Sebab-sebab Kerasnya Hati
Sebab-sebab Kerasnya Hati
Sesuatu ada tentunya dengan adanya sebab. Mengenal sebab merupakan satu perkara penting dalam mengobati dan menerapi satu penyakit. Berapa banyak dokter atau tabib yang gagal memberikan obat yang pas karena tidak mengetahui sebab penyakit tersebut.
Kalbu atau hati yang keras adalah penyakit berbahaya yang terjadi tentunya dengan sebab-sebab tingkah laku pemiliknya. Diantara sebab-sebab kerasnya kalbu adalah:
1. Ketergantungan Kalbu kepada Dunia serta Melupakan Akhirat
Kalau kalbu sudah keterlaluan mencintai dunia melebihi akhirat, maka kalbu tergantung terhadapnya, sehingga lambat laun keimanan menjadi lemah dan akhirnya merasa berat untuk menjalankan ibadah.
2. Lalai
Lalai pada asalnya adalah lupa yang terjadi karena tidak sadar. Allah ta’ala jelaskan hal ini dalam firmanNya:
ٱقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ
“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS. Al-Anbiya’ :1).
Imam asy-Syaukani menjelaskan pengertian Ghaflah (lalai) dalam ayat ini dengan menyatakan: “Pengertiannya mereka berada dalam kelalaian oleh dunia dan berpaling dari akherat, tidak bersiap-siap dengan kewajiban mereka berupa iman kepada Allah dan melaksanakan kewajiban serta menjauhi semua larangan”
(Fathu al-Qadir 3/566).
Sebab ini memiliki pengaruh langsung dalam mengerasnya kalbu. Sehingga imam ibnu al-Qayyim rahimahullahu menyatakan: “semakin kuat sifat lalai dalam kalbu semakin membuatnya keras”
(al-Waabil ash-Shaib hal 99).
Lalai merupakan penyakit yang berbahaya apabila telah menjalar di dalam kalbu dan bersarang di dalam jiwa. Karena akan berakibat anggota badan saling mendukung untuk menutup pintu hidayah, sehingga kalbu akhirnya menjadi keras dan terkunci.
Allah berfirman,
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
“Mereka itulah orang-orang yang kalbu, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itu lah orang-orang yang lalai” (QS. An-Nahl :108)
“Dalam ayat diatas Allah memberitahukan, bahwa orang yang lalai adalah mereka yang memiliki kalbu keras membatu, tidak mau lembut dan lunak, tidak mempan dengan berbagai nasehat. Kalbu yang keras bagaikan batu atau bahkan lebih keras lagi, karena mereka punya mata, namun tak mampu melihat kebenaran dan hakikat setiap perkara”.
Karena itulah imam al-Alusi menyatakan: Kerasnya kalbu (qaswah al-Qalbu) adalah sumber keburukan dan ia bersumber dari panjangnya kelalaian terhadap Allah .”
(Ruuh al-Ma’ani 27/181).
3. Kawan yang buruk
Ini juga salah satu sebab terbesar yang mempengaruhi kerasnya kalbu dan jauhnya seseorang dari Allah. Orang yang hidupnya di tengah-tengah manusia yang banyak berkubang dalam kemaksiatan dan kemungkaran tentulah akan terpengaruh. Sebab teman yang buruk akan berusaha menjauhkannya dari keistiqamahan dan menghalanginya dari mengingat Allah ta’ala, sholat dan berakhlak mulia.
Oleh karena itu didapatkan dalam al-Qur`an perintah Allah kepada Rasul-Nya untuk bergaul dengan orang-orang shalih, sebagaimana firmanNya,
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(QS al-kahfi:28)
4. Terbiasa dengan Kemaksiatan dan Kemungkaran
Dosa merupakan penghalang seseorang untuk sampai kepada Allah. Ia merupakan pembegal perjalanan dan membalikkan arah perjalanan yang lurus.
Kemaksiatan meskipun kecil, terkadang memicu terjadinya bentuk kemaksiatan lain yang lebih besar dari yang pertama. Maka melemahlah kebesaran dan keagungan Allah di dalam kalbu, dan melemah pula jalannya kalbu menuju Allah dan kampung akhirat sehingga menjadi terhalang dan bahkan terhenti tak mampu lagi bergerak. Lihatlah keterangan rasulullah dalam sabdanya:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Seorang hamba apabila berbuat dosa kana kalbunya diwarnai dengan titik hitam. Apabila ia menginggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kalbunya dibersihkan dan bila mengulang maka ditambahkan padanya (titik hitam) hingga mendominasi kalbunya. Inilah dia Raan yang Allah jelaskan dalam firmanNya,
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”
(QS al-Muthafifin :14).
5. Berpaling dari Mengingat Allah, Kematian, Sakaratul Maut, Kubur dan Kedasyatannya
Sehingga seluruh perkara akhirat baik berupa adzab, nikmat, timbangan amal, mahsyar, shirath, Surga dan Neraka, semua telah hilang dari ingatan dan kalbunya. Demikianlah akibat lalainya manusia dari mengingat Allah karena kesibukan yang menenggelamkan mereka dalam urusan dan kenikmatan dunia yang fana ini.
Memang tidak dipungkiri membicarakan permasalahan dan urusan dunia adalah perkara mubah, namun tenggelam dan menghabiskan waktunya hanya untuk urusan tersebut menjadikan kalbu keras, karena hilangnya kalbu dari zikir kepadaNya. Oleh karena itulah hati ini telah mati sebelum kematian tubuh. Rasululloh pernah bersabda :
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan irang yang berzikir kepada Allah dan yang tidak berzikir seperti perumpamaan orang yang hidup dan mayat (yang mati).”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Demikianlah beberapa sebab kerasnya hati agar kita semua dapat menghindarinya.
Semoga bermanfaat.
Wabillahi taufiq.
Post a Comment