Adab-Adab Haji
Adab-Adab Haji
Segala puji bagi Allah I shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Rasulullah, nabi kita Muhammad bin Abdullah r, kepada keluarga, para
sahabat, dan para pengikutnya yang setiap. Amma ba'du:
Adab-adab yang sudah seharusnya
diketahui dan diamalkan oleh orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah
untuk memperoleh umrah yang diterima dan haji yang mabrur lagi penuh berkah
sangat banyak, di antaranya adab yang wajib, adab yang sunnah, dan saya
menyebutkan sebagian darinya sebagai contoh, bukan menyebutkan semuanya, adalah
yang berikut ini:
- Istikharah kepada Allah I dalam
menentukan waktu, kenderaan, dan teman, serta arah jalan jika banyak arah
jalan, juga meminta pendapat orang-orang shalih dalam hal itu. Adapun
ibadah haji, sesungguhnya ia sangan baik, tanpa diragukan lagi. Dan cara
shalat istikharah adalah shalat dua rekaat kemudian berdoa dengan yang
warid.[1]
- Orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah harus berniat
melaksanakan keduanya karena Allah I dan
mendekatkan diri kepadanya, janganlah ia bertujuan untuk mendapatkan
dunia, atau membanggakan diri, atau mendapatkan gelar, atau riya dan
sum'ah. Sesungguhnya hal itu menjadi penyebab hilangnya pahala ibadah dan
tidak diterima. Firman Allah I:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لله رَبِّ الْعَالَمِينَ * لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ
أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْـمُسْلِمِينَ
Katakanlah:"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki
dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, *
tiada sekutu baginya;dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (QS. al-An'aam:162-163)
] قُلْ إِنَّمَا أَنَا
بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah:"Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:"Bahwa sesungguhnya Ilah
kamu itu adalah Ilah Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya". (QS.al-Kahf:110)
Seharusnya seperti inilah seorang, ia tidak bertujuan kepada selain Allah I dan negeri akhirat, dan karena
inilah Allah I berfirman:
] مَّن كَانَ يُرِيدُ
الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا
لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا
مَّدْحُورًا [
Barangsiapa
menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia
itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
(QS. al-Isra`18)
Dan di
dalam hadits qudsi:
((أنا أغنى الشركاء عن الشرك، من عمل عملاً
أشرك فيه معي غيري تركته وشركه)
'Aku paling kaya dari sekutu (tidak membutuhkan sekutu),
barangsiapa yang melakukan amal perbuatan yang ia menyekutukan Aku dengan yang
lain, niscaya Aku meninggalkannya dan sekutunya."[2]
Dan Nabi r merasa
khawatir terjadinya syirik kecil terhadap umatnya, beliau r bersabda:
((إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك
الأصغر)) فسُئل عنه فقال: ((الرياء))
"Sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan terhadap umatku adalah syirik kecil.' Lalu beliau r ditanya tentang hal
itu, beliau menjawab: Riya'.'[3]
Dan beliau r bersabda:
'Barangsiapa yang ingin didengar (suka didengar orang lain) niscaya Allah I
memperdengarkan dengannya, dan barangsiapa yang ingin dilihat (riya) niscaya
Allah I
memperlihatkan dengannya."[4]
Dan firman Allah I:
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا الله
مُخْلِصِـينَ لَهُ الدِّينَ
حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ
الْقَيِّمَة
Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan
kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan meunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS.
al-Bayyinah:5)
- Seseorang yang ingin melaksanakan ibadah haji dan umrah harus memahami
hukum-hukum haji dan umrah. Juga hukum-hukum safar sebelum melaksanakan
perjalanan, seperti qashar, jama', hukum-hukum tayammum, mengusap dua
khuf, dan yang lainya yang dibutuhkannya di dalam perjalanan menunaikan
manasik haji. Rasulullah r
bersabda:
((من يرد الله به خيرًا [5]يفقهه في الدين))
"Barangsiapa
yang Allah I menghendaki
kebaikan dengannya niscaya Dia I memberikan
pemahaman kepadanya dalam masalah agama."[6]
- Bertaubat dari segala perbuatan dosa dan maksiat, sama saja ia berhaji
atau umrah, atau yang lainnya. Maka ia harus bertaubat dari semua dosa.
Dan hakikat taubat adalah: berhenti dari semua dosa dan meninggalkannya,
menyesali perbuatannya dan berteguh hati tidak akan mengulanginya. Dan
jika berbuat zalim kepada orang lain, ia harus mengembalikan atau meminta
halal darinya. Sama saja ia: merupakan kehormatan atau harta atau yang
lainya dari sisi yang diambil kebaikannya untuk saudaranya. Jika ia tidak
mempunyai kebaikan niscaya diambil dari dari kejahatan saudaranya lalu
dicampakkan kepadanya.[7]
- Orang yang melaksakan haji dan umrah harus memilih harta yang halal
untuk haji dan umrahnya, karena Allah I Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik, dan
karena harta yang haram menyebabkan tidak diterima doa.[8]
Dan darah apapun yang berasal dari harta yang haram maka api neraka lebih
utama dengannya.[9]
- Disunnahkan baginya menulis wasiatnya, dan segala yang terkait hak dan
kewajibannya, ajal (umur) ada di sisi Allah I. Firman Allah I:
] إِنَّ الله عِندَهُ
عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأَرْحَامِ وَمَا
تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ
تَمُوتُ إِنَّ الله عَلِيمٌ خَبِيرٌ [
Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman:34)
Dan Nabi r bersabda:
((ما حق امرئ مسلم له شيء يريد أن يوصي فيه
يبيت ليلتين إلا ووصيته مكتوبة عنده))
"Tidak
ada hak bagi seorang muslim yang dia ingin berwasiat padanya yang berlalu dua
malam kecuali wasiatnya tertulis di sisinya."[10]
Dia
bersaksi atasnya, membayar hutangnya, mengembalikan titipan kepada pemiliknya
atau meminta ijin kepada mereka agar tetap padanya.
