Beberapa KekeliruanKaum Muslimin Seputar Lailatul Qadar
Beberapa Kekeliruan
Kaum Muslimin Seputar Lailatul Qadar
Berikut ini, kami ketengahkan sebuah karya tulis perihal beberapa kesalahan
yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin berkaitan dengan Lailatul Qadar. Makalah yang ditulis oleh Syaikh Masyhur bin Hasan,
kami terjemahkan dari Al Ashalah, Edisi 3/15 Sya'ban 1413H halaman 76 - 78. Semoga
bermanfaat dan sebagai peringatan bagi kami dan segenap kaum muslimin.
Kesalahan-kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
beberapa kaum muslimin dalam masalah puasa dan shalat tarawih sangat banyak;
baik dalam masalah keyakinan, hukum atau perbuatan.
Sebagian
mengira, bahkan meyakini beberapa masalah yang bukan dari Islam, sebagai rukun
Islam. Mereka mengambil sesuatu yang rendah (dalam urusan puasa dan lainnya),
sebagai pengganti yang lebih baik, karena mengikuti orang- orang Yahudi.
Padahal
Nabi telah melarang menyerupai mereka. Bahkan beliau menekankan serta
menegaskan, agar (kaum Muslimin) menyelisihi mereka.
Diantara
kesalahan ini, ada yang khusus berkaitan dengan lailatul
qadar.
Kesalahan
ini kami bagi menjadi dua bagian.
1. Salah Dalam Berpandangan Dan Berkeyakinan
Diantara
kesalahannya adalah:
1.
Keyakinan sebagian orang, bahwa lailatul
qadar itu memiliki beberapa tanda yang dapat diraih oleh
sebagian orang.
Lalu
orang-orang ini merangkai cerita-cerita khurafat dan khayal. Mereka mengaku melihat cahaya dari langit, atau mereka
dibukakan pintu langit dan lain sebagainya.
Semoga
Allah merahmati Ibnu Hajar, ketika beliau menyebutkan dalam Fathul Bari 4/266, bahwa hikmah disembunyikannya lailatul qadar, ialah agar timbul kesungguh-sungguhan dalam
mencarinya. Berbeda jika malam qadar tersebut ditentukan, maka
kesungguhan-sungguhan hanya sebatas pada malam tertentu itu.
Kemudian
Ibnu Hajar menukil riwayat dari Ath-Thabari, bahwa beliau memilih pendapat (yang menyatakan, pent.), semua tanda itu
tidaklah
harus
terjadi. Dan diraihnya lailatul qadar itu
tidak disyaratkan harus
dengan
melihat atau mendengar sesuatu.
Ath
Thabari lalu mengatakan, "Dalam hal dirahasiakannya lailatul qadar, terdapat bukti kebohongan orang yang beranggapan,
bahwa pada malam itu akan ada hal-hal yang dapat terlihat mata, apa yang tidak
dapat terlihat pada seluruh malam yang lain.
Jika
pernyataan itu benar, tentu lailatul qadar itu akan
tampak bagi setiap orang yang menghidupkan malam-malam selama setahun, utamanya
malam-malam Ramadhan."
2.
Perkataan sebagian orang, bahwa lailatul
qadar itu sudah diangkat (sudah tidak ada lagi, pent).
Al
Mutawalli, seorang tokoh madzhab Sya_'i dalam kitab At Tatimmah telah
menceritakan, bahwa pernyataan itu berasal dari kaum Rafidhah (Syi'ah).
Sementara
Al Fakihani dalam Syarhul Umdah telah menceritakan, bahwasanya berasal dari
madzhab Hana_yah. Demikian ini merupakan
gambaran
rusak dan kesalahan buruk, yang dilandasi oleh pemahaman keliru terhadap sabda
Rasulullah ketika ada dua orang yang saling mengutuk pada lailatul qadar, Sesungguhnya lailatul
qadar itu sudah terangkat Pendalilan (kesimpulan) ini
terbantah dari dua segi.
a) Para
ulama mengatakan, yang dimaksud dengan kata "terangkat",
yaitu
terangkat dari hatiku, sehingga aku lupa waktu pastinya; karena
sibuk
dengan dua orang yang bertengkar ini.
