DULUNYA ULAMA TAUHID, LALU JADI ATHEIS, APA SEBABNYA?

DULUNYA ULAMA TAUHID, LALU JADI ATHEIS, APA SEBABNYA?

Abdullah Al-Qashimi namanya, seorang ulama kelahiran tahun 1907, yang dulu dikenal sebagai seorang penyeru dan pembela Islam serta Ahlus Sunnah tetapi di akhir hayatnya berubah menjadi atheis dan mati di atas kesesatan tersebut. Sekali lagi, dia bukan hanya penuntut ilmu tetapi sudah sampai pada level ulama yang memiliki banyak karya tulis dan bahkan mengeluarkan bantahan-bantahan terhadap para pembenci dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Salah satu karyanya adalah kitab berjudul الصراع بين الإسلام و الوثنيين (Pertentangan Antara Islam dan Kaum Paganisme) yang merupakan bantahan atas seorang ulama Syiah yang mengajak untuk menyembah tempat-tempat suci. Kitab ini diterima secara luas dan mendapatkan pujian dari para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bahkan salah satu gurunya mengatakan,

لقد دفع القصيمي مهر الجنة بكتابه هذا

“Sungguh Al-Qashimi membayar mahar surga dengan kitabnya ini.”

Tetapi rupanya dia tidak puas dengan manhaj yang haq ini dan mencoba untuk menggali pemikiran lainnya yang membuat dia tersesat dalam belantara pemikiran-pemikiran atheis. Dia pun mulai membuat tulisan-tulisan yang memojokkan Islam dan kaum Muslimin, mengeluarkan kata-kata kotor, mencela Allah dan Rasul-Nya.

Para ulama mengatakan, di antara sebab penyimpangannya adalah kesombongan, bangga diri, dan cinta ketenaran. Hal ini bisa diketahui dari karya-karyanya sendiri dan kalimat-kalimat yang dilontarkannya. Oleh sebab itulah, Allah tampakkan keburukan hatinya di akhir hayatnya. Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwa tidak diketahui Abdullah Al-Qashimi ini bertaubat dari pemahaman atheisnya di akhir hayatnya. Wal ‘iyadzu billah.

Oleh karena itu, siapapun dari kita tak ada yang boleh merasa aman dengan keadaan akhir hidupnya. Ada orang yang selama hidupnya nampak baik, ternyata di akhir hidupnya dia suul khatimah. Sebaliknya ada orang yang nampak buruk, ternyata di akhir hidupnya dia husnul khatimah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

“Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643)

Mengapa bisa orang yang selama hidupnya beramal shalih tetapi ternyata akhir kehidupannya buruk? Jawabannya karena itu hanyalah di mata manusia. Orang lain melihatnya melakukan amalan shalih, tetapi Allah melihat hatinya yang dipenuhi dengan riya’ dan ujub. Allah pun tampakkan itu di akhir hayatnya. Hal ini diperkuat oleh hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Ada seseorang yang melakukan amalan penghuni surga hingga terlihat oleh manusia menjadi penghuninya padahal ia termasuk penghuni neraka, sebaliknya ada seseorang yang melakukan amalan penghuni neraka hingga terlihat oleh manusia ia menjadi penghuninya padahal ia adalah penghuni surga.” (HR. Bukhari no. 2898 dan Muslim no. 112)

Adapun seorang hamba yang melaksanakan amalan shalih dengan penuh keikhlasan dan ketulusan, maka Allah tidak akan menelantarkannya dan Allah pasti akan memuliakan orang-orang yang beribadah kepada-Nya hingga akhir hayatnya.

Semoga Allah memberikan kita keistiqamahan dan keikhlasan hingga akhir hayat kita lalu wafat dengan husnul khatimah. Yaa muqallibal quluub tsabbit qolbii ‘alaa diinik, Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.

Tidak ada komentar