Peringatan Untuk Orang Sombong
Peringatan Untuk Orang Sombong
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusanNya. Amma ba’du:
Diantara sifat-sifat tercela yang telah dicela oleh Allah dan RasulNya ialah sifat sombong. Dan yang dimaksud sombong disini ialah sebagaimana dikatakan oleh al-Ghazali: “Yang dimaksud sombong adalah menganggungkan dirinya sendiri dan memandang dirinya lebih baik dari pada orang lain”.[1]
Adapun para ulama, ada yang menjelaskan pengertian sombong dengan mengatakan: “Sombong ialah seseorang mengagungkan dirinya sendiri serta menganggap bahwa dirinya lebih baik dari pada orang lain, dan merendahkan serta meremehkan orang lain ditambah sikap membanggakan diri pada kondisi yang seharusnya dia merasa tawadhu (rendah diri)”.[2] Dan kalau kita cermati dari dua pengertian diatas maka kesimpulannya hampir sama dalam hakikat maknanya.
Dalam sebuah ayat dijelaskan:
وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ [ لقمان : 18]
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. [Luqman/31: 18].
Firman Allah Taala: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu”. Maksudnya membuang muka dan memalingkan wajah dari orang lain karena sombong, sedangkan makna al-Marahu ialah berjalan dengan angkuh.
Dan Allah Taala pernah berfirman tentang Musa ‘alaihi sallam:
وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِنِّي عُذۡتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُم مِّن كُلِّ مُتَكَبِّرٖ لَّا يُؤۡمِنُ بِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ [ غافر : 27]
“Dan Musa berkata: “Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabbmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari penghitungan”. [Ghaafir/40: 27].
Sedangkan sombong dalam pengertian yang diberikan oleh syariat adalah orang yang menolak kebenaran dan meremehkan orang lain, hal itu, seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ». قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ « إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ» [أخرجه مسلم]
“Tidak akan masuk surga orang yang masih memiliki sikap sombong didalam hatinya walau seberat biji sawi”. Maka ada seorang sahabat yang bertanya pada beliau: ‘Sesungguhnya ada orang yang menyukai kalau pakaianya itu bagus dan sendalnya baru”. Maka Nabi menjawab: “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. (yang dinamakan) sombong ialah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain“. [HR Muslim no: 91].
Didalam hadits ini Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada kita, bahwa sombong itu terjadi pada dua hal:
Pertama: Menganggap dirinya lebih besar dari Allah, atau agama atau Rasulnya. Seperti anggapan Fir’aun serta orang-orang yang semisal dengannya, yang congkak enggan untuk menjadi hamba Allah azza wa jalla. Sedangkan Allah subhanahu wa Taala berfirman;
وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِنِّي عُذۡتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُم مِّن كُلِّ مُتَكَبِّرٖ لَّا يُؤۡمِنُ بِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ [ غافر : 27]
“Dan Musa berkata: “Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabbmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari penghitungan”. [Ghaafir/40: 27].
Karena Nabi Allah Musa telah mengajaknya kepada petunjuk dan jalan yang lurus, namun, dirinya congkak dan sombong, dan dengan angkuhnya mengatakan kepada kaumnya:
فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ – فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلۡأٓخِرَةِ وَٱلۡأُولَىٰٓ [النازعات : 24-25]
“(Seraya) berkata:”Akulah Tuhanmu yang paling tinggi”. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia”. [an-Nazi’at/4: 24-25].
Sehingga karena kesombongan Fir’aun yang luar biasa Allah menjadikan pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya. Sebagaimana yang Allah Taala jelaskan dalam firmanNya:
فَٱلۡيَوۡمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنۡ خَلۡفَكَ ءَايَةٗۚ وَإِنَّ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنۡ ءَايَٰتِنَا لَغَٰفِلُونَ [ يونس : 92]
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”. [Yunus/10: 92].