- Dianjurkan agar ia berpesan (berwasiat) kepada keluarganya agar selalu
bertaqwa kepada Allah I, dan
ia merupakan wasiat generasi pertama dan terakhir:
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا
الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ الله
وَإِن تَكْفُرُواْ فَإِنَّ لله مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَانَ
الله غَنِيًّا حَمِيدًا
...dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang
diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah.
Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan
apa yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(QS.
an-Nisaa`:131)
- Berusaha dalam memilih teman yang shalih dan dari penuntut ilmu
syar'i. Maka sesungguhnya hal ini termasuk sebab mendapat taufik dan tidak
terjerumus dalam kesalahan di tengah perjalanan, saat haji dan umrahnya.
Berdasarkan sabda Nabi r:
))الرجل
على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل ((
"Seseorang
menurut agama temannya, maka hendaklah salah seorang darimu melihat siapakah
yang ditemani."[11]
Dan sabdanya r:
((لا تصاحب إلا مؤمنًا ولا يأكل طعامك إلا تقي))
"Janganlah
engkau berteman kecuali orang yang beriman dan janganlah memakan makananmu
kecuali orang yang taqwa."[12]
Dan Nabi r
menggambarkan teman yang shalih itu bagaikan orang yang membawa minyak wangi
dan teman yang jahat seperti orang yang meniup pandai besi.[13]
- Merantunkan keluarga, karib kerabat, dan para ulama dari tetangga dan
sahabatnya. Nabi r
bersabda:
((من أراد سفرًا فليقل لمن يخلِّف: أستودعكم
الله الذي لا تضيع ودائعه))
"Barangsiapa
yang ingin melakukan safar hendaklah ia berkata kepada yang ditinggalkan: aku
menitipkan kamu kepada Allah r yang tidak sia-sia
barang titipannya."[14]
Dan Nabi r
mengantarkan sahabatnya apabila salah seorang dari mereka ingin safar, beliau
bersabda:
((أستودع الله دينك وأمانتك وخواتيم عملك))
'Aku menitipkan engkau kepada
Allah I agamamu,
amanahmu, dan kesudahan/penutup amalmu."[15]
Dan beliau r bersabda
kepada musafir yang memohon nasihat kepada beliau r:
((زوَّدك الله
التقوى، وغفر ذنبك، ويسَّر لك الخير حيثُ ما كنتَ ((
"Semoga Allah I menambah
taqwamu, mengampuni dosamu, memudahkan kebaikan untukmu di manapun engkau
berada."[16]
Dan seorang laki-laki datang kepada Nabi r, ia ingin
safar, ia berkata: Ya Rasulullah, berilah pesan kepadaku! Beliau r bersabda:
((أوصيك بتقوى
الله والتكبير على كل شرف)
'Aku berpesan kepadamu agar selalu bertaqwa kepada Allah I dan membaca
takbir di setiap tempat yang tinggi." Maka setelah ia pergi, beliau r berdoa:
اللهم ازوِ له الأرض، وهوِّن عليه السفر
'Ya Allah, pendekkanlah bumi untuknya dan mudahkanlah
perjalanannya."[17]
- Janganlah ia membawa lonceng, suling dan anjing, berdasarkan sabda
Nabi r:
لا تصحب الملائكة رفقة فيها كلب ولا جرس
'Malaikat
tidak menyertai rombomngan
perjalanan yang padanya terdapat anjing dan lonceng."[18]
Dan darinya, Rasulullah r bersabda:
الجرس
مزامير الشيطان
"Lonceng
adalah suling syetan."
- ِApabila
ingin melaksanakan safar untuk melaksanakan haji bersama salah satu
istrinya, jika ia mempunyai lebih dari satu, ia mengundi di antara mereka,
siapapun yang terpilih ia keluar bersamanya, berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu
'anha, ia berkata: 'Apabila Rasulullah r ingin melakukan safar, beliau mengundi di antara
para istrinya. Siapapun yang terpilih, ia keluar bersamanya.'[19]
Inilah sunnah, apabila ia ingin safar bersama salah satu istrinya, maka
mengundi adalah pilihan terbaik.[20]
- Dianjurkan agar keluar melakukan safar pada hari Kamis di permulaan
siang karena perbuatan Nabi r. Ka'ab
bin Malik t
berkata: 'Jarang sekali Rasulullah r keluar
bila melakukan safar kecuali pada hari Kamis.'[21]
Dan beliau r
mendoakan kepada umatnya agar mendapat berkah di pagi hari, beliau r
bersabda:
اللهم بارك لأمتي في بكورها
'Ya Allah, berilah berkah untuk umatku di pagi harinya."[22]
- Dianjurkan agar membaca doa keluar rumah, ia membaca saat keluar
rumah: 'Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah I, tidak
ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah I."[23]
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu bahwa aku menyesatkan atau
disesatkan, aku tergelincir atau digelincirkan, aku berbuat zalim atau
dizalimi, aku bertindak bodoh atau dibodohi."[24]
- Disunnahkan berdoa dengan doa safar, apabila menaiki tunggangannya,
atau mobilnya, atau pesawat, atas kenderaan lainnya, maka ia membaca:
((الله أكبر، الله
أكبر، الله أكبر)) ] سُبْحانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ
مُقْرِنِينَ * وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ [، ((اللهمّ إنا نسألك
في سفرنا هذا البر والتقوى، ومن
العمل ما ترضى، اللهمّ هوِّن علينا سفرنا هذا واطو عنا بعده، اللهمّ أنت الصاحب في
السفر، والخليفة في الأهل، اللهمّ إني أعوذ بك من وعثاء السفر، وكآبة المنظر، وسوء
المنقلب: في المال، والأهل..)) وإذا رجع من سفره قالهن وزاد فيهن: ((آيبون، تائبون، عابدون، لربنا حامدون))
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar.:(Maha Suci Dia yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal
sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali
kepada Rabb kami") Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan
dan taqwa dalam perjalanan kami ini, dan dari perbuatan yang Engkau ridhai. Ya
Allah, mudahkanlah untuk kami perjalanan ini dan dekatkanlah jauhnya dari kami.