Dikatakan
juga (maksud kata terangkat, pent.), yaitu terangkat barakahnya pada tahun itu.
Dan maksudnya, bukanlah lailatul qadar
itu
diangkat sama sekali.
Hal itu
ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan Imam Abdur Razaq
dalam Mushannaf-nya 4/252, dari Abdullah bin Yahnus, dia berkata,
Aku
berkata kepada Abu Hurairah, "Mereka menyangka, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat." Abu Hurairah berkata,"Orang
yang mengatakan hal itu telah berbuat bohong."
b)
Keumuman hadits yang mengandung dorongan untuk menghidupkan malam qadar dan
penjelasan tentang keutamaannya.
Seperti
hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan lainnya, Nabi
bersabda,
Barangsiapa yang shalat pada lailatul qadar karena
iman dan karena mengharapkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang
telah
lewat.
Imam
Nawawi mengatakan, "Ketahuilah, bahwa lailatul
qadar itu ada. Dan lailalatul qadar itu terlihat. Dapat
dibuktikan oleh siapapun yang dikehendaki dari keturunan Adam, (pada) setiap
tahun di bulan Ramadhan, sebagaimana telah jelas melalui hadits-hadits ini, dan
melalui berita-berita dari orang shalih tentang lailatul
qadar. Pengelihatan orang-orang shalih tersebut tentang lailatul qadar tidak bisa dihitung."
Saya
(Syaikh Masyhur) mengatakan:
Ya,
kemungkinan diketahuinya lailatul qadar itu ada.
Banyak tanda-tanda yang telah diberitahukan oleh Nabi, bahwa lailatul qadar itu, adalah satu malam
diantara malam-malam Ramadhan.
Dan
mungkin, demikian ini maksud perkataan Aisyah pada hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya,
Aku
katakan, "Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui (adanya) malam itu
(sebagai) lailatul qadar, apa
yang kuucapkan pada malam itu?"
Dalam
hadits ini ( sebagaimana
dikatakan Imam Syaukani dalam Nailul Authar 3/303.) terdapat bukti, kemungkinan lailatul qadar dapat diketahui dan (juga bukti, pent.) tentang tetap
adanya malam itu."
Az
Zurqani mengatakan dalam syarah Muwaththa' 2/491, "Barangsiapa
yang menyangka, bahwa makna -yang terdapat pada hadits di atas, (yaitu) lailatul qadar sudah diangkat- yakni sudah tidak ada lagi, maka dia
keliru. Kalau seandainya benar seperti itu, tentulah kaum muslimin tidak
diperintahkan untuk mencarinya. Hal ini dikuatkan oleh kelanjutan hadits
tersebut.
dirahasiakannya
waktu lailatul qadar itu,
menyebabkan orang tertuntut untuk melaksanakan qiyamul lail selama satu bulan
penuh. Hal ini berbeda jika pengetahuan tentang waktunya dapat diketahui secara
jelas."
Kesimpulannya,
lailatul qadar tetap
ada sampai hari kiamat. Sekalipun
penentuan
tepatnya kejadian tersebut dirahasiakan, dalam arti, tetap tidak dapat
menghilangkan kesamaran dan ketidakjelasan tentang waktunya.
Meskipun
pendapat yang rajih (terkuat), bahwa lailatul qadar ada pada
sepuluh
malam terakhir bulan Ramadhan dan dalil-dalil menguatkan,
bahwasanya
dia adalah malam dua puluh tujuh, akan tetapi memastikannya dengan cara yang
yakin merupakan perkara sulit. Allahu a 'lam.
2. Kesalahan-kesalahan Dalam Amal Perbuatan
Dan Tingkah Laku
Kesalahan-kesalahan
yang dilakukan manusia pada lailatul qadar itu
hanyak
sekali.
Hampir tidak ada yang bisa selamat, kecuali yang dipelihara Allah.
