Jangan Ada Handphone Di antara Kita Malam Ini
Jangan Ada Handphone Di antara Kita Malam Ini
Mungkin pernyataan antar suami-istri ini tepat:
“Jangan ada Handphone di antara kita malam ini”
Artinya pada waktu malam menjelang tidur, di mana anak-anak sudah mulai tidur. Suami-istri hanya sibuk dengan handphone masing-masing, karena memang berselancar dunia maya sangat mangasyikkan, belum lagi berbagai macam media sosial. Sehingga tepatlah jika di katakan:
“Yang dekat jadi jauh, yang jauh jadi dekat”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa bercengkrama bersama istrinya sebelum tidur. Saling berbagi, saling curhat dan mencari solusi bersama permasalahan rumah tangga. Mengenai pendidikan akan urusan dengan keluarga dan tetangga atau sekedar bercanda yang di mana canda suami istri adalah berpahala, sedangkan bercanda kebanyakan melalaikan, tetapi bercanda dengan istri justru berpahala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
كُلُّ شَيْئٍ يَلْهُو بِهِ ابْن آدَمَ فَهُوَ بَاطِلٌ إِلاَّ ثَلاَثًا رَمْيُهُ عَىْ قَوْسِهِ وَ تَأْدِيْبُهُ فَرْسَهُ و مُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ فَإِنَّهُنَّ مِنَ الْحَقِّ
”Segala sesuatu yang dijadikan permainan oleh anak Adam adalah bathil, kecuali tiga perkara, melepaskan panah dari busurnya, latihan berkuda, dan senda gurau (mula’abah) bersama keluarganya, karena itu adalah hak bagi mereka.”[1]
Al-Khattabi rahimahullah berkata,
قَال الْخَطَّابِيُّ : فِي هَذَا بَيَانُ أَنَّ جَمِيعَ أَنْوَاعِ اللَّهْوِ مَحْظُورَةٌ ، وَإِنَّمَا اسْتَثْنَى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Pada hadits ini terdapat penjelasan bahwa semua jenis permainan yang bisa melalaikan adalah terlarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecualikannya (pada hadits)”[2]
Contoh dari tauladan kita
Kami sebutkan salah satu contoh saja dari sekian banyak contoh kebiasaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu kisah abu dan ummu Zar’ merupakan kisah yang panjang nan romantis diceritakan oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengarkan dengan seksama cerita yang cukup panjang dari ‘Aisyah dan memberikan beberapa komentar mengenai kehangatan dan romantisme kisah mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Aisyah,
كُنْتُ لَكِ كَأَبِي زَرْعٍ لِأُمِّ زَرْعٍ إِلاَّ أَنَّ أَبَا زَرْعٍ طَلَّقَ وَأَنَا لاَ أُطَلِّقُ
“Aku bagimu seperti Abu Zar’ seperti Ummu Zar’ hanya saja Abu Zar’ mencerai dan aku tidak mencerai”[3]
kemudian Aisyah radhiallahu ‘anha membalas dengan romantis lagi,
يَا رَسُوْلَ اللهِ بَلْ أَنْتَ خَيْرٌ إِلَيَّ مِنْ أَبِي زَرْعٍ
“Wahai Rasulullah, bahkan engkau lebih baik kepadaku dari pada Abu Zar’”[4]
Demikian semoga bermanfaat.
[1] HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir , Silsilah As-Shahihah no. 309
[2] Sumber: http://islamqa.info/ar/152936
[3] HR At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir XXIII/173 no 270
[4] HR An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubro V/358 no 9139
Post a Comment