Inilah akhir perjalanan tiap orang yang sombong dan durhaka, baik sebelum Fir’aun maupun setelahnya. Semuanya sama akan mendapat siksaan yang pedih seperti halnya mereka juga sama didalam meniti jalannya orang-orang sombong terhadap Allah dan RasulNya. Berdasarkan firman Allah Tabaraka wa Taala:
فَإِنَّهُمۡ يَوۡمَئِذٖ فِي ٱلۡعَذَابِ مُشۡتَرِكُونَ – إِنَّا كَذَٰلِكَ نَفۡعَلُ بِٱلۡمُجۡرِمِينَ – إِنَّهُمۡ كَانُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسۡتَكۡبِرُونَ [الصافات: 33-35]
“Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam azab. Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri”. [ash-Shaaffat/37: 33-35].
Dan kesombongan merupakan kekhususan dari kekhususan yang dimiliki oleh Dzat yang Maha Perkasa, Allah subhanahu wa Taala. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: قَالَ اللَّهُ الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا أَدْخَلْتُهُ جَهَنَّمَ [أخرجه مسلم و أبو داود]
“Allah azza wa jalla berfirman: ‘Kesombongan adalah jubahKu, sedangkan keagungan adalah pakaianKu, maka barangsiapa yang mencabut salah satunya dariKu, maka akan Aku lemparkan ia kedalam neraka“. [HR Muslim no: 2620. Abu Dawud no: 4090].
Dalam hadits yang lain Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita bahwa sombong merupakan salah satu sifat dari sifat-sifatnya penghuni neraka. Sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « احْتَجَّتِ النَّارُ وَالْجَنَّةُ فَقَالَتْ هَذِهِ يَدْخُلُنِى الْجَبَّارُونَ وَالْمُتَكَبِّرُونَ. وَقَالَتْ هَذِهِ يَدْخُلُنِى الضُّعَفَاءُ وَالْمَسَاكِينُ فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِهَذِهِ أَنْتِ عَذَابِى أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ – وَرُبَّمَا قَالَ أُصِيبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ – وَقَالَ لِهَذِهِ أَنْتِ رَحْمَتِى أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْكُمَا مِلْؤُهَا » [أخرجه البخاري ومسلم]
“Surga dan neraka pernah berdebat. Neraka mengatakan: ‘Aku disiapkan untuk orang-orang yang sombong dan angkuh’. Surga pun mengatakan: ‘Akan dimasukkan kesini orang-orang yang lemah dan miskin’. Maka Allah Taala menengahi, dan berfirman pada neraka: ‘Engkau adalah adzabKu, yang Aku mengadzab denganmu siapa saja yang Aku kehendaki’. Barangkali Allah mengatakan: ‘Aku akan mengadzab denganmu siapa orang yang Aku kehendaki”. Lalu berfirman pada surga: “Engkau adalah rahmatKu, yang akan Aku sayangi denganmu siapa saja orang yang Aku kehendaki, dan tiap dari kalian akan penuh dengan penghuninya“. [HR Bukhari no: 2620. Muslim no: 2846].
Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya sebuah kisah dari Abu Salamah bin Abdurahman bin Auf, dia menceritakan: ‘Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Amr bin Ash pernah bertemu di Marwah, lalu keduanya terlihat dalam sebuah obrolan. Setelah itu, Abdullah bin Amr pergi, tinggal Abdullah bin Umar yang terlihat menangis, ketika melihat hal tersebut maka salah seorang sahabatnya bertanya heran: ‘Wahai Abu Abdurahman kenapa engkau menangis? Beliau menjawab: ‘Orang tadi, maksudnya Abdullah bin Amr mengatakan pernah mendengar kalau Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ أَكَبَّهُ اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي النَّارِ [أخرجه أحمد]
“Barangsiapa yang masih ada didalam hatinya seberat biji sawi dari sifat sombong, maka Allah akan mencampakkan dengan wajahnya ke dalam neraka“. [HR Ahmad 11/590 no: 7015].
