Minuman Penduduk Surga
Minuman Penduduk Surga
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan sahabatnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan jenis-jenis minuman penghuni surga. Dia berfirman,
فِيْهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍغَيْرِ ءَاسِنٍ وَ أَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَ أَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِّلشَّارِبِيْنَ وَ أَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
“Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari arak yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring. Dan di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan.” (QS. Muhammad : 15).
Berbagai macam minuman ini adalah minuman bagi penduduk surga. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan bahwa minuman-minuman tersebut ada di surga. Akan tetapi tentu berbeda dengan minuman yang ada di dunia maupun yang dikenal oleh manusia. Meskipun minuman-minuman surga tersebut sama dengan minuman-minuman yang ada di dunia dalam hal nama dan maknanya, tetapi keduanya berbeda dalam hakikat dan sifatnya. Minuman di dunia akan habis, sedangkan minuman di surga tidak akan habis selamanya. Minuman di dunia sedikit jumlahnya, sedangkan minuman di surga berwujud sungai-sungai yang mengalir. Minuman di dunia akan berubah dan basi. Apabila air dibiarkan dalam waktu yang lama, ia akan berubah rasa dan baunya. Adapun air di surga tidak akan berubah dan basi selamanya, baik ia mengalir maupun menggenang.
Apabila susu yang ada di dunia dibiarkan, ia akan basi dan berubah menjadi masam dan menggumpal. Bahkan bisa berubah menjadi arak. Adapun susu di surga tidak akan berubah rasanya selamanya meskipun dibiarkan dalam jangka waktu yang lama dan tidak dimanfaatkan. Maka susu tersebut senantiasa segar tanpa berubah.
Arak yang ada di dunia merupakan minuman yang buruk, bau, menghilangkan akal, memabukkan, dan menyeret peminumnya kepada bencana, kerusakan, dan hilangnya akal. Bahkan ia adalah induk keburukan. Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya. Demikian pula syariat telah menyepakati haramnya arak di dunia. Selain itu, arak menyebabkan penyakit pada badan, membuat kecanduan sehingga akan merusak tubuh, mengantarkan kepada kebinasaan, dan terjadinya penyakit-penyakit kronis yang tidak mungkin disembuhkan. Allah Ta’ala menamai arak dengan sebutan kotoran yang diperbuat oleh setan.
Adapun arak di surga, maka ia adalah arak yang baik. Ia tidak mengandung bahaya maupun kotoran. Ia tidak pula menghilangkan akal
لاَ يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلاَ يُنْزِفُوْنَ
“Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.” (QS. Al-Waqi’ah : 19).
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyucikan arak surga dari bahaya-bahaya yang dikandung oleh arak dunia. Arak dunia merupakan minuman yang buruk, sedangkan arak surga merupakan minuman yang baik. Oleh karena itu Allah berfirman, “Yang lezat rasanya bagi peminumnya” bertolak belakang dengan arak dunia yang tidak ada kelezatan saat meminumnya. Bahkan arak dunia itu pahit dan tidak enak rasanya, menyengat baunya, dan buruk dampaknya bagi peminumnya. Allah telah menetapkan hukuman bagi peminumnya yaitu cambuk 80 kali dan gugur status keadilannya sehingga persaksiannya tidak diterima. Kecuali jika pelakunya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena ia telah melakukan salah satu dosa besar. Adapun arak surga, maka ia adalah minuman yang baik, bermanfaat, dan lezat, serta tidak mengandung sedikit pun bahaya sebagaimana arak dunia. Meskipun arak surga memiliki nama yang sama dengan arak dunia, tetapi makna dan hakikat keduanya sangat berbeda. Di antara minuman surga yang lain adalah madu. Madu juga telah dijumpai di dunia. Bahkan ia termasuk minuman yang paling enak dan bermanfaat. Ia pun mengandung obat sebagaimana telah disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di samping madu adalah minuman yang lezat dan baik, ia juga berkhasiat sebagai obat bagi manusia.
Madu surga lebih bagus dibandingkan madu dunia. Bahkan ia tidaklah menyerupai madu dunia kecuali sekedar nama. Oleh karena itu Allah berfirman, “Dari madu yang disaring.” Karena madu dunia itu keruh sehingga perlu disaring dan perlu usaha yang melelahkan setelah memperolehnya. Hal ini tentu berbeda dengan madu surga. Karena ia telah tersaring dari asalnya. Sehingga penduduk surga tidak perlu bersusah payah menyaring dan membersihkannya sebagaimana yang dilakukan pada madu dunia. Kemudian, madu dunia itu sedikit jumlahnya. Adapun madu surga berwujud sungai-sungai yang mengalir. “Dan sungai-sungai dari madu yang disaring.” Yakni sungai-sungai yang banyak. Dari Hakim bin Mu’awiyah, dari bapaknya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ فِيْ الْجَنَّةِ بَحْرُ الْمَاءِ وَبَحْرُ الْعَسَلِ وَبَحْرُ اللَّبَنِ وَبَحْرُ الْخَمْرِ ثُمَّ تَشَقَّقَ الْأَنْهَارُ بَعْدُ
“Sesungguhnya di surga ada samudera air, samudera madu, samudera susu, dan samudera arak. Kemudian, sungai-sungai bercabang-cabang darinya.” (HR. Tirmidzi no. 2576. Tirmidzi berkata : “Hadits ini hasan shahih”).
