Menyikapi Keragaman Kelompok dalam Islam
Menyikapi Keragaman Kelompok dalam Islam
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِ الْــمُؤْمِنِينَ فَأَصْبَحُوا بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا مُتَحَابِّيْن، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلـهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِلَهُ اْلأَوَّلِيْن وَاْلآخِرِيْن، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، خَاتِمُ اْلأَنْبِيَاءِ وَإِمَامِ الْــمُرْسَلِيْن.
اَللَّهُمَّصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ،وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
أَمَّا بَعْدُ،فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْـمُتَّقُوْن، قَالَ اللهُ جَلَّ فِي عُلَاه:
(يَاأَيُّهَاالَّذِينَآَمَنُوااتَّقُوااللَّهَحَقَّتُقَاتِهِوَلَاتَمُوتُنَّإِلَّاوَأَنْتُمْمُسْلِمُونَ)
(يَاأَيُّهَاالنَّاسُإِنَّاخَلَقْنَاكُمْمِنْذَكَرٍوَأُنْثَىوَجَعَلْنَاكُمْشُعُوبًاوَقَبَائِلَلِتَعَارَفُواإِنَّأَكْرَمَكُمْعِنْدَاللَّهِأَتْقَاكُمْإِنَّاللَّهَعَلِيمٌخَبِيرٌ)
Jamaah jumat yang dirahmati Allah..
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan selalu taat dengan segala apa yang Ia perintahkan, dan menjauhi semua yang Ia larang. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang konsisten dan teguh dalam berpegang kepada syariat Allah.
Jamaah jumat yang dirahmati Allah..
Di antara kebijaksanaan Allah dalam menciptakan makhluknya adalah keragaman dan perbedaan yang Allah adakan di alam semesta ini. Keindahan dan keseimbangan alam tidak akan terjadi tanpa keanekaragaman tersebut. Allah menciptakan berbagai jenis makhluk, dengan berbagai bentuk dan keistimewaannya masing-masing. Bahkan dalam setiap jenis makhluk, di dalamya juga terdapat keanekaragaman bentuk, warna, kemampuan dan lain-lain.
Manusia misalnya. Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa; dengan warna kulit, warna rambut, postur tubuh dan bentuk yang berbeda-beda. Setiap manusia juga mempunyai kekhususan yang menjadikannya istimewa dan unik jika dibandingkan dengan manusia lain.
Allah juga melebihkan sebagian manusia dengan kekayaan, kecerdasan, sifat dan karakter serta berbagai kondisi yang membuat kehidupan menjadi seimbang. Dengan perbedaan dan keunikan yang dimiliki masing-masing individu, roda kehidupan bisa berputar dengan sempurna karena timbul harmoni dengan saling mengisi kekurangan. Tidak akan ada orang yang kaya, kalau tidak ada yang miskin. Orang bisa disebut kaya karena ia memiliki harta yang lebih banyak dari orang lain. Demikian juga tidak ada orang mulia kalau tidak ada yang hina. Dia dianggap mulia karena dibandingkan dengan orang lain yang mempunyai sifat yang buruk dan merendahkan martabatnya. Dengan demikian, keragaman dan perbedaan yang Allah ciptakan adalah keniscayaan yang harus ada dalam kehidupan. Tanpa keragaman tersebut, kehidupan menjadi pincang, membosankan dan tidak menarik.
Maka, dalam alquran Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ (الروم: 22)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Q.S ar-Rum: 22)
Allah juga berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal…”(Q. S al-Hujurat: 13)
Jamaah jumat yang dirahmati Allah..
Sebagaimana perbedaan terjadi dalam hal-hal yang bersifat fisik, keragaman juga bisa terjadi dalam memahami ajaran agama. Oleh karena itu kita melihat berbagai macam corak pemikiran dan pandangan dalam Islam. Terdapat banyak kelompok, organisasi, jam’iyyah, jama’ah dan madzhab serta aliran yang berbeda-beda. Semuanya berafiliasi kepada Islam dan menyatakan diri sebagai bagian dari umat Islam.