Ya Allah, Engkau ada sahabat dalam perjalanan, khalifah dalam keluarga. Ya
Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari kesusahan perjalanan,
beratnya pandangan dan buruk tempat kembali dalam harta dan keluarga..."
dan apabila pulang, ia membacanya dan menambahkan: 'Kembali, bertaubat, dan
menyembah, kepada Rabb kami memuji."[25]
- Disunnahkan agar ia tidak melakukan safar sendirian kecuali bersama
teman, berdasarkan sabda Nabi r:
((لو يعلم الناس ما في الوحدة ما
أعلم ما سار راكب بليل وحده))
"Jika
manusia mengetahui dalam kesendirian seperti yang aku ketahui niscaya orang
yang bertunggangan tidak melakukan perjalanan sendirian."[26]
Dan beliau r bersabda:
الراكب شيطان، والراكبان شيطانان،
والثلاثة ركب
"Satu orang yang bertunggangan adalah syetan, dua orang adalah dua
syetan dan tidak orang adalah rombongan."[27]
- Orang-orang musafir mengangkat salah seorang dari mereka sebagai
pemimpin (amir) untuk lebih menyatukan mereka, menguatkan kesepakatan
mereka, memperkokoh untuk memperoleh tujuan mereka, Nabi r
bersabda:
((إذا خرج
ثلاثة في سفر فليؤمِّروا أحدهم))
"Apabila tiga orang keluar, maka hendaklah mereka mengangkat salah
seorang dari mereka sebagai pemimpin."[28]
- Apabila orang-orang yang musafir singgah di satu tempat, dianjurkan
agar bergabung satu sama lain. Para sahabat Nabi r,
apabila singgah di satu tempat, mereka berpencar di berbagai tempat, maka
Nabi r
bersabda:
إنما تفرقكم في هذه الشعاب
والأودية إنما ذلكم من الشيطان
"Sesungguhnya
yang memisahkan kamu di lembah dan jurang ini adalah syetan."[29]
Setelah itu mereka saling bergabung satu sama lain sehingga bila dibuka satu
pakaian/tikar untuk mereka niscaya sudah mencukupi.
- Apabila singgah di satu tempat di dalam perjalanan atau yang lainnya,
dianjurkan membaca doa yang diriwayatkan dari Nabi r:
أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق
'Aku berlindung dengan
kalimah-kalimah Allah I yang
sempurna dari kejahatan yang Dia ciptakan." Apabila ia membaca doa
tersebut maka tidak ada yang membahayakannya sehingga ia meninggalkan tempat
itu.[30]
- Dianjurkan agar membaca takbir di dataran yang tinggi dan membaca
tasbih di dataran rendah. Jabir t
berkata: "Apabila kami menaikit dataran tinggi kami membaca takbir
dan apabila menuruni lembah kami membaca tasbih."[31]
Dan mereka tidak mengangkat suara mereka saat membaca takbir. Nabi r
bersabda:
((يا أيها الناس اربعوا على أنفسكم؛ فإنكم لا تدعون أصم ولا
غائبًا، إنه معكم، إنه سميع قريب))
'Wahai manusia, kasihani dirimu, sesungguhnya kamu tidak memanggil orang
yang tuli dan tidak pula gaib. Sesungguhnya Dia bersamamu, sesungguhnya Dia I Maha
Mendengar lagi Maha Dekat."[32]
- Dianjurkan membaca doa saat memasuki perkampungan atau kota, maka ia
membaca saat melihatnya:
(اللهم
ربَّ السموات السبع وما أظللن، ورب الأرضين السبع وما أقللن، ورب الشياطين وما
أضللن، ورب الرياح وما ذرين، أسألك خير هذه القرية وخير أهلها، وخير ما فيها،
وأعوذ بك من شرها وشر أهلها وشر ما فيها)
"Ya Allah, Rabb tujuh lapis langit dan
yang dinaunginya, Rabb tujuh lapis bumi dan yang dipikulnya, Rabb syetan dan
yang mereka sesatkan, Rabb angin dan yang ditiupnya, aku memohon kepada-Mu
kebaikan perkampungan ini dan kebaikan penduduknya serta kebaikan yang ada
padanya dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya, kejahatan penduduknya,
dan kejahatan yang ada padanya."[33]
- Dianjurkan saat melakukan perjalanan, agar berjalan di malam hari,
terutama di permulaannya, berdasarkan sabda Nabi r:
(عليكم
بالدُّلجة؛ فإن الأرض تُطوَى بالليل)
"Hendaklah kamu lakukan (perjalanan) di
saat gelap, maka sesungguhnya bumi dilipat di malam hari."[34]
- Disunnahkan agar membaca di waktu sahur, apabila fajar sudah nampak:
((
سمّع سامعٌ بحمد الله وحسن بلائه علينا. ربنا صاحبنا، وأفضل علينا عائذًا بالله من
النار ))
"Mendengar orang yang mendengar dengan
pujian bagi Allah I,
perlakuan-Nya yang baik kepada kita, wahai Rabb kami temanilah kami, berilah
karunia kepada kami, kami berlindung kepada Allah I dari api
neraka."[35]
- Disunnahkan memperbanyak doa di dalam haji dan umrah, sungguh pasti
akan dikabulkan dan diberikan permintaannya, berdasarkan sabda Nabi r:
((ثلاث دعوات
مستجابات لا شك فيهن: دعوة المظلوم، ودعوة المسافر، ودعوة الوالد على ولده
))
'Ada tiga doa yang pasti dikabulkan, tidak diragukan padanya:
doa orang yang teraniaya, doa orang yang safar, dan ayah untuk anaknya."[36]
Dan orang yang berhaji memperbanyak doa, demikian pula di atas Shafa dan
Marwah, di Arafah, di masy'aril haram setelah fajar, setelah melontar jumrah
yang kecil dan tengah pada hari-hari tasyriq karena Nabi r banyak membaca doa di enam
tempat ini dan mengangkat kedua tangannya.[37]
- Menyuruh yang ma'ruf dan melarang yang mungkar sebatas kemampuan dan
pengetahuannya. Ia harus berdasarkan ilmu dan pengertian terhadap yang
diperintah atau dilarang, selalu dengan cara lembut. Tidak diragukan bahwa
dikhawatirkan orang yang tidak mengingkari kemungkaran bahwa Allah I akan
menghukumnya dengan tidak diterima doa, berdasarkan sabda Nabi r:
والذي نفسي بيده لتأمرنَّ بالمعروف ولتنهونَّ عن المنكر أو
ليوشكنَّ الله أن يبعث عليكم عقابًا منه ثم تدعونه فلا يستجيب لكم
"Demi Allah I yang diriku
berada di tangannya, sungguh kamu menyuruh yang ma'ruf dan melarang yang
mungkar, atau Allah I menurunkan
siksa-Nya kepadamu, kemudian kamu berdoa, lalu Dia I tidak
mengabulkan doamu."[38]
- Menjauhkan diri dari semua perbuatan maksiat, maka janganlah ia
menyakiti seseorang dengan lisannya, tidak pula dengan tangannya.