Inilah di antara keajaiban tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di surga Dia alirkan sungai-sungai dari berbagai jenis minuman yang telah dikenal manusia bahwa jumlahnya sangat terbatas di dunia. Ini menunjukkan bahwa minuman yang ada di surga sangat berbeda dengan yang ada di dunia. Bahkan minuman yang ada dunia dan dijumpai di surga hanyalah sebagai permisalan yang sedikit. Sampai-sampai Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Tidaklah minuman yang ada di dunia lantas ditemukan di surga kecuali sebatas nama.” Yaitu, bahwa minuman yang ada di surga benar-benar berbeda dengan yang ada di dunia. Meskipun minuman yang ada di dunia tersebut mirip dari beberapa sisi dan sama dalam hal nama, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang sangat banyak.
Demikian pula, nikmat surga yang lain berupa buah-buahan. Buah-buahan surga sangatlah berbeda dengan buah-buahan dunia. Tiada yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Manusia hanyalah mengetahui buah-buahan yang ada di surga sesuai dengan buah-buahan yang semisal yang mereka jumpai di dunia. Adapun kenikmatan yang tidak dijumpai kemiripannya di dunia, maka Allah menyembunyikannya dari manusia. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ
“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang sejuk dipandang sebagai balasan bagi mereka atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah : 17).
Tidak ada seorang pun yang mengetahui sifat-sifat surga beserta isinya secara sempurna kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, dijelaskan kepada kita sebagian isinya supaya kita mengetahuinya. Sehingga kita pun bersungguh-sungguh mencarinya dan berupaya untuk mendapatkannya dengan cara beramal shalih. Sebagaimana Allah juga menunjukkan contoh isi neraka yang kita jumpai di dunia dalam rangka membuat kita takut dengan neraka dan menjauhi sebab-sebab yang memasukkan ke neraka. Semua rasa sakit yang dialami manusia di dunia, semua yang dibenci manusia di dunia, semua penyakit, dan semua keburukan di dunia, itu semua ada di neraka wal ‘iyadzu billah. Bahkan kesengsaraan di neraka jauh lebih dahsyat dan lebih kekal.
Apabila seseorang mengetahui sebagian isi neraka yang ada di dunia, hal itu akan mendorongnya untuk takut dan menjauh dari neraka. Permisalan yang ada di dunia, panas yang menyengat dan dingin yang menggigil, keduanya akan ditemukan di neraka. Bahkan di neraka jauh lebih hebat, lebih besar, dan lebih kekal. Demikian pula api yang ada di dunia. Tentu api di akhirat lebih besar, lebih awet, dan lebih panas.
قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوْا يَفْقَهُوْنَ
“Katakanlah, api Jahannam itu lebih panas. Seandainya mereka memahami.” (QS. At-Taubah : 81).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَارُكُمْ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِيْنَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya api kalian ini adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian api Jahannam.” Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, satu bagian itu saja sudah cukup untuk menyiksa pelaku maksiat?”
Beliau bersabda,
فُضِّلَتْ عَلَيْهِنَّ بِتِسْعَةٍ وَسِتِّيْنَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا
“Ditambahkan atasnya dengan enam puluh sembilan kali lipat yang sama panasnya.” (HR. Bukhari no. 3265 dan Muslim no. 2843).
Demikian juga rasa sakit. Di dalam neraka ada kepedihan yang hanya diketahui oleh Allah. Neraka mampu melelehkan gunung yang kokoh. Meskipun demikian, tubuh penghuni neraka akan disiksa dan kekal di dalamnya wal ‘iyadzu billah. Mereka tidak akan mati dan tidak akan beristirahat. Mereka berangan-angan mendapatkan kematian supaya mereka dapat beristirahat. Akan tetapi mereka tidak akan mati. Bahkan mereka terus-menerus diadzab selama-lamanya. Nas’alullahal ‘afiyah.
Demikianlah, semestinya jika seseorang mengingat siksaan di neraka, hal itu akan menumbuhkan rasa takut dan menjauhi maksiat. Sedangkan jika ia mengingat kenikmatan di surga, hal itu akan memunculkan rasa harap dan menginginkan rahmat Allah. Lantas ia mengerjakan amal shalih dan kebaikan yang akan mendekatkannya dengan surga dan menyebabkannya dimasukkan ke dalamnya dengan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah di antara hikmah Allah Jalla wa ‘Ala. Dia tunjukkan berbagai permisalan di dunia ini yang nantinya akan dijumpai di dua kampung akhirat yakni surga dan neraka. Hal ini supaya manusia mengambil pelajaran dan ibrah serta memiliki rasa khauf (takut) dan raja’ (harap).
Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufik kepada semua agar selalu di atas amalan yang Dia cintai dan ridhai. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya.
***
Diterjemahkan dari Majalis Syahri Ramadhan Al-Mubarak, karya Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan, cetakan Darul ‘Ashimah, cetakan kedua, tahun 1422 H, Riyadh, hal. 34-37.
Post a Comment