Orang-orang yang sombong adalah seburuk-buruk makhluk disisi Allah, dan mereka akan dikumpulkan kelak pada hari kiamat dengan membawa kerendahan dan kehinaan diwajah-wajah mereka. Berdasarkan firman Allah Tabaraka wa Taala:
وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ تَرَى ٱلَّذِينَ كَذَبُواْ عَلَى ٱللَّهِ وُجُوهُهُم مُّسۡوَدَّةٌۚ أَلَيۡسَ فِي جَهَنَّمَ مَثۡوٗى لِّلۡمُتَكَبِّرِينَ [الزمر : 60]
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?. [az-Zumar/39: 60].
Dan penjelasan Allah dalam ayat yang lain:
وَتَرَىٰهُمۡ يُعۡرَضُونَ عَلَيۡهَا خَٰشِعِينَ مِنَ ٱلذُّلِّ يَنظُرُونَ مِن طَرۡفٍ خَفِيّٖۗ [الششورى: 45]
“Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu”. [asy-Syuura/42: 45].
Adapun siksa yang akan mereka terima kelak pada hari kiamat adalah seperti yang digambarkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يُحشرُ المُتكَبِرون يَوم القِيامةِ أَمثالَ الذَّر فِي صُورة الرِّجال , يَغشاهُم الذُّل مِن كُل مَكان , يُساقُون إِلى سِجنِ مِن جَهنَّم يُسمَّى : بُوْلَس تَعلُوهُم نَار الأنْيَار ويُسقَون مِن عُصارَة أَهلِ النَّار طينةَ الخَبال » [أخرجه الترمذي]
“Kelak pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring seperti semut bermuka manusia, yang dikelilingi kehinaan pada setiap tempat, kemudian mereka digiring menuju penjara didalam neraka yang bernama Bulas, sedangkan diatas mereka ialah neraka An,yar. Dan minuman mereka adalah nanah darah yang mengalir dari kulitnya penduduk neraka“. [HR at-Tirmidzi no: 2492. Dan beliau menyatakan hadits hasan shahih].
Dan diantara bentuk kesombongan ialah tatkala sampai pada seseorang, suatu kebenaran dari al-Qur’an ataupun haditsnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu dirinya enggan menerima serta tunduk kepadanya, namun, dirinya justru bersikap congkak dan sombong. Maka Allah Taala memperingatkan akan hal tersebut dengan firmanNya:
فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ [النور: 63]
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. [an-Nuur/24: 63].
Maka bagi orang yang menyalahi perintah Allah dan RasulNya ada sebuah ayat yang diturunkan berkenaan dengan mereka, yaitu:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا [النساء: 65]
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.[an-Nisaa’/4: 65].
Ada sebuah hadits yang menceritakan akan kebenaran hal tersebut, sebagaimana yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari haditsnya Salamah bin al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa ayahnya pernah bercerita, pernah ada seorang yang makan dihadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya, maka Nabi menyuruh padanya: ‘Makanlah dengan tangan kananmu”. Namun orang tersebut menjawab: ‘Aku tidak bisa’. Lalu Nabi menimpali: ‘Kamu tidak akan bisa’. Dan tidak ada yang mencegahnya untuk mentaati perintah Rasul melainkan kesombongannya. Pada akhir hadits ayahnya mengatakan: ‘Maka dirinya betul-betul tidak bisa makan dengan tangan kanannya”. [HR Muslim no: 2021].
Kedua: Sombong terhadap makhluk, adapun pengertiannya telah kita jelaskan diatas, yaitu meremehkan, merendahkan dan memandang hina orang lain. Dan biasanya hal ini hanya muncul dari kalangan orang-orang yang rendah martabat dan memiliki kekurangan, karena mereka ingin mengganti kekurangannya dengan menampakkan yang memang bukan menjadi bagiannya, sehingga timbul sikap sombong dari mereka. Oleh karena itu, telah datang sebuah penjelasan dari Nabi yang mulia agar kita semua bersikap rendah diri (tawadhu), sebagaimana yang beliau katakan dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَبْغِىَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ » [أخرجه أبو داود]
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu padaku: ‘Hendaknya kalian bersikap tawadhu jangan sampai salah seorang (diantara kalian) sombong dihadapan yang lain, karena itu tidak pantas dilakukan“. [HR Abu Dawud no: 2765].