Janganlah ia berdesakan dengan para jamaah yang bisa menyakiti mereka.
Jangan mengadu domba, jangan terjerumus dalam ghibah, jangan berdebat
bersama temannya dan orang lain kecuali dengan yang lebih baik. Jangan
berdusta, jangan berkata kepada Allah I yang dia tidak mengetahui, dan berbagai macam
perbuatan doa lainnya. Firman Allah I:
الـْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الـْحَجَّ
فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الـْحَجِّ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang
siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan Haji, maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan
haji.. (QS. Al-Baqarah:197)
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الـْمُؤْمِنِينَ وَالـْمُؤْمِنَاتِ
بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Dan
orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang
mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang
nyata. (QS. al-Baqarah :58)
Perbuatan maksiat di tanah haram tidak seperti di tempat lain, firman Allah
I:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَيَصُدُّونَ
عَن سَبِيلِ الله وَالـْمَسْجِدِ الـْحَرَامِ الَّذِي جَعَلْنَاهُ لِلنَّاسِ
سَوَاءً الْعَاكِفُ فِيهِ وَالْبَادِ وَمَن يُرِدْ فِيهِ بِإِلـْحَادٍ بِظُلْمٍ
نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi
manusia dari jalan Allah dan masjidil haram yang telah Kami jadikan untuk semua
manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang
bermaksud di dalamnya malakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami
rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih. (QS. al-Hajj:25)
- Menjaga semua kewajiban dan yang terbesar adalah shalat pada waktunya
secara berjamaah dan memperbanyak perbuatan ibadah seperti membaca
al-Qur`an, zikir, doa, berbuat baik kepada orang lain dengan ucapan dan
perbuatan, kasih sayang kepada mereka dan menolong mereka saat
membutuhkan. Nabi r
bersabda:
مثل
المؤمنين في توادهم، وتراحمهم، وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له
سائر الجسد بالسهر والحمى
"Perumpamaan
orang-orang beriman dalam kasih sayang dan saling menyayangi di antara mereka
adalah seperti satu tubuh, apabila salah satunya mengeluh/sakit niscaya semua
ikut merasakan dengan tidak bisa tidur dan badan panas."[39]
- Berakhlak yang mulia, dan akhlak yang baik itu mencakup: sabar,
lembut, tidak pemarah, perlahan, tidak terburu-buru dalam segala hal,
rendah diri, pemurah, adil, teguh, kasih sayang, amanah, zuhud dan wara',
tepat janji, malu, jujur, berbuat kebajikan, iffah, rajin, muru`ah, dan
karena pentingnya akhlak yang baik, Rasulullah r
bersabda: "Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaknya." [40]
((إن المؤمن ليدرك بحسن خلقه
درجة الصائم القائم ((
"Sesungguhnya seorang mukmin bisa mendapat derajat orang yang puasa
lagi shalat malam dengan akhlaknya yang baik."[41]
- Menolong yang lemah dan santun di dalam perjalanan: dengan jiwa,
harta, kedudukan, dan membantu mereka dengan kelebihan harta dan yang
lainnya yang diperlukan. Dari Abu Said t: 'Sesungguhnya mereka (para sahabat) bersama
Rasulullah r dalam
perjalanan, beliau r
bersabda:
((من كان معه فضل ظهر فليعُدْ به
على من لا ظهر له، ومن كان معه فضل زاد فليعُدْ به على من لا زاد له
((
'Siapa yang
mempunyai kelebihan punggung (punya kekuatan, kemampuan) maka hendaklah ia mendatangi
orang yang lemah, dan barangsiapa yang punya kelebihan bekal maka hendaklah ia
mendatangi orang yang tidak punya bekal." Lalu beliau
menyebutkan beberapa bagian harta
sehingga kami beranggapan bahwa tidak ada hak bagi seseorang dari kami dalam kelebihan (harta).[42]
Dan dari Jabir t, ia
berkata: 'Rasulullah r berada di
belakang dalam perjalanan, maka beliau r menolong
yang lemah[43]
dan membonceng serta mendoakan mereka."[44]
Ini menunjukkan kasih sayang beliau dan kesungguhannya r dalam membantu mereka, agar
kaum muslimin mencontoh beliau r dan
terutama sekali para penjabat.
