Wajibnya Waspada Dari Fitnah Setan
Allah Ta’ala berfirman:
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ
“Dan katakanlah kepada hamha-hambaKu, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (QS. Al-Isra`: 53) Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di jazirah arab, akan tetapi dia mengadu domba di antara mereka.” (HR. Muslim no. 2812) Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:إِنَّ عَرْشَ إِبْلِيسَ عَلَى الْبَحْرِ فَيَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَيَفْتِنُونَ النَّاسَ فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً
“Sesungguhnya singgasana Iblis berada di atas laut, dia mengirim bala tentaranya kemudian mereka menggoda manusia. Maka tentaranya yang paling hebat di sisinya adalah (setan) yang paling besar fitnahnya (godaannya).” (HR. Muslim no. 1813)Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنْ الْجِنِّ قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِيَّايَ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
“Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan diikutkan padanya pendamping dari kalangan jin.” Mereka bertanya, “Anda juga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aku juga, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu sehingga dia masuk Islam, karenanya dia hanya memerintahkan kebaikan padaku.” (HR. Muslim no. 2418)Penjelasan ringkas:
Permusuhan Iblis dan bala tentaranya kepada anak Adam adalah suatu hal yang pasti dan tidak perlu diragukan lagi. Allah Ta’ala mengabarkannya di dalam Al-Qur`an secara berulang-ulang agar para hamba-Nya mendapatkan peringatan dari makar mereka. Karena kerasnya permusuhan mereka, sehingga tidaklah mereka menemukan celah sekecil apapun yang bisa menyebabkan permusuhan di antara manusia kecuali dia akan masuk melalui celah kecil tersebut dan akan berusaha keras dalam mewujudkan tujuan mereka. Di antara bentuknya adalah mereka melemparkan fitnah dan permusuhan di tengah-tengah manusia, karena hal itu bisa menyebabkan umat manusia saling membenci, menjauhi, memutuskan hubungan, bahkan sampai berperang. Karenanya wajib atas setiap muslim untuk waspada dari semua fitnah yang dilemparkan oleh setan ke tengah-tengah kaum muslimin, karena hal itu bisa memecah belah mereka dan melemahkan persatuan mereka.
Kaum muslimin hendaknya mengingat bahwa tujuan terbesar dari Iblis dan bala tentaranya adalah agar umat manusia melakukan kekafiran dan kesyirikan kepada Allah Ta’ala. Akan tetapi jika mereka tidak sanggup karena banyaknya ilmu agama yang tersebar di tengah-tengah kaum muslimin, maka langkah terakhir mereka guna menghancurkan kaum muslimin adalah dengan menebarkan kebencian dan adu domba di antara mereka. Dan kapan mereka sudah berpecah belah maka dengan mudah setan akan mendatangi kelompok minoritas atau yang memisahkan diri dari al-jamaah lalu menggoda mereka sampai akhirnya mereka berbuat kesyirikan kepada Allah.
Karenanya terkhusus kepada para ulama dan para penuntut ilmu, hendaknya fitnah perpecahan dan permusuhan harus mereka lebih waspadai di atas semua fitnah lainnya. Karena insya Allah setan tidak akan mudah menyesatkan mereka dari arah kesyirikan dan bid’ah, akan tetapi dengan mudah setan akan membinasakan mereka dengan perpecahan jika mereka tidak berusaha untuk menjaga persatuan mereka. Bukankah telah ada contoh sejak dari zaman dahulu bagaimana sebagian alim ada yang bermusuhan dengan alim yang lain padahal tidak diragukan keduanya merupakan ahlussunnah.
Seperti perseteruan yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiah bin Abi Sufyan radhiallahu anhum, perseteruan antara Ali dengan Aisyah radhiallahu anhuma, perseteruan antara Imam Al-Bukhari dengan gurunya yang bernama Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli, demikian halnya Imam An-Nasai dengan salah seorang gurunya, dan banyak lagi contoh-contoh lainnya. Karenanya hendaknya setiap penuntut ilmu sadar bahwa mereka masih punya banyak pekerjaan yang jauh lebih penting daripada mengurusi masalah fitnah dan perpecahan di antara mereka. Karenanya mereka sebagai panutan masyarakat awam, hendaknya mereka menjadi sebab dalam kebaikan dan jangan menjadi sebab munculkan kejelekan.
Yaa Allah, persatukanlah shaf-shaf salafiyin dalam keimanan ketundukan kepada-Mu, bersihkanlah shaf-shaf mereka dari orang-orang yang menghendaki kejelekan atas mereka, lembutkanlah hati-hati mereka untuk saling memaafkan apa yang bisa dimaafkan serta memaklumi apa yang bisa dimaklumi dari kesalahan saudara-saudara mereka. Yaa Mujibas sa`ilin. Allahumma amin, innaka Antal Ghafurur Rahim, innaka Antal Barru Rahim, wa innaka ala kulli syay`in Qadir.
Post a Comment