Lebih Utama Mana antara Berdo’a atau Tidak

Lebih Utama Mana antara Berdo’a atau Tidak

رُبّـَماَ دَلـَّهُمُ الاَدابُ علَى تَركِ الطلبِ اِعْتماداً على قِسـمتهِ واستغالا بذِكرِه عنْ مسـءـلتهِ

185. “ Terkadang Allah menunjukkan pada hambanya (para ‘Arif) adabnya seorang hamba untuk tidak meminta/berdo’a karena menyerah pada kebijaksanaan dan merasa puas dengan pembagian dari Allah, dan terlalu sibuk berdzikir sehingga tidak sempat minta-minta”

  1. Syarah
  2. Ada sebagian ‘Arifin yang mereka terkadang terpaksa untuk tidak meminta, dan menyerah pada Allah dan hanya mengandalkan pembagian yang sudah ditetapkan Allah dizaman ‘azal.

    Para ulama ada yang berbeda pendapat tentang lebih utama mana antara meminta/berdo’a atau diam/tidak meminta.

    Ada yang berpendapat: lebih utama berdo’a, karena berdo’a itu bagian dari ibadah, dan mengerjakan perkara yang disebut ibadah itu lebih utama daripada meninggalkannya.

    Sebagian berpendapat : diam dan tidak berdo’a dan merasa puas dan ridho dengan berlakunya hukum (qodho’) itu lebih sempurna dan diridhoi, karena sesuatu yang sudah dipilihkan Allah untuk kita itu lebih itu lebih utama daripada pilihan kita. Dalam hidist qudsi Allah berfirman : barang siapa tersikkan dzikir kepadaKu dan meninggalkan meminta kepadaKu, Aku akan memberi yang terbaik dari apa yang Aku berikan pada orang yang meminta.

    Dan ada yang berpendapat: waktu itu berbeda-beda, adakalanya lebih utama berdo’a dan adakalanya lebih baik diam, sebagaimana yang dikatakan Syeih Abul-Qosim Al-Qusyairi ra.

    Apabila hati lebih condong kepada do’a, maka lebih baik berdo’a, dan apabila hati lebih condong diam, maka diam dan tidak berdo’a lebih baik,. Apabila hati lebih condong kepada ridho, dan puas dengan pembagian dan pilihan dari Allah, dan lebih memperbanyak dzikir itulah adab tatakrama yang utama.


    إنّـَما يُذَكَّرُ من يجُوزُ لهُ الاِغْـفالُ وإنّـَما ينبـَّهُ من يُمْكنُ لهُ الاِهمالُ

    186. “ Sesungguhnya yang harus diingatkan itu hanya orang yang mungkin lupa, dan yang harus ditegur itu hana orang yang mungkin teledor(sembrono)”.

    1. Syarah
    2. Apakah mungkin Allah itu lupa? Kok harus dingingatkan dengan meminta, Dan apakah mungkin Allah itu teledor, sehingga tidak memperhatikan hambanya? Itu tidak mungkin, dan itu muhal bagi Allah. Maka bagi para ‘Arif meninggalkan meminta itu bagian dari adab tatakrama kepada Allah.

      Syeih Abu Bakar Al-Wasithi ra. Ketika diminta mendo’akan muridnya, lalu ia berkata: Saya kuatir kalau saya berdo’a, lalu ditanyakan kepadaku begini: kalau kamu meminta kepadaKu (Allah) apa yang menjadi hakmu, berarti engkau curiga kepadaKu, dan bila kau meminta apa yang bukan menjadi hakmu, berarti engkau telah menyalahgunakan kewajibanmu untuk memuji kepadaKu, dan bila kau ridho maka Aku akan menjalankan padamu apa yang sudah Aku tetapkan pada masa yang sudah lalu(zaman ‘Azal).

      Syeih Abdulloh bin Munazil berkata: sejak lima puluh tahun saya tidak pernah berdo’a meminta kepada Allah, juga tidak ingin di do’akan oleh oranglain. Sebab segala sesuatu berjalan menurut apa yang telah ditetapkan oleh Allah dizman ‘azal, dan saya sudah merasa puas dengan itu.

Tidak ada komentar