Malu Meminta Karena Sudah Puas
“ Terkadang seorang ‘Arif itu malu meminta hajatnya kepada Tuhannya karena sudah merasa rela(puas dengan kehendakNya, maka bagaimana tidak malu meminta hajat/kebutuhannya kepada makhlukNya.”
- Syarah
Pada hikmah ke 185-186, telah banyak dibahas tentang lebih utama mana antara meminta/berdo’a atau tidak, dan merasa puas dengan pembagian dan pilihan Allah, dan pada hikmah ini Syeih ibnu ‘Ato’illah menerangkan tentang sikap para ‘Aarif yang malu meminta hajatnya kepada Allah, karena sudah merasa puas dengan kehendak Allah, apalagi meminta kepada makhluk.
Syeih Sahl bin Abdulloh ra. berkata : Tiada suatu nafas atau hati melainkan diperhatikan oleh Allah pada tiap detik, baik siang maupun malam, maka apabila Allah melihat dalam hati itu ada hajat kepada sesuatu selain Allah, niscaya Allah mendatangkan iblis untuk hati itu.
Syeih Abu Ali Ad-daqqoq berkata : suatu tanda dari makrifat itu, tidak meminta hajat/kebutuhan kecuali kepada Allah, baik besar maupun kecil. Contoh nabi Musa as. Yang rindu ingin melihat Allah ia berkata : “ Robbi arini andhur ilaika. Dan ketika ia membutuhkan roti ia berdo’a : Robbi innii lamaa anzalta ilayya min khoirin faqiir.(Ya Tuhan sungguh aku terhadap apa yang engkau berikan kepadaku dari makanan itu sangat membutuhkan).
Nabi Ibrohim ketika akan dilemparkan kedalam api, ia didatangi malaikat Jibril dan ditanya : Apakah engkau ada hajat ? jawabnya : kepadamu tidak. Dan kepada Allah? Ya. Jika demikian mintalah kepada Allah. Jawab Ibrohim : Hasbi min su-ali ilmuhu billahi. (Cukup bagiku, Ia mengetahui keadaanku sehingga tidak usah saya minta kepadaNya).
Syeih Abul Hasan As-Syadzili ra. Ketika ditanya tentang ilmu kimia jawabnya : Keluarkanlah semua makhluk dari dalam hatimu, dan putuskan harapanmu untuk mendapat sesuatu selain yang telah ditentukan oleh Tuhanmu untuk kamu. Allah berfirman : “Sabarlah terhadap hukum Tuhanmu karena engkau selalu dibawah pengawasan Kami”.
Post a Comment