- Segera pulang dan jangan menetap terlalu lama tanpa keperluan,
berdasarkan sabda Nabi r:
((السفر قطعة من العذاب، يمنع أحدكم
طعامه وشرابه، ونومه، فإذا قضى أحدكم نهمته فليعجل إلى أهله ((
"Safar
adalah satu bagian dari siksaan, seseorang darimu menahan makan, minum dan
tidurnya. Maka apabila ia telah menyelesaikan keperluannya maka hendaklah ia
segera pulang kepada keluarganya."[45]
- Saat pulang dari safarnya, disunnahkan membaca yang diriwayatkan dari
Nabi r
apabila pulang dari peperangan, atau haji, atau umrah: membaca takbir tiga
kali di dataran tinggi, kemudian membaca:
(لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك
وله الحمد وهو على كل شيء قدير، آيبون، تائبون، عابدون، ساجدون، لربنا حامدون، صدق
الله وعده، ونصر عبده، وهزم الأحزاب وحده)
Tiada Ilah
(yang berhak disembah) selain Allah I saja, tiada
sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya pujian, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (Kami) Kembali, bertaubat, beribadah, sujud, memuji kepada Rabb
kami. Allah I membenarkan
janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan tentara Ahzab (sekutu)
sendirian-Nya.[46]
- Apabila melihat kampung halamannya, dianjurkan membaca:
((آيبون،
تائبون، عابدون، لربنا حامدون ((
(Kami) Kembali, bertaubat,
beribadah, sujud, memuji kepada Rabb kami. Dan mengulangi kalimat itu
sehingga memasuki hampung halamannya, berdasarkan perbuatan Nabi r.[47]
- Jangan datang kepada keluarganya di malam hari, apabila sudah lama
pergi tanpa keperluan, kecuali apabila berita kedatangannya sudah sampai
kepada mereka dan menyampaikan kepada mereka waktu kedatangannya di malam
hari, berdasarkan larangan Nabi r
tentang hal itu. Jabir bin Abdullah t
berkata: "Rasulullah r
melarang laki-laki mengetuk pintu keluarganya di malam hari."[48]
Di antara hikmahnya adalah yang disebutkan dalam riwayat yang lain:
'Sehingga ia menyisir rambut yang kusut dan merapihkan dirinya." dan
dalam riwayat yang lain: 'Rasulullah r
melarang laki-laki mendatangi keluarganya di malam hari agar ia tidak mengagetkan mereka atau
memergoki mereka."[49]
- Dianjurkan bagi yang datang dari safar agar memulai dengan memasuki
masjid yang ada di sampingnya dan shalat dua rekaat di dalamnya,
berdasarkan perbuatan Nabi r:
كان إذا قدم من سفر بدأ بالمسجد فركع فيه ركعتين
'Beliau r apabila datang dari safar,
memulai dengan memasuki masjid, lalu shalat dua rekaat di dalamnya."[50]
- Disunnahkan bagi musafir yang baru tiba, agar bersikap lembut kepada
anak-anak dari keluarga dan tetangganya serta berbuat baik kepada mereka
apabila mereka menyambutnya. Dari Ibnu Abbas t, ia
berkata: 'Tatkala Nabi r tiba
di kota Makkah, anak-anak dari bani Muthalib menyambut beliau r, lalu
beliau r
mengangkat salah satunya dan yang lain di belakangnya.'[51]
Jabir bin Abdullah t
berkata:
كان
r إذا قدم من سفر تُلُقِّي بنا، فَتُلُقِّيَ بي وبالحسن أو بالحسين
فحمل أحدنا بين يديه والآخر خلفه حتى دخلنا المدينة
'Apabila beliau r datang dari
safar, beliau r
menemui kami, menemui aku dan Hasan t
atau Husain t,
lalu mengangkat salah satu dari kami di depannya dan yang lain di belakangnya
sampai kami memasuki kota."[52]
- Dianjurkan membawa hadiah, karena menyenangkan hati dan menghilangkan
permusuhan. Dianjurkan menerimanya dan memberi balasan atasnya.
Dimakruhkan menolaknya tanpa alasan syar'i. Karena inilah Nabi r
bersabda:
((تهادوا
تحابّوا ((
'Hendaklah
kamu saling memberi hadiah niscaya kamu saling mencintai."[53]
Hadiah adalah penyebab kecintaan di antara kaum muslimin. Karena inilah
sebagian mereka berkata:
Hadiah manusia, satu sama lain -
melahirkan keterkaitan di hati mereka
Diriwayatkan bahwa salah seorang jemaah haji pulang kepada keluarganya dan
tidak membawa apa-apa untuk mereka. Maka salah seorang dari mereka marah lalu
membaca sya'ir:
Jamaah haji saat ini tidak beribadah
- tidak membawa siwak dan tidak pula sendal darinya
Mereka datang kepada kami, maka tidak bermurah tangan dengan kayu arak -
Dan tidak pula meletakkan pemberian di telapak tangan anak kami.
