Terpenjara Oleh Nafsu Karena Candu Maksiat
Terpenjara Oleh Nafsu Karena Candu Maksiat
Sebagai manusia biasa kita tak akan selamat dari dosa, salah dan luput sudah menjadi keniscayaan bagi kita. Yang penting adalah bagaimana cara untuk berhenti dari dosa yang kita buat dan tidak terus-menerus melakukannya, karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput.
Hal yang mengkhawatirkan adalah jika seseorang sudah memiliki rasa ‘candu’ terhadap maksiat tertentu sehingga ia sulit untuk melepaskan diri darinya kecuali dengan pertolongan Allah, itulah yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim ‘terpenjara oleh nafsunya sendiri’
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Orang yang ahli maksiat akan selalu menjadi tawanan setan, ia akan terpenjara oleh syahwatnya, dan terikat oleh hawa nafsunya sendiri, sehingga ia menjadi orang yang tertawan, terpenjara, dan terikat. Dan tak ada orang tertawan yang lebih sengsara daripada yang ditawan oleh musuh bebuyutannya sendiri (setan & hawa nafsu -red), tak ada penjara yang lebih sempit dibanding penjara nafsu, dan tak ada ikatan yang lebih menyulitkan daripada ikatan syahwat. Orang yang seperti ini bagaimana akan berjalan menuju Allah sedang hatinya saja tertawan dan terpenjara? Bahkan bagaimana ia akan melangkah?
Ketika hati sudah terikat dengan hawa nafsu, maka penyakit hati mudah sekali menyerang dari berbagai arah tergantung pada kadar ikatan maksiat tersebut.
Hati itu mirip dengan burung, semakin tinggi ia melayang maka semakin jauh dari segala pengganggu, dan semakin ia turun semakin mudah untuk digapai oleh para pengganggu.” (Al-Jawabul Kafi)
Ketika hati sudah terikat oleh nafsu dan dipenjara oleh syahwat, maka sangat mudah bagi setan untuk mempermainkannya semau dia, dan setan tak akan melepaskannya sampai ia berhasil mencelakakan orang tersebut, ia tidak akan puas menyesatkan manusia sampai ia mampu membuat seseorang meninggalkan dunia fana ini dengan kekufuran kepada Allah SWT sehingga ia di akhirat kekal di api neraka. naudzubillah min dzalik.
Iblis telah bersumpah untuk menyesatkan anak Adam, Allah berfirman:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (QS. Shaad: 82).
Mungkin ketika seseorang melakukan maksiat pada awalnya hanya ingin mencoba sekali lalu selesai, ia tidak sadar bahwa pada saat itu ia sudah terperangkap kepada perangkap setan jika tidak segera berhenti dan bertaubat. Setan akan menghias maksiat dan menjadikannya semanis mungkin sehingga orang yang mencicipinya akan merasa ketagihan walau aslinya adalah pahit dan buruk. Jika setan telah berhasil menaklukkan manusia dalam pertarungan pertama dan manusia tersebut berhasil diseret kepada perbuatan maksiat, ia akan membawanya kepada maksiat berikutnya yang lebih besar dosanya, dan orang yang tunduk kepada ajakannya akan selalu merasa kurang terhadap maksiat yang dia lakukan, ia akan selalu mencari yang lebih dan lebih lagi dan nafsunya tidak akan pernah berhenti dan begitulah seterusnya sampai orang tersebut benar-benar menuhankan nafsunya sendiri.
Allah berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.” (QS. Al-Jatsyiyah: 23).
Semoga kita senantiasa dijauhkan dari kemurkaanNya, semoga kita selalu dimudahkan untuk menggapai ridhoNya.
Marilah kita menjauhi maksiat semampu kita dan menutup segala jalan maksiat yang akan menyebabakan kemurkaan Allah SWT, kita tidak boleh rela menyerah kepada setan dan hawa nafsu, kita masih memiliki iman dan akal yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil.
Ya Allah kami tak mampu untuk menahan diri kami dari berbuat maksiat kecuali dengan pertolanganmu, dan kami juga tak mampu untuk melaksanakan segala perintahmu kecuali dengan pertolanganmu.
Post a Comment