Kunci Ketenangan Hidup
Kunci Ketenangan Hidup
Kedamaian jiwa sejati hanya dinikmati seorang mukmin ketika ia selalu dalam ketaatan kepada Allah azza wa jalla. Ketenangan hidup yang merupakan impian indah setiap orang, apapun profesinya, bagaimananpun stastus sosialnya, adalah cita-cita yang harus diwujudkan meskipun semua itu butuh proses dan usaha ekstra baik lahir maupun batin.
Ada banyak nasehat dari para salafuna ash-shalih agar hati diliputi kebahagiaan sehingga bisa merasakan manisnya kehidupan, terlebih lagi di zaman sekarang, kaum muslimin sangat membutuhkannya agar stabilitas iman tidak goncang serta hati tetap dalam koridor ketakwaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata: ”Orang yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah azza wa jalla akan merasakan ketenangan dan ketentraman, walaupun salah seorang diantara mereka fakir miskin, sesungguhnya Allah memberikan mereka pikiran yang luas dan perasaan cukup”. (Tafsir Surat Al Maidah ayat 90)
Tingginya Ketakwaan Para Salaf
Para salaf terdahulu begitu mengagungkan faktor ketakwaan kepada Allah azza wa jalla dan dengan takwa terbukti mereka begitu tenang hidupnya, pikirannya berorientasi pada mencari bekal akhirat dan merasa cukup dengan karunia dari Allah azza wa jalla . Berkata As Syaikh Al- Utsaimin rahimahullah: “Dahulu para ‘ulama salaf apabila diucapkan nama Allah, maka badannya gemetar sampai terjatuh apa yang ada ditangannya” (Syarah Riyadhus Shalihin I / 544). Mukmin yang bertakwa tak akan galau hatinya, dengan karunia Allah yang diberikan kepada orang lain. Hatinya lapang dan mensyukuri semua nikmat Allah azza wa jalla, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اَللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Mukmin yang kuat selalu menomorsatukan ketakwaan kepada Allah azza wa jalla. Imam Al–Faqih Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Ketika engkau bertakwa kepada Allah, maka yakinlah bahwa jalan keluar dari semua kesempitan itu dari Allah” (Syarah Riyadhus Shalihin: I 517).
Jika Hatimu Sempit
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
من رأى أنه لا ينشرح صدره، ولا يحصل له حلاوة الإيمان، ونور الهداية، فليكثر التوبة والإستغفار.
“Siapa yang merasa dadanya tidak lapang, tidak mendapatkan kelezatan iman dan cahaya hidayah, maka hendaklah dia memperbanyak taubat dan istighfar” (Majmu’ul Fatawa, jilid 5 hlm. 62).
Taubat dan istighfar merupakan kunci ketenangan hidup yang dengan keduanya ini hati orang mukmin merasa lapang karena mengingat Allah azza wa jalla . Memperbanyak istighfar mohon ampun kepada Allah azza wa jalla atas segala dosa, akan membuat hati lembut dan lapang. Perasaan damai ketika ia merasa berbuat khilaf lalu bertaubat dan menggantinya dengan amal-amal shalih yang diridhai Allah azza wa jalla.
Fokus Memperbaiki Diri
Hidup akan menderita lahir batin ketika kita sibuk mencari apresiasi atau penilaian orang lain, atau menyibukkan diri dengan sesuatu yang kurang penting yang berkaitan dengan masa lalu, sibuk memikirkan sesuatu dimasa datang secara berlebihan, yang semua itu menguras energi psikis dan fisik yang membuat hati tidak bahagia. Berhatilah- hatilah, ini jebakan yang membuat hati galau dan bisa memalingkan diri dari amal shalih. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rahimahullah berkata :“Berhati-hatilah engkau, jangan sampai menyesali berbagai masa lalu yang tidak ditakdirkan untukmu. Apakah yang terkait dengan hilangnya kesehatan, harta, pekerjaaan duniawi atau semisalnya. Namun fokuskan keinginanmu untuk memperbaiki amalanmu sehari-hari“ (Majmu’ Muallafatis Syaikh, 21 / 258).
Agar pikiran jernih dan hati lembut hendaklah memperbaiki kualitas diri dan belajar terus menshalihkan diri agar selalu stabil imannya. Hindari terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum pasti, serahkan semua kepada Allah azza wa jalla. Saatnya lebih fokus beramal shalih agar menjadi hamba yang beruntung, amal yang bisa menguatkan ikatan cinta kepada Allah azza wa jalla.
Ibnul Jauzy rahimahullah menuturkan, “Barangsiapa ingin dibersihkan (diperbaiki) keadaannya, hendaklah ia bersungguh- sungguh memperbaiki amalannya” (Shaidul Khathir, halaman 20).
Dan mukmin yang cerdas akan terlepas dari perasaan was-was, hati tak tenang, dan berbagai ketidaknyamanan hidup. Ketika merasa yakin dengan segala pilihan Allah azza wa jalla yang ditetapkan padanya. Inilah kunci ketenangan hidup yang dianugerahkan Allah azza wa jalla kepada orang mukmin yang merindukan jannah.
Wallahu a’lam.
Post a Comment