Al-Ghazali pernah mengatakan: ‘Kesombongan adalah penyakit akut yang sangat ganas, yang bisa membinasakan orang-orang yang terkemuka dari kalangan para makhluk. Dan sedikit sekali yang bisa selamat darinya, baik kalangan ahli ibadah, zuhad maupun para ulama, terlebih orang-orang awamnya.
Bagaimana tidak bahaya sedangkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: ‘Tidak akan masuk surga orang yang masih ada didalam hatinya sifat sombong walau hanya seberat biji sawi’. Sehingga sifat sombong yang dimilikinya sebagai penghalang untuk masuk surga, karena kesombongan akan membelokkan antara seorang hamba dan akhlak kaum muslimin secara umum. Sedangkan akhlak mulia adalah pintu dari pintu-pintu surga, adapun kesombongan maka dia akan menutup pintu-pintu tersebut. Disamping itu, orang yang sombong biasanya tidak mungkin sanggup untuk mencintai saudaranya sesama mukmin seperti halnya dia mencintai untuk dirinya sendiri.
Maka tidak heran, kalau akhlak yang tercela melainkan pasti orang yang sombong berusaha dengan keras untuk bisa menjaga kesombongannya, dan sebaliknya tidak ada akhlak yang terpuji melainkan dirinya tidak mampu untuk melakukannya karena takut akan kehilangan kehormatannya. Dari sini, menjadi jelas mengapa orang yang masih mempunyai sifat sombong walau seberat biji sawi tidak akan masuk surga.
Dan antara sifat sombong dengan akhlak yang tercela adalah suatu hal yang saling bergandengan, yang saling mengajak satu sama lain. Dan diantara jenis kesombongan yang teramat buruk ialah yang menghalangi pelakunya untuk mengambil ilmu dan menerima kebenaran serta tunduk pada kebenaran tersebut”. [3]
Dan yang perlu menjadi catatan disini ialah bahwa sifat sombong ini mencakup mensucikan diri dan membanggakan diri dihapan orang lain, bangga dengan nasab, harta, kedudukan, kekuatan serta kecantikan.
Misalkan, yang dari keturunan mulia sombong dihadapan orang yang keturunannya rendah, walaupun kalau dilihat dari sisi amalnya lebih tinggi. Orang yang kaya merasa sombong didepan si miskin yang tidak punya apa-apa. Orang yang punya jabatan sombong dihadapan orang yang tidak bekerja, wanita yang cantik sombong terhadap wanita yang pas-pasan. Maka ingatlah bahwa ukuran manusia itu dilihat dari ketakwaanya, sebagaimana yang Allah katakan dalam firmanNya:
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ [الحجرات : 13]
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”. [al-Hujuraat/49: 13].
Dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunannya sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَفْتَخِرُونَ بِآبَائِهِمْ الَّذِينَ مَاتُوا إِنَّمَا هُمْ فَحْمُ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ الْجُعَلِ الَّذِي يُدَهْدِهُ الْخِرَاءَ بِأَنْفِهِ ,إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ إِنَّمَا هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ النَّاسُ كُلُّهُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ [أخرجه الترمذي]
“Kelak pasti akan ada sekelompok orang yang berbangga-bangga dengan nenek moyangnya yang telah mati. Mereka terancam menjadi penghuni neraka, karena perbuatan tersebut sangatlah besar disisi Allah, tidak seremeh seperti halnya kalian mengusap kotoran dari hidungnya. Sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebiasaan Jahiliyah yang membanggakan dan sombong dengan nenek moyang, akan tetapi, seseorang itu hanyalah seorang yang beriman dan bertakwa atau seorang fajir yang celaka. Setiap kalian adalah anak cucu Adam sedangkan Adam diciptakan dari tanah“.[HR at-Tirmidzi no: 3955. Dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 3/254 no: 3100].
Sebagai penutup kita ucapkan segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga beliau serta para sahabatnya.
Footnote
[1] Ihya Ulumudin 3/345.
[2] Tahdzibul Akhlak karya al-Jahidh hal: 32.
[3] Ihya Ulumudin 3/345.
Post a Comment