Dengan keragaman yang ada, justru membuat kita mempunyai pilihan-pilihan untuk menentukan corak pemikiran Islam mana yang akan kita ikuti. Dengan membandingkan kelebihan dan kekurangan setiap organisasi Islam, kita bisa menentukan sikap untuk bergabung dengan organisasi yang mana yang menurut kita paling dekat kepada kebenaran dan paling tinggi nilai manfaatnya. Artinya, keragaman yang ada adalah rahmat dari Allah kepada manusia, agar timbul sikap saling menghargai dan saling menyempurnakan.
Oleh karena itu, ada beberapa sikap yang seharusnya kita ambil dalam berinteraksi dengan keragaman kelompok dan pemikiran dalam agama Islam, agar perbedaan yang ada tidak menimbulkan perpecahan dan kebencian, apalagi sampai berakibat saling memusuhi dan menjatuhkan.
Yang pertama; beramal dengan ikhlas kepada Allah subhanahu wataala dan membersihkan hati dari hawa nafsu. Kita perlu mendasari cara beragama kita dan pilihan yang kita ambil dalam mengikuti suatu pendapat atau suatu kelompok atas dasar mencari ridha Allah, bukan karena nafsu duniawi. Hal yang sama juga kita perlu lakukan dalam menilai kaum muslimin yang mempunyai pendapat dan cara pandang yang berbeda dengan kita. Hendaklah kacamata yang digunakan adalah ridha Allah, bukan dengki dan iri hati, juga bukan persaingan dan kompetisi. Allah ta’ala berfirman:
وَمَاأُمِرُواإِلَّالِيَعْبُدُوااللَّهَمُخْلِصِينَلَهُالدِّينَحُنَفَاء …(البينة: 5)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”(Q.S al-An’am: 162-163)
Jika kita beragama karena mencari ridha Allah dan dalam rangka mewujudkan ketaatan kepada Alla, maka tidak mungkin kita akan memusuhi kaum muslimin lain, hanya karena ia berbeda pandangan dengan kita.
Yang kedua; tidak fanatik terhadap seorang tokoh, suatu kelompok atau pemikiran. Kebenaran tidak mengenal tempat dan tidak menjadi monopoli kelompok atau ulama tertentu. Kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, walaupun itu ada pada orang yang kita benci atau kelompok yang kita anggap menyimpang. Janganlah kecintaan kepada seorang ulama atau keanggotaan dalam sebuah organisasi Islam membuat kita buta dan tuli, sehingga tidak mau menerima kebenaran dari ulama atau kelompok lain. Karena sekali lagi, ketika kita mengikuti seorang tokoh atau organisasi Islam, kita mengikutinya atas dasar keikhlasan kepada Allah, bukan fanatik dan cinta buta yang tidak dilandasi dengan pemahaman. Dalam sebuah hadis dikatakan:
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ
“Dari Jubair bin Muth’im, bahwasannya Rasulullah shallallahu alahi wasallam bersabda: “Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada fanatisme, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang atas nama fanatisme, dan bukan termasuk golongan kami orang mati karena fanatisme.”(H.R Abu Dawud)
Yang ketiga; bersikap obyektif dalam menilai orang lain atau kelompok lain. Karena setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian juga setiap kelompok mempunyai jasa baik terhadap Islam, sekecil apapun jasa tersebut. Dan karena Islam mengajarkan kepada kita untuk berlaku adil dan obyektif, bahkan kepada orang yang paling kita benci. Dan kelompok-kelompok dalam Islam pastinya bukan orang yang seharusnya kita benci, sehingga kewajiban untuk bersikap obyektif kepada mereka menjadi lebih jelas. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (المائدة: 8)
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S al-Maidah: 8)
Sikap obyektif ini bisa diwujudkan dengan apresiasi terhadap organisasi Islam lain yang telah melakukan suatu hal yang bermanfaat untuk Umat Islam. Tidak perlu ada perasaan iri karena bukan kelompok kita yang berprestasi, karena pada dasarnya semua kaum muslimin adalah saudara kita, terlepas dari organisasi Islam apa yang mereka ikuti. Sehingga prestasi mereka juga menjadi hal yang menggembirakan bagi kita, karena kita seperti satu tubuh yang satu. Rasulullah SAW bersabda:
تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Engkau melihat kaum mukminin dalam cinta dan kasih mereka seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh mengeluh sakit, semua badan tidak bisa tidur dan merasakan demam.”(H.R. al-Bukhari)
Yang keempat; ber-husnudzdzon dan mendoakan kebaikan untuk kelompok lain. Janganlah melihat orang yang berbeda dengan kita dengan kacamata gelap dan selalu berprasangka buruk. Karena Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu mencari alasan-alasan yang baik untuk sebuah hal yang kita sangka sebagai kesalahan dari orang lain. Dan karena pada dasarnya tidak ada yang benar-benar mengetahui hakikat suatu masalah kecuali Allah subhahanahu wataala. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ(الحجرات: 12)
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa…” (Q. S al-Hujurat: 12)
Rasul juga bersabda:
إِيَّاكُمْوَالظَّنَّفَإِنَّالظَّنَّأَكْذَبُالْحَدِيثِ…
“Jauhilah oleh kalian berprasangkan, karena prasangkan adalah perkataan yang paling dusta.” (H.R Abu Dawud)
Dalam perbedaan kita dengan kelompok lain, hendaklah kita senantiasa mendoakan kebaikan untuk seluruh umat Islam. Jangan biarkan perbedaan memunculkan kebencian. Lawanlah lintasan rasa benci yang mungkin muncul dengan lantunan doa untuk setiap saudara muslim kita.
Yang kelima; hendaklah kita mencari titik persamaan dan bekerjasama dalam hal yang disepakati. Alangkah dahsyatnya kekuatan umat Islam apabila semua potensi yang ada disinergikan. Sudah pasti kita tidak bisa bekerjasama dalam semua hal, karena akan ada sekat-sekat yang muncul karena perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan. Tapi yakinlah, bahwa masih sangat banyak masalah yang disepakati dan bisa menjadi lahan untuk bekerjasama antara kelompok dan organisasi Islam yang ada. Kesampingkan sisi-sisi perbedaan, dan carilah titik-titik persamaan yang menumbuhkan perasaan bersaudara dan berjuang bersama. Karena tuhan kita sama, agama kita sama, nabi kita sama, kiblat kita sama, sholat dan ibadah kita sama, dan kita dipanggil dan dikenal di dunia ini dengan panggilan yang sama, yaitu: kaum muslimin.
Oleh karena itu, salah seorang tokoh pergerakan Islam menyebutkan sebuah kaedah penting dalam interaksi antara kelompok-kelompok Islam dengan mengatakan:
نَتَعَاوَنُ فِيْمَا اتَّفَقْنَا، وَيَعْذُرُ بَعْضُنَا بَعْضًا فِيْمَا اخْتَلَفْنَا
“Hendaklah kita saling bekerjasama dalam hal-hal yang kita sepakati, dan hendaklah kita saling memaklumi dan memaafkan dalam hal-hal yang kita berselisih.”
Demikianlah beberapa sikap yang harus kita lakukan dalam interaksi antara kelompok dan organisasi Islam yang berbeda. Pada akhirnya setiap kita akan berdiri di depan Allah untuk mempertanggung jawabkan pilihan-pilihan kita dalam beragama. Dan sampai saat itu terjadi, kita tidak bisa memastikan kelompok mana yang paling benar dan paling diridhai Allah subhanahau wataala. Maka tidak perlulah kita meng-klaim kebenaran hanya pada kelompok kita. Tidak perlu juga kita menyerang, merendahkan, menbid’ahkan, menganggap sesat, bahkan mengkafirkan kelompok lain hanya karena mereka berbeda dengan kita. Mari kita suburkan persaudaraan antara sesama kita, dan kita sinergikan semua potensi umat untuk mewujudkan kebangkitan Islam di dunia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم،أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ اَلدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه، أَمَّا بَعْدُ :
فَيَا عَبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلاَ تَـمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون:
﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَـجِيْد، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعَيْن، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنـِّكَ وَكَرِمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن .
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإسَلَامَ وَالْـمُسْلِمِيْن وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْن .
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،
أَقِيْمُوا الصَّلَاة
Post a Comment