpah dengan menyebut bapak-bapak kalian". Juga hadits Abu Hurairah RA dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda, "Barangsiapa yang berkata dalam sumpahnya, 'Demi Lata dan Uzza, maka hendaklah dia mengucap, Tidak ada sesembahan kecuali Allah'. " Abu Isa berkata, "Ungkapan hadits di atas sama seperti Ungkapan dalam hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya riya adalah syirik'." Sebagian Ulama menafsirkan ayat berikut, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih. " (Os. Al Kahfi:110), yakni tidak riya'. 
Allah SWT berfirman di dalam al-Qur'an:  Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka". dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya° (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali"." (OS. An-Nisaa:142) Hal ini juga disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:
 Abu Kuraib menceritakan kepada kami. Muawiyah bin Hisyam menceritakan kepada kami, dari Syaiban, dari Firas, dari Athiyyah, dari Abu Sa'id, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang melakukan perbuatan karena riya (pamer), maka Allah akan memperlihatkannya (kepada manusia). Barangsiapa yang melakukan perbuatan karena ingin didengar dan dipuji manusia maka Allah akan memperdengar kannya kepada manusia dan menjelekkannya ". Shahih: Ibnu Majah (4206). B. Cara Menghilangkan Riya'. Cara untuk menjauhkan diri dari ria adalah dengan membanyakkan ibadah dalam waktu sendiri, ketika dalam keadaan ramai cukulah sekedarnya saja." Bangunkan sifat ikhlas di dalam hati. Sebab orang yang berbuat ikhlas akan senantiasa takut pada riya'. Sehingga ia akan sedaya Upaya Untuk menyembunyikan amal ibadahnya dihadapan manusia. Hal ini awalnya memang terasa berat, sebab setan senantiasa menggoda, menghiasi agar memperlihatkan ibadah dihadapan manusia, tetapi jika sabar, Allah pasti akan menolongnya. Allah SWT berfirman:
Artinya: 'Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (OS. Al-Baqarah:153). Rasulullah juga bersabda: 
Dari Abu Sa'id Al Khudri RA, dia berkata, "Sesungguhnya ada beberapa orang dari kaum Anshar yang minta kepada Rasulullah SAW, beliau memberi mereka, kemudian mereka meminta kembali dan beliau memberi lagi, hingga tatkala semua yang ada padanya telah habis. Beliau bersabda, 'Selama sesuatu yang baik ada padaku, maka aku tidak akan menahannya untuk aku berikan kepada kalian. Barang siapa yang berusaha menjaga kehormatannya (tidak meminta minta), maka Allah akan menjaga kehormatannya. Barang siapa yang merasa cukup maka Allah akan mencukupkannya, dan barang siapa yang bersabar maka Allah akan memberikan kesabaran kepadanya. Tidak ada satu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih utama dan lebih luas daripada kesabaran.' (Muslim 3/102).

Tidak ada komentar