Manusia Yang Gagal
Manusia Yang Gagal
Salah satu yang sangat indah dalam agama kita yang merupakan bagian terdepan dari ketaqwaan adalah Tawakal kepada Allah, menggantungkan diri hanya kepada Allah adalah hal yang disepakati oleh setiap muslim. Bahkan setiap manusia sangat membutuhkan tempat untuk bergantung dan mengharap.
Setiap muslim harus meyakini bahwa hanya Allah lah yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan. Orang-orang musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun tahu bahwa hanya Allah lah yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan, namun mereka memohon dan berharap kepada selain Allah karena hawa nafsu mereka untuk mempertahankan kesalahan nenek moyang mereka.
Allah berfirman:
قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Katakanlah (hai Muhammad kepada orang-orang musyrik) : “terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemadhoratan kepadaku, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemadhorotan itu ?, atau jika Allah menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku apakah mereka mampu menahan rahmatNya ?”, katakanlah : “cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-Nya lah orang orang yang berserah diri bertawakkal.” [QS. Az zumar: 38]
Al-Imam Muqatil berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka (sesuai yang diperintahkan Allah) namun mereka orang-orang musyrik terdiam, tidak menjawab karena mereka tidak meyakini bahwa tempat mereka meminta dan berharap mampu melakukan hal tersebut.”
Dari pertanyaan Allah ini, sangat jelas bisa dipahami bahwa jika kita mengakui tempat kita meminta dan mengharap tersebut tidak mampu melawan kekuasaan Allah maka kenapa mesti kita menyeru dan mengharap pada mereka? Kenapa kita tidak berharap, memohon dan bergantung hanya kepada Allah yang Mahakuasa atas segala sesuatu!? Kenapa kita tidak langsung bermunajat kepada Allah dan berdoa kepada-Nya padahal Dia telah memerintahkan kita untuk berhubungan langsung kepada-Nya?. Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.” (Al-Mukmin: 60)
Jawabannya: Tentu bisikan syaithanlah yang membuat kita berpaling dari Dzat yang Mahaagung, yang Mahapemurah, yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang.
Sayangnya diantara kaum muslimin ada juga yang mengikuti jejak orang-orang musyrik, dengan mengharap dan berdoa kepada selain Allah, seperti penunggu gunung, penunggu tempat-tempat angker, penunggu pohon-pohon dan lautan. Na’udzubillah. Inilah inti dari kesyirikan orang-orang musyrik di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang bisa kita pahami dari Firman Allah di Surat az-Zumar; 38.
Semisal dengan ini, juga perbuatan sebagaian orang yang memakai gelang untuk menolak bala, menolak penyakit dan gangguan jin, memakai jimat dengan segala macam modelnya.
Mari kita perhatikan bagaimana kerasnya peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada orang-orang yang berbuat seperti ini.
Imron bin Husain menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat dari kuningan, kemudian beliau bertanya : “Apakah itu ?”, orang tersebut menjawab : “gelang penangkal penyakit,” lalu Nabi bersabda : “lepaskan gelang itu, karena sesungguhnya ia tidak akan menambah kecuali kelemahan pada dirimu, dan jika kamu mati sedangkan gelang ini masih ada pada tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selama lamanya.” (HR. Ahmad)
Tergambar dalam benak orang-orang yang memakai penangkal maupun jimat, bahwa jimat mereka mendatangkan manfaat dan membendung kemudharatan. Akan tetapi jika mereka ditanya seperti pertanyaan Allah di Surat Az-Zumar; 38, mereka akan terdiam atau mereka akan menjawab: “tentu saja, jika Allah berkehendak lain, jimat dan penangkal tersebut tidak akan bermanfaat.” Lantas buat apa kita memakai jimat jika manfaat dan mudarat itu hanya tergantung pada kehendak Allah ?
Bukankah itu hanya menambah beban untuk kita, membuat kita berpaling kepada selain Allah ?
Sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa penangkal dan jimat hanya akan menambah kelemahan pada diri seseorang. Padahal Allah dan Rasul-Nya telah banyak mengajarkan kita cara berdoa langsung kepada Allah untuk melindungi kita, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.
Berdoa, berharap dan bergantung hanya kepada Allah adalah sebab yang paling manjur, sebab yang dihalalkan dan disyariatkan, sedangkan jimat dan penangkal adalah sebab yang diharamkan bahkan digolongkan sebagai perbuatan menyekutukan Allah sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrik di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sangat jelas dari hadits di atas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan sahabat yang memakai penangkal untuk melepaskannya dan mengatakan bahwa jika ia masih memakainya sampai meninggal dan tidak bertaubat kepada Allah, maka ia tidak akan beruntung selama-lamanya.
Artinya ia akan mendapat kerugian selama-lamanya, yaitu kerugian dicampakkan dalam neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من تعلق تميمة فقد أشرك
“Barang siapa yang memakai penangkal maka ia telah melakukan kesyirikan.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dan al-Hakim dari sahabat Uqbah bin Amir al-Juhani beliau berkata: “Pernah datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serombongan orang, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaiat sembilan orang diantara mereka masuk dalam agama Islam, dan menahan satu orang. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa engkau membaiat 9 orang dan tidak membaiat yang satu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ia memakai penangkal. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkan tangan beliau dan memotong penangkal tersebut, kemudian beliau bersabda:
“Barang siapa yang memakai penangkal maka ia telah melakukan kesyirikan.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah bahwa ia melihat seorang laki-laki yang ditangannya ada benang untuk mengobati sakit panas, maka dia putuskan benang itu seraya membaca firman Allah:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan sesembahan lain ).” (QS. Yusuf, 106).
Dari ayat dan hadits di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa memakai jimat dalam bentuk apapun, merupakan perbuatan syirik (menyekutukan) Allah.
Post a Comment