Kalam Hikmah Ulama' SufiSyeikh Junaidi Al Baghdadi
Kalam Hikmah Ulama' Sufi
Syeikh Junaidi Al Baghdadi
Seorang sufi bukanlah hanya berdiam diri di masjid dan berdzikir saja tanpa bekerja untuk nafkahnya. Sehingga untuk menunjang kehidupannya orang tersebut menggantungkan diri hanya pada pemberian orang lain. Sifat-sifat seperti itu sangatlah tercela. Karena sekali pun ia sufi, ia harus tetap bekerja keras untuk menopang kehidupannya sehari-hari. Dimana jika sudah mendapat nafkah, diharapkan mau membelanjakannya di jalan Allah SWT.
SYEIKH JUNAIDI AL BAGDADI
Jika Allah mengkehendaki kebaikan bagi seorang pencari ilmu (murid), Dia akan membawanya ke lingkungan para sufi, dan menjauhkannya dari kaum ulama kebanyakan.
IMAM AL QUSHAYRI
(dalam ar-Risalat al-Qushayriyya)
Allah membuat golongan ini (sufi) yang terbaik dari wali-wali Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya-cahaya Nya.
Imam Al Ghazali (dalam Hujjatul Islam)
Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi.
IMAM NAWAWI
(dalam al-Maqasid at-Tawhid)
Ciri jalan sufi ada 5 :
1. Menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri.
2. Mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan perkataan.
3. Menghindari ketergantungan kepada orang lain.
4. Bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit.
5. Selalu merujuk masalah kepada Allah SWT.
* Syeikh Sayyid Abi Said Al-Kharroj
Ketika Allah akan menjadikan seorang hamba menjadi kekasih/wali-Nya, maka dibukakan baginya Pintu Dzikir. Apabila dia merasa nikmat dengan dzikirnya, maka akan dibukakan oleh Allah Pintu Qurbah (dekat kepada Allah) kemudian dinaikkan lagi kepada Majelis 'Unsi (tempat yang membuatnya merasa nyaman dan akrab dengan Allah), kemudian dia didudukkan di atas Kursi Tauhid. Seterusnya dibukalah semua hijabnya, kemudian dimasukkan oleh Allah kedalam Darulfardaniyah (tempat dimana tidak ada temannya seorangpun didalamnya kecuali dirinya sendiri), setelah itu dibukakan oleh Allah baginya Hijabul Jalal wa Udmah (hijab yang menutupi kemuliaan dan keagungan Allah) dan dimasukkan dia kedalamnya. Kemudian oleh Allah dia dijadikan Kekasih-Nya/Waliyullah.
* Syeikh Abu Hasan As Syadzili
Kalian boleh makan makanan yang paling lezat, minum minuman yang paling segar, tidur diatas kasur yang empuk, memakai pakaian yang paling lembut, tetapi kalian harus memperbanyak dzikir kepada Allah.
Karena firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat/berdzikir kepada Allah. Siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. Al-Munafiqun: 9)
* Syeikh Ibnu Atha'illah As Sakandary
Jika kamu menghadiri majelis (dzikir), lalu kembali melakukan pelanggaran atau kelalaian dan dosa, jangan kemudian kamu berujar, "Apa gunanya hadir?"
Namun, tetaplah hadir!!! Selama empat puluh tahun kamu mengidap penyakit (dosa) lalu kamu berfikir penyakitmu itu akan hilang dalam sekejap atau satu hari saja?
Orang yang melakukan maksiat lalu dia tenggelam dalam sesuatu yang haram, niscaya dia tidak akan bisa membersihkannya sekalipun menyelam tujuh lautan jika belum "bertaubat" kepada Allah.
Wallohu a’lam.
Post a Comment