Jangan Doakan Keburukan Pada Anakmu



Jangan Doakan Keburukan Pada Anakmu

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Keburukan merupakan sebuah hal yang semua orang tidak menginginkannya. Ini merupakan fitrah seluruh manusia, baik yang beriman maupun yang kafir kepada Allah. Demikian pula Allah ‘Azza wa Jalla menanamkan sebuah fitrah kepada orang tua, bahwa mereka tidak akan pernah menginginkan keburukan pada anaknya. Tentu semua ini tergantung tingkat pengetahuan mereka tentang keburukan tersebut.

Terdapat dalam Shohihain dari ‘Umar bin Al Khoththob Rodhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia berkata,

قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِسَبْىٍ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْىِ تَبْتَغِى إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِى السَّبْىِ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَرَوْنَ هَذِهِ الْمَرْأَةَ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِى النَّارِ ». قُلْنَا لاَ وَاللَّهِ وَهِىَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا ».

“Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam memperoleh banyak tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan dari mereka yang mencari bayinya dalam kelompok tawanan tersebut. Kemudian dia mengambil bayi itu, memeluknya kemudian menyusuinya. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya kepada kami, “Menurut kalian, apakah perempuan ini tega melemparkan anaknya itu ke api ?” Kamipun menjawab, “Demi Allah, tidak akan melemparkannya ke api selama dia masih mampu untuk tidak melemparnya”. Lalu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh Allah lebih sayang kepada para hamba Nya melebihi kasih sayang perempuan ini terhadap anaknya”[1].

Demikianlah fitrah orang tua. Keselamatan anak menjadi sebuah hal selalu terngiang di benaknya.

Terkait hal ini terdapat sebuah hadits yang panjang di Shohih Muslim. Berikut kami cuplikan petikan ringkasnya.

Ada seorang lelaki yang berucap kepada untanya,

شَأْ لَعَنَكَ اللَّهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ هَذَا اللاَّعِنُ بَعِيرَهُ ». قَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « انْزِلْ عَنْهُ فَلاَ تَصْحَبْنَا بِمَلْعُونٍ لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لاَ تُوَافِقُوا مِنَ اللَّهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ ».

“Hus (kalimat hardikan kepada unta agar jalannya cepat -pen), semoga Allah melaknatmu”. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam berkata, “Siapa yang melaknat untanya itu ?” Lelaki itu menjawab, “Aku wahai Rosulullah”. Lalu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam pun bersabda, “Turunlah (dan turunkanlah barang-barangmu darinya -pen)[2] janganlah engkau menyertai sesuatu yang terlaknat. Janganlah engkau mendo’akan keburukan untuk dirimu sendiri. Janganlah engkau mendo’akan keburukan kepada anak-anakmu. Jangalah engkau mendo’akan keburukan pada harta-hartamu[3]. Supaya kalian tidak bertepatan dengan saat-saat dimana Allah memberikan dan mengabulkan do’a dan permintaan kalian”[4].

Syaikh Musthofa Al Adawiy Hafizhahullah mengatakan,

“Waspadalah dengan sebenar-benarnya dari prilaku mendo’akan keburukan kepada anak-anak anda. Boleh jadi do’a anda bersesuaian dengan saat dimana dikabulkan doa dan do’a buruk anda pun terkabul pada anda. Kemudian andalah yang akan menuai, memanen hasil nya”[5].

Jika kepada hewan saja do’a buruk itu dapat berpengaruh, lantas bagaimana menurut anda kepada manusia bahkan darah daging kita ?!!! Layakkah kita mengucapkannya ?

Saudaraku ingat pula sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam berikut

ثَلَاثُ دَعْوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لَا شَكَّ فِيْهِنَّ : دَعْوَةُ المَظْلُوْمِ وَ دَعْوَةُ المُسَافِرِ وَ دَعْوَةُ الوَالِدِ لِوَلَدِهِ.

‘Tiga do’a yang akan dikabulkan dan tidak ada keraguan pada terkabulnya, “Do’a orang yang dizholimi, do’a orang yang safar dan do’a kebaikan orang tua kepada anaknya”[6].

Guru kami Ustadz Aris Munandar Hafizhahullah menceritakan sebuah kisah berikut.

Perlu diketahui bahwa salah satu kebiasaan orang Arab yang mengenal agama Islam ketika mereka marah besar, mereka sering mengucapkan ‘Allahu Yahdik’ (Semoga Allah memberikanmu hidayah). Kalimat ini secara bahasa tidak menganduk makna keburukan. Namun secara urf/kebiasaan orang Arab, kalimat ini merupakan ungkapan kemarahan mereka.

Disebutkan bahwa salah satu sebab Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i Rohimahullah menjadi seorang ulama besar ahlu sunnah adalah orang tuanya pernah marah besar kepadanya lantas mengucapkan Allahu Yahdik. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla pun mengabulkan do’a orang tua beliau sehingga kita mengenal beliau merupakan salah seorang ulama ahlu sunnah yang tidak tercemar lingkungan syi’ah zaidiyah.

Perhatian !!

Kasus do’a buruk kepada anak ini sering terjadi pada saat orang tua memarahi sang anak. Mari berusaha jaga lisan kita, ajak pasangan anda bekerja sama untuk saling mengingatkan.

Mudah-mudahan kita dapat mengamalkannya.

[1] HR. Bukhori no. 5999, Muslim no. 2754.

[2] Sebagai hukuman bagi lelaki tersebut.

[3] Salah satu contoh do’a keburukan pada harta adalah laknat pada kendaraan.

[4] HR. Muslim no. 3009.

[5] Lihat Fiqh Tarbiyatul Abna hal. 21 terbitan Dar Ibnu Rojab, Mesir.

[6] HR. Muslim no. 3009.

Tidak ada komentar