Hadiah yang terindah adalah air zamzam karena ia penuh berkah. Nabi r bersabda tentang air zamzam:
إنها مباركة، إنها طعام طعم [وشفاء سقم]
"Sesungguhnya ia penuh berkah, sesungguhnya ia adalah makanan orang
yang makan dan (pengobat sakit)."[54]
Dari Jabir t, ia
memarfu'kannya:
((ماء زمزم لما
شُرِبَ له
"Air
zamzam untuk sesuatu yang ia niatkan."[55]
Disebutkan bahwa;
((كان يحمل ماء
زمزم في الأداوي والقرب، فكان يصب على المرضى ويسقيهم ((
Nabi r membawa air
zamzam di bejana dan geriba (tempat air dari kulit), maka beliau r memberikan kepada yang sakit
dan meminumkan mereka."[56]
- Apabila musafir datang ke
kotanya, disunnahkan berpelukan, berdasarkan perbuatan para sahabat Nabi r:
كانوا إذا تلاقوا تصافحوا، وإذا قدموا من سفر تعانقوا
"Apabila mereka (para sahabat)
bertemu, mereka saling bersalaman dan apabila mereka datang dari safar mereka
saling berpelukan."[57]
- Dianjurkan mengumpulkan teman-teman dan memberi makan kepada mereka
apabila datang dari safar, berdasarkan perbuatan Nabi r. Dari
Jabir bin Abdullah t:
Sesungguhnya tatkala Rasulullah r tiba
di kota Madinah, beliau r
menyembelih unta atau sapi." Mu'azd menambahkan dari Syu'bah, dari Muharib, ia mendengar Jabir t
berkata: 'Nabi r
membeli dariku satu ekor unta dengan dua uqiyah dan satu dirham atau dua
dirham. Maka tatkala beliau r sampai
di Shirar,[58]
beliau r
menyuruh menyembelih sapi, lalu disembelih maka mereka
memakannya...'al-hadits.[59]
Makanan ini dinamakan (naqi'ah), yaitu makanan yang dibuat orang yang
datang dari safar.[60]
Hadits ini dan yang senada menunjukkan anjuran bagi imam dan pemimpin
untuk memberi makan kepada para sahabatnya apabila tiba dari safar, dan ia
dianjurkan di sisi salaf.[61]
Inilah yang bisa ditulis berupa
adab-adab haji dan umrah. Aku memohon kepada Allah I agar memberi taufik kepada
semua jemaah haji dan umrah kepada yang dicintai dan diridhai-Nya. Semoga
shalawat dalam salam selalu tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan
para sahabatnya sekalian.
Ditulis oleh
Said bin Ali
bin Wahf al-Qahthani 19/10/1427
H.
[1] Lihat: al-Istikharah
dalam al-Bukhari 7/162 dan Hishnul Muslim hal 45.
[2] HR. Muslim, kitab
Zuhud dan Raqaiq, bab: Barangsiapa yang menyetukukan dalam ibadahnya kepada
selain Allah I.
[3] HR. Ahmad dalam Musnad 5/428 dan dihasankan
oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami' 2/45.
[4] Muttafaqun 'alaih
dari hadits Jundub t, al-Bukhari, kitab riqaq, bab riya dan sum'ah no.
6499, dan Muslim, kitab zuhud dan raqaiq, bab di antara syirik kepada selain
Allah I dalam ibadahnya.no. 2987.
[6] Al-Bukhari dari hadits Mu'awiyah t, kitab ilmu, bab: Barangsiapa yang Allah I menghendaki
kebaikan dengannya niscaya Dia I memberikan
pemahaman kepadanya dalam masalah agama.
[7] Lihat surah an-Nuur ayat 31 dan al-Bukhari,
kitab Riqaq, bab qishash di hari kiamat no. 6534, 6535.
[8] Lihat Shahih Muslim kitab Zakat, bab menerima
sedakah dari hasil usaha yang halal no. 1015.
[9] Abu Nu'aim dalam al-Hilyah 1/31, Ahmad dalam
az-Zuhd hal 164 dan dalam Musnad 3/321, ad-Darimi 2/229, dan selain mereka.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami' 4/172, dan lihat Fath
al-Bari 3/113.
[10] Muttafaqun 'alaih dari hadits Ibnu Umar t: al-Bukhari, kitab wasiat, bab wasiat no. 2738, dan Muslim, kitab
wasiat no. 1627.
[11] HR. Abu Daud, kitab
adab 3/188.
[12] HR. Abu Daud, kitab
Adab no. 4832, at-Tirmidzi kitab Zuhud, bab berteman orang yang beriman, no.
2395. dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud no.4832 dan
Shahih at-Tirmidzi no. 2519/
[13] Muttafaqun 'alaih, dari hadits Abu Musa u: al-Bukhari, kitab sembelihan dan buruan, bab misk no. 5534, dan
Muslim, kitab birr dan shilah, bab anjuran duduk bersama orang shalih dan
menjauhi teman yang buruk no. 2638.
[14] HR. Ahmad 2/403, Ibnu Majah, kitab jihad, bab
mengantarkan para pejuang dan melepaskan mereka no. 2825. dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Silsilah ahadits shahihah, no 16 dan 2547. dan shahih
Sunan Ibnu Majah 2/133.
[15] HR, Abu Daud, kitab Jihad, bab doa saat
melepaskan no.2600, at-Tirmidzi, kitab doa-doa, bab ucapan saat mengantarkan
seseorang no. 3442. dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi
3/155.
[16] HR. At-Tirmidzi kitab doa, bab ucapan apabila
mengantarkan seseorang no. 3444 dan Saikh al-Albani berkata dalam Shahih Sunan
at-Tirmidzi 3/149: Hasan shahih.
[17] HR. At-Tirmidzi,
kitab doa, bab darinya: pesannya r kepada musafir agar bertaqwa kepada Allah I dan membca takbir di setiap tempat yang tinggi. No. 3445, Ibnu Majah,
kitab Jihad, bab keutamaan berjaga dan membaca takbir saat berjuang fi
sabilillah no. 2771, Ahmad dan al-Hakim. Dishahihkan oleh al-Albani dalam
Shahih at-Tirmidzi 3./156, Shahih Ibnu Majah 2/124, dan Shahih Ibnu Khuzaimah
4/149.
[18] HR. Muslim, kitab pakaian dan perhiasan, bab
dibenci anjing dan lonceng dalam perjalanan no. 2113.
[19] Muttafaqun 'alaih. Al-Bukhari, kitab hibah,
bab pemberian istri kepada selain suaminya, no. 2593, dan Muslim, kitab
keutamaan sahabat, bab keutamaan Aisyah radhiyallahu 'anha no 2445.
