Maksiat Merusak Akal

Maksiat Merusak Akal

Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Masih bertemakan akibat buruk dari perbuatan maksiat. Salah satu dampak maksiat adalah merusak akal. Ibnul Qoyyim Rohimahullah menuturkan[1],

Maksiat Merusak Akal 1

“Diantara dampak maksiat adalah maksiat merusak akal. Karena sesungguhnya akal merupakan cahaya dan maksiat pasti mamadamkan cahaya akal. Ketika cahaya tersebut padam maka akalpun akan berkurang dan melemah”.

Maksiat Merusak Akal 2

‘Sebagian Salaf mengatakan, “Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah melainkan akan hilang akalnya”.

Maksiat Merusak Akal 3

“Ini merupakan sebuah hal yang nyata/jelas. Karena sesungguhnya jika akalnya (pada saat hendak bermaksiat –pen.) hadir tentu akal tersebut akan mampu mencegahnya dari melakukan kemaksiatan. Akalnya akan menyadarkannya bahwasanya dia berada dalam genggaman dan kekuasaan Allah Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengawasinya, diapun sedang berada di atas bumi Allah serta malaikatpun menyaksikan dan mengawasinya. Peringatakan yang ada dalam Al Qur’an, keimanannya, (ingat akan –pen.) kematian, (iman akan adanya siksa –pen.) neraka akan mampu mencegahnya dari kemaksiatan.

Kebaikan dunia dan akhirat yang hilang akibat maksiat lebih banyak dan berlipanganda dibandingkan dengan kesenangan serta kelezatan yang ia dapatkan ketika bermaksiat. Maka adakah orang yang memiliki akal sehat dan selamat akan mendahulukan kehinaan itu semua dan meremehkannya ??”

Jika demikian, maka semakin besar kemaksiatan yang dilakukan seseorang akan sebanding dengan kerusakan akalnya. Sebesar-besar kemaksiatan adalah berbuat kemusyrikan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan melakukan kekufuran. Maka pantaslah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan bahwa pelaku kemusyrikan dan kekufuran itu lebih tidak berakal dibandingkan binatang ternak.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’rof [] : 179)

Syaikh ‘Abdur Rohman bin Nashir As Sa’diy Rohimahullah mengatakan,

Maksiat Merusak Akal 4

“Firman Allah (كَالْأَنْعَامِ) ‘Seperti binatang ternak’ yaitu binatang ternak yang tidak dibekali akal. Mereka (orang-orang para penghuni neraka Jahannam –pen.) mendahulukan hal-hal yang fana dibandingkan yang kekal maka akal yang khusus ada pada mereka pun dihilangkan.

Firman Allah (بَلْ هُمْ أَضَلُّ) ‘Bahkan mereka lebih sesat’ dibandingkan hewan ternak. Karena sesungguhnya binatang ternak masih mampu menggunakan indra yang dianugrahkan kepadanya. Binatang ternak memiliki telinga yang dengannya mereka mampu mengetahui hal-hal yang membahayakan dirinya dari hal-hal yang bermanfaat untuknya[2]. Oleh karena itulah kondisi binatang ternak lebih baik dibandingkan dengan mereka”[3].

Tidak ada komentar