Menyambut Ramadhan

Menyambut Ramadhan 
Assalamualaikum W.W. Alhamdulillahi robbil alamin. Wabihi nastainu ala umuri dunya wadin. Assholatu wassalamu ala nabiyina muhammadin Saw. Amma ba’du. Puji beserta syukur kehadirat Allah swt. atas nikmatNya yang luar biasa. Sholawat dan salam marilah kita sampaikan kepada junjungan alam, nabi kita Muhammad saw. Hadirin yang dimuliakan Allah Swt. Ramadhan. Bulan suci ini menyapa kembali. Kemuliaan di hadapan. Kedatangannya disambut beraneka rasa oleh orang–orang. Pertama. Ada orang yang menyambutnya biasa-biasa saja. Ramadhan baginya tak lebih dari rutinitas tahunan. Tak ada perubahan apa-apa. Biasa saja. Hadirnya bulan kemuliaan baginya tak memberikan pengaruh sedikit pun, selain kenyataan ia harus berpuasa. Menahan lapar dahaga. Bagi orang seperti ini apa yang akan dilewatkan selama ramadhan ini takkan membekas makna, takkan memberi pengaruh setitik pun. Kedua. Orang yang menanggapi secara sinis. Orang ini merasa berat ketika datangnya bulan suci. Ia malas melakukan ibadah. Baginya puasa itu berat. Ramadhan itu bikin enek. Karena selama Ramadhan ia tak lagi bisa makan-makan secara bebas dan berbuat sesuka hati. Orang menngggap datangnya ramadhan adalah musibah. Naudzubillahimindzalika. Ketiga. Orang yang begitu antusias menyambutnya. Ia begitu merasa istimewa di bulan berkah ini. Ia menyapa Ramadhan dengan kegembiraan. Meski begitu, nyatanya ada dua golongan atas sambutan penuh kegembiraan ini. Ada yang antusias menyambut, sekadar karena ramadhan serasa seru. Ada pesta petasan. Ada ngabuburit. Ada sahur bareng keluarga. Berbuka dengan makanan yang enak. Puasa dijadikan ajang diet, melangsingkan perut, dll. Golongan ini menyambut antusias Ramadhan karena menyenangkan. Golongan kedua, antusias menyambut Ramadhan karena keimanan dan keilmuan. Ia senang karena paham Ramadhan adalah bulan keberkahan. Bulan kemuliaan. Saat ganjaran kebaikan dilipatgandakan. Ia menyambutnya dengan khusyuk. Bukan sekadar karena banyak “hal menarik”
selama ramadhan. Baginya itu hanya sebagai tambahan. Yang terutama adalah karena keinsyafan betapa berharganya bulan ini, sayang jika terlewatkan tanpa makna yang terhadirkan. Termasuk manakah kita? Semoga termasuk yang menyambut Ramadhan dengan antusias berlandas keimanan dan keilmuan. Pada gilirnanya semoga kita bisa mengisi Ramadhan ini dengan banyak kebajikan. Aamiin Ya Robbal Alamin. Rabbana aatina fidunya hasanah, wafilakhiroti hasanah, waqina adzabannar. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Wassalamu ‘alaikum W.W.

Tidak ada komentar