Taubat Diterima Selagi Nafas Belum Menyesak di Tenggorokan

Taubat Diterima 

Selagi Nafas Belum Menyesak di Tenggorokan

Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ariy, “Aku bertanya kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-

مَتَى تَنْقَطِعُ مَعْرِفَةُ الْعَبْدِ مِنَ النَّاسِ ؟

‘Kapankah seorang hamba tidak lagi mengenal manusia ?”

Beliau menjawab,

إِذَا عَايَنَ

Jika ia telah menyaksikan.”

Sabda Beliau, “Apabila telah menyaksikan.” Maksudnya, ketika ia telah melihat malaikat maut atau para malaikat. Wallahu A’lam

Itulah makna sabda beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadis lain,

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ

Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba, selagi (nafas) belum menyesak di tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi)

Artinya, ketika nafas talah sampai di tenggorokan, maka ia menyaksikan tempat kembalinya, baik rahmat atau kehinaan. Pada saat itu, tidak bermanfaat lagi taubat dan keimanan, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an,

فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا

Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami (Qs, al-Mukmin/ Ghafir : 85)

Allah ta’ala berfirman,

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” (Qs. An-Nisa : 18)

Taubat itu terbuka bagi hamba hingga ia menyaksikan Pencabut nyawa (malaikat maut). Yaitu ketika roh telah menyesak di tenggorokan. Ia menyesak di di tenggorokan, ketika telah memutuskan urat jantung, lalu menyesak dari dada hingga tenggorokan. Ketika itulah hamba menyaksikan Malaikat maut, dan ketika itulah kematian datang. Camkanlah hal itu. Oleh karenanya, manusia wajib bertaubat sebelum Mu’ayanah (menyaksikan malaikat maut) dan nafas menyesak di tenggorokan. Inilah makna firman Allah ta’ala,

ثُمَّ يَتُوبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ

Yang kemudian mereka bertaubat dengan segera.” (Qs. An-Nisa : 17)

Ibnu Abbas dan as-Sudiy berkata,   مِنْ قَرِيبٍ (bersegera), artinya sebelum sakit dan mati.”

Abu Mujliz, adh-Dhahhak, Ikrimah, Ibnu Zaid dan selainnya mengatakan, “Segera, artinya sebelum menyaksikan malaikat, sebelum sekarat, dan nyawanya hampir keluar.”

Bagus sekali ucapan Mahmud al-Warraq :

قَدِّمْ لِنَفْسِكَ تَوْبَةَ مَرْجُوَّةٍ

قَبْلَ الْمَمَاتِ وَ قَبْلَ حَبْسِ الْأَلْسُنِ

بَادِرْ بِهِ قَبْلَ غَلْقِ النُّفُوْسِ

فَإِنَّهَا ذُخْرٌ وَ غُنْمٌ لِلْمُنِيْبِ الْمُحْسِنِ

Bergegaslah untuk dirimu taubat yang didambakan

Sebelum kematian dan sebelum lisan tertahan

Bersegeralah dengannya sebelum tutup usia

Sebab taubat adalah perbendaharaan dan harta bagi orang yang bertaubat dengan baik

Para ulama kita –semoga Allah merahmatinya- mengatakan, “Taubatnya hanyalah sah pada waktu ini, karena harapan masih ada, penyesalan masih dibenarkan, dan bertekad untuk meninggalkan perbuatan buruknya.” Konon, maknanya, ialah mereka bertaubat tidak lama setelah melakukan perbuatan dosa tanpa meneruskannya. Bersegera bertaubat pada saat masih sehat adalah lebih utama dan lebih mudah merealisasikan amal shaleh yang diharapkannya. Sedangkan bertaubat pada saat kematian tidak berguna lagi. Adapun yang dilakukan sebelum kematian, maka itu berarti qarib (dekat).

Dari adh-Dhahhak juga, dan dari al-Hasan, “Ketika Iblis diusir, ia mengatakan, ‘Demi keperkasaan-Mu, aku tidak akan berpisah dari bani Adam selagi roh masih berada di dalam jasadnya.” Allah –subahanahu wa ta’ala- berfirman,

وَ عِزَّتِي لَا أُحْجِبُ التَّوْبَةَ عَنِ ابْنِ آدَمَ مَا لَمْ تُغَرْغِرْ نَفَسُهُ

“Demi keperkasaan-Ku, Aku tidak menghalangi taubat dari Bani Adam selagi nafasnya belum menyesak di tenggorokan.”

Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar