Pemimpin Cerminan Rakyat
Pemimpin Cerminan Rakyat
Belum ada ceritanya, dan tidak akan pernah ada ceritanya, dimana seekor singa menjadi pemimpin gerombolan tikus; atau sebaliknya, seekor tikus menjadi pemimpin kawanan singa. Karena secara umum, pemimpin merupakan cerminan kualitas mayoritas dari yang dipimpinnya. Kami katakan secara umum, karena ada pengecualian pada kasus – kasus tertentu.
Allâh -‘Azza wa Jalla- berfirman :
وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang – orang yang zhalim itu menjadi pemimpin bagi sebahagian yang lainnya disebabkan apa yang mereka kerjakan (dari dosa – dosa).”_ QS. Al-An’âm : 129.
Ketika ditanya tentang makna ayat yang mulia tersebut, Al-Imâm Al-A’masiy -Rahimahullâh- berkata : “Aku mendengar mereka (Para Salaf) berkata : ‘Jika manusia sudah rusak, maka mereka akan dipimpin oleh orang – orang jahat mereka.”‘__ Ad-Durru Al-Mantsûr : 3/358.
Al-Imâm Ath-Thabrâniy -Rahimahullâh- meriwayatkan tentang Al-Imâm Al-Hasan Al-Bashry -Rahimahullâh- bahwa Beliau mendengar seorang laki-laki mendoakan keburukan untuk Al-Hajjâj Ibnu Yusuf Ats-Tsaqafiy, lantas Beliau berkata :
“Janganlah Engkau lakukan itu! Kalian diberikan pemimpin seperti ini karena (kesalahan) diri – diri Kalian sendiri. Kami khawatir, jika Al-Hajjâj digulingkan atau meninggal, maka monyet dan babi yang akan menjadi penguasa Kalian, sebagaimana telah diriwayatkan bahwa pemimpin Kalian adalah buah dari amalan Kalian, dan Kalian akan dipimpin oleh orang yang seperti Kalian.” __ Kasyfu Al-Khafâ : 1/148.
Beliau -Rahimahullâh- juga berkata terkait kasus Al-Hajjâj Ibnu Yusuf Ats-Tsaqafiy : “Al-Hajjâj adalah hukuman dari Allâh -‘Azza wa Jalla- bagi Kalian yang belum pernah ada sebelumnya. Janganlah Kalian merespon hukuman Allâh -‘Azza wa Jalla- ini dengan pedang! Namun sambutlah hukuman ini dengan bertaubat kepada Allâh -‘Azza wa Jalla- dan tunduk kepada-Nya! Bertaubatlah Kalian, niscaya Kalian akan terpelihara darinya!” __ Thabaqât Ibnu Sa’ad : 7/164.
Al-Imâm Ibnul Qayyim -Rahimahullâh- berkata : “Ada sebagian dari Para Nabi Bani Isra’il menyaksikan apa yang diperbuat oleh raja Bukhtanashar, lantas iapun berkata (kepada Allâh -‘Azza wa Jalla-) : ‘Karena perbutan tangan-tangan Kami ini, Engkau berikan kekuasaan kepada seorang yang tidak mengenal-Mu dan tidak menyayangi Kami.”‘ __ Ad-Dâ’ wad Dawâ : 75.
Beliau -Rahimahullâh- juga berkata :
“Renungilah hikmah Allâh -‘Azza wa Jalla- yang telah memilih para raja, penguasa dan pelindung umat manusia berdasarkan perbuatan rakyatnya, bahkan seakan perbuatan rakyat tergambar dalam prilaku pemimpin dan penguasa mereka.
Jika rakyat istiqamah dan lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun jika rakyat berbuat zhalim, maka penguasa mereka juga akan berbuat zalim pula. Jika menyebar tindakan penipuan di tengah – tengah rakyat, maka demikian pula pemimpin mereka. Jika rakyat bakhil dan tidak menunaikan hak – hak Allâh -‘Azza wa Jalla- yang ada pada mereka, maka para pemimpin juga akan bakhil dan tidak menunaikan hak – hak rakyat yang ada pada mereka. Jika dalam bermuamalah, rakyat mengambil sesuatu yang bukan haknya dari orang – orang lemah, maka pemimpin mereka juga akan mengambil sesuatu yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan berbagai beban tugas yang berat. Semua yang diambil oleh rakyat dari orang – orang lemah maka akan diambil paksa oleh para pemimpin dari mereka. Jadi (karakter) para penguasa itu tampak jelas pada prilaku rakyatnya.
Jelas bukan hikmah ilahiyah, mengangkat penguasa bagi orang jahat dan buruk perangainya kecuali dari orang yang sama dengan mereka.
Ketika masa – masa awal Islam berisi generasi terbaik, maka demikian pula pemimpin – pemimpin kala itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga mulai rusak.
Jelas tidak sejalan dengan hikmah Allâh -‘Azza wa Jalla-, (jika) pada zaman ini Kita dipimpin oleh pemimpin yang seperti Mu’âwiyah dan ‘Umar Ibmu ‘Abdil ‘Aziiz -Rahimahullâh-, apalagi dipimpin oleh pemimpin sekelas Abu Bakar -Radhiyallâhu ‘Anhu- dan Umar -Radhiyallâhu ‘Anhu-. Akan tetapi pemimpin Kita itu sesuai dengan kondisi Kita. Begitu pula pemimpin orang – orang sebelum Kita sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing – masing dari kedua hal tersebut merupakan sebab akibat dan tuntunan hikmah Allâh -‘Azza wa Jalla-.
Orang yang punya kecerdasan, apabila merenungkan masalah ini, maka dia akan menemukan bahwa hikmah ilahiyah itu senantiasa berjalan seiring dengan qadha’ dan qadar, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, begitulah pula dalam masalah penciptaan dan perintah agama. Jangan sampai Anda menduga dan menyangka bahwa ada diantara qadha dan taqdir Allâh -‘Azza wa Jalla- yang tidak mengandung hikmah. Bahkan semua qadha dan qadar-Nya itu terjadi sesuai dengan hikmah dan kebenaran yang paling sempurna. Tetapi, karena keterbatasan dan kelemahan akal manusia, sehingga mereka tidak sanggup memahaminya, sebagaimana mata kelelawar karena lemahnya ia tidak sanggup melihat sinar matahari. Akal – akal yang lemah ini, apabila berjumpa dengan kebatilan, akan menerima dan menyebarkannya, sebagaimana kelelawar yang terbang dan pergi saat kegelapan malam telah datang. _ Miftâh Dâris Sa’âdah : 1/253.
Dari Hudzaifah -Radhiyallâhu ‘Anhu-, Rasûlullâh -Shallallâhu ‘Alaihi Wassalam- bersabda :
يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُوْمُ فِيْهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمِانِ إِنْسِ قَالَ : قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ – يَارَسُوْلَ اللهِ- إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ ، وَإِنْ ضَرَبَ ظَهْرَكَ، وَأَخَذَ مَالَكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِع
“Nanti sepeninggalanku, akan ada pemimpin – pemimpin yang tidak mengambil petunjuk dari petunjukku, tidak pula mengambil teladan dari sunnahku. Nanti akan ada di tengah – tengah mereka orang – orang yang berhati setan berbadan manusia.”
Aku (Hudzaifah- berkata : “Wahai Rasûlullâh, apa yang harus aku lakukan jika aku mendapatkan zaman seperti itu?”
Beliau -Shallallâhu ‘Alaihi Wassalam- bersabda : “Dengarlah dan ta’atlah kepada pemimpinmu, walaupun mereka memukul punggungmu dan mengambil hartamu.Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka. _ HR. Muslim : 1847.
Post a Comment