[20] Saya mendengarnya dari Syaikh kami Imam Ibnu
Baz saat menerangkan shahih al-Bukhari no,. 2879.
[21] Al-Bukhari, kitab Jihad, bab siapa yang ingin
berperang, ia melakukan tauriyah dengan yang lain dan siapa yang ingin keluar
pada hari Kamis. No. 2948.
[22] HR.
Abu Daud, kitab Jihad, bab pagi hari melakukan safar no. 2606, at-Tirmidzi,
kitab jual beli, bab pagi hari berdagang no. 1212, Ibnu Majah, kitab
Perdagangan, bab diharapkan berkah di pagi hari no. 2236, Ahmad dalam Musnadnya
(1/154, 3/416). Abu Isa berkata: hadits hasan dan dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud 2/494 dan Shahih at-Tirmidzi 2/807.
[23] HR. Abu Daud, kitab
Adab, bab yang dibaca saat keluar dari rumahnya no. 5090, at-Tirmidzi dalam
kitab doa, ba yang dibaca saat keluar rumahnya no. 3426 dan ia berkata: ini
hadits hasan shahih gharib dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih
at-Tirmidzi 3/410 dan Shahih Sunan Abu Daud 3/959.
[24] HR. Abu Daud, kitab
Adab, bab yang dibaca saat keluar dari rumahnya no. 5094, at-Tirmidzi, kitab
doa, bab darinya no. 3427, an-Nasa`i, kitab berlindung, bab berlindung dari doa
yang tidak dikabulkan, no. 5536, Ibnu Majah, kitab doa, bab doa seseorang apabila
keluar dari rumahnya. At-Tirmidzi berkata: ini hadits hasan shahih. Dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi 3/959 dan Shahih Sunan Abu Daud
3/410-411
[25] HR. Muslim dalam kitab haji, bab yang dibaca
apabila mengenderai tunggangan menuju ibadah haji. No. 1342.
[26] HR. Al-Bukhari dalam
kitab Jihad dan perjalanan, bab perjalanan seorang diri saja no. 2998
[27] HR. Abu Daud, kitab
Jihad, bab laki-laki melakukan safar seorang diri no. 2607, at-Tirmidzi dalam
kitab jihad, bab dibenci melakukan safar seorang diri saja no. 1674, dan ia
berkata: hadits hasan shahih, dan Ahmad dalam musnadnya (2/186-214), al-Hakinm
dalam al-Mustadrak 2/102 dan ia berkata: Shahih isnad dan keduanya tidak
mengeluarkannya. Dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 62
dan Shahih at-Tirmidzi 2/245.
[28] HR. Abu Daud dalam
kitab jihad, bab satu yang safar dan mereka mengangkap salah seorang dari
mereka sebagai pemimpin, no. 8, 26, 9, 26 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahih Sunan Abu Daud 2/ 494- 495.
[29] HR. Abu Daud, kitab Jihad, bab dianjurkan
bergabungnya tentaran, no. 2628 dan shahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shahih Sunan Abu Daud 2/130.
[30] HR. Muslim, kitab zikir, doa, taubat, dan
istighfar. Bab berlindung dari keburukan qadha, nol. 2709.
[31] HR. al-Bukhari, kitab jihad, bab membaca
tasbir saat menuruni lembah no. 2993.
[32] HR. Al-Bukhari, kitab
jihad, bab dimakruhkan meninggikan suara dalam bertakbir no. 2992 dan Muslim
dalam kitab Zikir, doa, taubat dan istighfar, bab dianjurkan merendahkan suara
saat berzikir no. 2704.
[33] HR. an-Nasa`I dalam amal yaum wal
lailah no. 544, Ibnu Sunni dalam amal yaum wal lailah no. 524, Ibnu Hibban
dalam Mawarid Zham'an no. 2377. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya nol.2565,
al-Hakim dalam al-Mustadrak (1/446, 2/100) dan ia menshahihkannya dan disepakati
oleh adz-Dzahabi, dihasankan oleh Ibnu Hajar. Al-Haitsami berkata dalam Majma'
az-Zawaid 10/137, dan diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath dan
isnadnya hasan. Ibn Baz berkata dalam Tuhfatul Akhyar hal 37: Diriwayatkan
olah-an-Nasa`I dengan sanad yang hasan.
[34] HR. Abu Daud dalam kitab Jihad, bab dalam
kegelapan, no. 2571, al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/445, dan ia berkata: Shahih
menurut syarat dua syaikh dan keduanya tidak meriwayatkannya, disetujui olleh
adz-Dzahabi, al-Baihaqi salam Sunan Kubra 5/256 dan dishahihkan oleh Syaikh
al-Alabni dalam ash-Shahihah nol. 681 dan dalam Shahih Sunan Abu Daud 2/467.
[35] HR. Muslim dalam
kitab Zikir, doa, taubat dan istighfar. Bab berlindung dari keburukan yang
dilakukan dan dari keburukan yang tidak dilakukan. No. 2718.
[36] HR. Abu Daud dalam kitab witir, bab doa di
belakang no.1536, at-Tirmidzi dalam kitab Biir dan Shilah, bab doa kedua orang
tua no. 1905, Ibnu Majah dalam kitab doa, bab doa ayah dan doa orang yang
teraniaya no. 3862, Ahmad 3/258, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih
at-Tirmidzi 4/344 dan yang lainnya.
[37] Lihat
Zadul Ma'ad karya Ibnul Qayyim 2/227 dan 286.
