Ujub (Lupa dengan Nikmat Allah SWT)

Ujub (Lupa dengan Nikmat Allah SWT) Maksiat Hati atau dosa hati yang kedua yang disebutkan oleh Abah Guru Sekumpul adalah Ujub (Lupa akan Nikmat Allah SWT. A. Makna Ujub Ujub itu adalah beribadah, namun lupa akan nikmatnya Allah SWT. Jika orang membaca surah al-Fatihah, lalu satu hurufnya lupa akan nikmat Allah, maka yang satu huruf itu adalah ujub. Jika seluruh surah al-Fatihah dibacanya, namun lupa seluruhnya akan nikmat Allah, maka sepanjangan al Fatihah itu ujub namanya atau ketika ia shalat dimulai dari takbir hingga salam, lalu ia lupa akan nikmat Allah maka seluruhnya itu menjadi ujub disisi Allah SWT. Zahirnya bershalat, akan tetapi Allah memandangnya sebagai maksiat, dimana maksiatnya?. Di ujub itulah tempatnya.Oleh sebab itulah, mengapa kita wajib mengaji tentang maksiat hati mana ada itu riya’ dalam ibadah atau ujub, sehingga kita dapat menjauhkan diri dari maksiat hati tersebut. Dalam pengertian lain ujub yaitu perilaku atau sifat mengagumi diri sendiri. Sifat mengagumi diri sendiri adalah sifat yang menjadikan seseorang lupa bahwa apa yang dia miliki merupakan nikmat Allah SWT. Sifat ujub ini adalah dosa hati yang mesti harus dihindari oleh seiap muslim, sebab sifat ini akan menggiring seseorang menjadi sombong dan riya’. B. Cara Menghilangkan Ujub Ujub itu menghajatkan kepada khalwat menurut Rasulullah SAW. Rasulullah adalah sosok yang hobi akan berkhalwat kepada Allah untuk mengingat akan nikmat Allah SWT. Karena, jika fikiran masih mengingat yang lain, maka fikiran akan mengingat akan nikmat Allah, tercampur dengan yang lain. Oleh sebab itulah, diperlukan waktu yang khusus untuk semata-mata mengingat akan nikmat Allah, yang disebut dengan ‘Tafakkur Nikmat’. Tafakkur nikmat ini bisa dilakukan 3 hari tiga malam sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, bisa pula 1 minggu, 20 hari, 30 hari, atau pula 40 hari. Hal ini untuk menyatukan ingatan agar tidak tercampur dengan yang lain, sehingga ketika dalam shalat menjadi khusyuk mengingat nikmat Allah saja. Jika tanpa khalwat bisa mendapatkan istiqamah dalam memandang nikmat Allah, maka mungkin Rasulullah SAW tidak perlu melakukan khalwat dalam hidupnya. Oleh sebab itulah, Allah memerintahkan kepada Nabi, agar dengan khalwat tersebut menjadi jalan untuk mendapatkan istiqamah. Jika ada orang mengatakan dirinya sudah mencapai tingkat istiqomah dalam hidupnya tanpa khalwat, maka kita tidak perlu membicarakannya. Sebab Rasulullah sendiri melakukannya. Ria dan ujub sesungguhnya menjadi rintangan dan menghancurkan seluruh pahala ibadah yang dilakukan. Orang yang beribadah karena manusia, maka hancurlah pahalanya. Orang yang beribadah lupa akan nikmat Allah, maka hancurlah pahalanya. Dalam istilah orang perdagangan yaitu kehabisan modal.

Tidak ada komentar