[38] HR. At-Tirmidzi, kitab al-Fitan, bab amar
ma'ruf nahi mungkar no. 2169, Ibnu Majah dan Ahmad dan dihasan oleh at-Tirmidzi
serta dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi 2/460
[39] Muttafaqun 'alaih,
kitab adab, bab kasih kepada manusia dan binatang, no. 6011, dan Muslim dalam
kitab Bir dan shilah dan adab, bab kasih sayang kaum mukminin, dan saling
mendukung di antara mereka no. 2586
[40] HR. Abu Daud dalam
kitab sunnah, bab dalil bertambah dan berkurangnya iman no. 4682, at-Tirmidzi
dalam kitab menyusui, bab hak wanita terhadap suaminya, no. 1162, dan ia
berkata: hadits hasan shahih, Ahmad dalam Musnadnya 2/250, 472, al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/3,
dan ia berkata: hadits shahih menurut syarat
Muslim dan disetujui oleh adz-Dzahabi dan dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam ash-Shahihah no. 284 dan Shahih at-Tirmidzi 1/594.
[41] HR. Abu Daud dalam
kitab adab, bab husnul khuluq no. 4798, dan dishahihkan oleh syaikh al-Albani
dalam Shahih Sunan Abu Daud 3/911 dan shahih al-Jami' no. 1932.
[42] HR. Muslim dalam kitab luqathah (barang
temuan), bab dianjurkan menolong dengan kelebihan harta no. 1728.
[43] Makna juzji gha'if: menggiring dan
mendorongnya sehingga bisa menyusul teman-teman. Lihat: Nihayah fi gharibil
hadits karta Ibnul Atsir 2/297.
[44] HR. Abu Daud dalam
kitab jihad, bab luzum Syaaqqah, no. 2639, al-Hakim dalam al-Mustadrak 3/115
dan ia berkata: Shahih menurut syarat Muslim dan keduanya tidak
mengeluarkannya, disetujui oleh adz-Dzahabi. Dishahihkan oleh al-Albani dalam
Shahih Abu Daud 2/500 dan ash-Shahihah 2120.
[45] HR.al-Bukhari dalam
kitab umrah, bab safar sebagian dari siksaan, no. 1804, Muslim dalam kitab
imarah, bab safar sebagian dari siksaan dan disunnahkan pulang kepada
keluarganya setelah menyelesaikan tugasnya no. 1927.
[46] HR. al-Bukhari, kitab
Umrah, bab yang dibaca saat kembali dari haji no. 1797 dan Muslim dalam kitab
haji, bab yang dibaca saat pulang dari haji dan yang lainnya no. 1344
[47] HR. Muslim dalam kitab haji, bab yang dibaca
saat menaiki kenderaan melaksanakan haji dan yang lainnya no. 1342.
[48] Maksudnya, jangan masuk kepada mereka di malam
hari apabila tiba dari safar.
[49] HR. al-Bukhari dalam kitab umrah, bab jangan
mendatangi keluarganya apabila sampai kota, no. 1801, dan Muslim, kitab imarah,
bab dibenci mendatangi keluarganya di malam hari bagi orang yang datang dari
safar, no. 1928/183.
[50] HR. al-Bukhari dalam kitab shalat, bab shalat
apabila datang dari safar, setelah hadits no. 443,dan Muslim dalam shalat
shalat musafir dan qasharnya, bab disunnahkan shalat dua rekaat di masjid
apabila datang dari safar, no. 716.
[51] HR. Al-Bukhari, kitab
umrah, bab menyambut orang haji yang datang dan tiga yang bertunggangan,no.
1798, dan dalam kitab pakaian dan tiga orang di atas tunggangan no.5965.
[52] HR. Muslim, kitab keutamaan sahabat, bab
keutamaan Abdullah bin Ja'far t no. 2428/67, Abu Daud dalam kitab Jihad, bab tiga
orang menaiki tunggangan no. 2566, dan Ibnu Majah, kitab adab, bab tiga orang
di atas tunggangan no. 3773, lihat Fathul Bari
10/396.
[53] HR. Abu Ya'la dalam Musnadnya no. 6148,
al-Baihaqi dalam sunan kubra 6/169 dan dalam Syu'abul Iman no. 8976, al-Bukhari
Adabul Mufrad no. 594, al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Talkhish Khabir 3/70:
Isnadnya hasan. Demikian pula dihasankan oleh al-Albani dalam Irwaul Ghalil
1601.
[54] HR. Muslim, kitab keutamaan sahabat, bab
keutamaan Abu Dzarr no. 2473. yang di antara dua kurung diriwyatkan oleh
al-Bazzar,al-Baihaqi, ath-Thabrani, dan isnadnya shahih. Lihat: Majma'
az-Zawaid 3/ 286.
[55] HR. Ibnu Majah, kitab
manasik, bab minum air zamzam no. 3062, al-Baihaqi dalam Sunan Kubran 5/202,
Ahmad dalam Musnadnya 3/372, dishahihlah oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu
Majah 3/59 dan Irwaul Ghalil 1123, dan ash-Shahihah no. 883.
[56] HR. At-Tirmidzi,
dalam kitab haji, bab 115 no. 963 secara ringkas dan Hakim dalam al-Mustadrak
1/485 dan dishahihkan oleh Syikha al-Albani dalam ash-Shahihah no. 883, dan
Shahih Jami' no. 4931.
[57] HR. At-Thabrani dalam ausaht 5/262, dan
Haitsami menyebutkannya dalam Majma' Zawaid 8/36 dan ia berkata: rijalnya
adalah rijal shahih.
[58] Nama tempat di luar kota Madinah, tiga mil
darinya dari arah timur. Farhul Bari 6/194.
[59] HR. Al-Bukhari dalam kitab Jihad dan sair, bab
makan saat datang no. 3089, ini adalah lafazhnya, Muslim secara ringkas dalam
kitab shalat para musafir dan qasharnya, bab disunnahkan dua rekaat bagi yang
tiba dari safar no. 715/72.
[60] Nihayah fi gharibil hadits wal atsar karya
Ibnu Atsir 5/109, Qamus al-Muhith hal 992. lihat al-Mughni karya Ibnu Quddamah
1/191.
[61] Dikatakan oleh Ibnu Baththalm seperti dalam
Farhul Bari 6/194.
Post a Comment