Diantaranya,
1.
Mencari dan menyelidiki keberadaannya dan tersibukkan dengan mengintai tanda-tanda
lailatul qadar,
sehingga lalai beribadah ataupun berbuat taat pada malam itu.
Betapa
banyak orang-orang yang shalat, kita lihat diantara mereka
lupa
membaca Al Qur'an, dzikr dan lupa mencari ilmu karena
urusan
ini. Engkau dapati salah seorang diantara mereka -menjelang
terbitnya
matahari memperhatikan matahari untuk mengetahui, apakah sinar matahari ini
terik ataukah tidak? Mestinya, orang-orang ini memperhatikan pesan yang
terdapat pada sabda Nabi,
Semoga
(dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu,
pent.)
menjadi
lebih baik bagi kalian. Dalam hadits ini terdapat isyarat, bahwa malam itu
tidak ditentukan.
Para
ahli ilmu menarik kesimpulan dari sabda Nabi bahwa dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu lebih baik. Mereka mengatakan, "Hikmah dalam
hal itu, agar seorang hamba bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal pada
tiap-tiap malam dengan harapan agar bertepatan dengan lailatul
qadar. Berbeda jika lailatul
qadar itu (telah) ditentukan.
Maka,
sungguh amal itu hanya akan diperbanyak (pada) satu malam saja, sehingga ia
luput dari beribadah pada malam lainnya, atau berkurang."
Bahkan
sebagian ahli ilmu mengambil satu faidah dari sabda Nabi
tersebut,
bahwa sebaiknya orang yang mengetahui lailatul qadar itu
menyembunyikannya
-berdasarkan dalil- bahwa Allah telah mentaqdirkan kepada NabiNya untuk tidak
memberitakan ketepatan waktunya.
Sedangkan
semua kebaikan ada pada apa yang telah ditaqdirkan bagi Nabi.
Maka,
merupakan sunnah untuk mengikuti beliau dalam hal ini.
Dari
uraian di depan, dapat diketahui kekeliruan orang-orang dalam giatnya mereka
shalat secara khusus, atau beribadah secara umum pada malam ke dua puluh tujuh,
dengan memastikan atau seakan memastikan, bahwa malam itu adalah lailatul qadar, kemudian meninggalkan shalat dan tidak bersungguh-sungguh
berbuat taat pada malam-malam lainnya.
Persangkaannya,
bahwa mereka hanya akan mendapatkan ganjaran ibadah lebih dari seribu bulan
ketika menghidupkan malam ini (malam duapuluh tujuh, pent.) saja.
Kekeliruan
ini membuat banyak orang melampaui batas dalam berbuat taat pada malam ini.
Anda bisa lihat, diantara mereka ada yang tidak tidur, bahkan tidak
henti-hentinya shalat dengan memaksakan diri tanpa tidur.
Bahkan
mungkin ada sebagian yang shalat, lalu memperlama shalatnya, sementara dia
berjuang keras melawan kantuknya. Dan sungguh, kami pernah melihat diantara
mereka ada yang tidur dalam sujud.
Dalam
hal ini, satu sisi merupakan pelanggaran terhadap petunjuk
Rasulullah
yang melarang kita melakukan hal itu. Pada sisi lainnya, itu
merupakan
beban dan belenggu yang telah dihilangkan dari kita –berkat karunia dan
nikmatNya.
2.
Diantara kesalahan sebagian kaum muslimin pada malam ini, yaitu sibuk
mengatur
acara, menyampaikan ceramah.
Sebagian
lagi sibuk dengan nasyid-nasyid dan nyanyian puji-pujian, sehingga lalai
berbuatan taat.
Anda
bisa saksikan, ada orang yang begitu bersemangat, berkeliling ke
masjid-masjid
dengan menyampaikan berita terkini, serta bagaimana upaya pemecahannya. Itu
dilakukan hingga menyebabkan pemanfaatan malam itu keluar dari apa yang
dimaksudkan syari'at.
3.
Diantara kekeliaruan mereka juga, yaitu mengkhususkan sebagian ibadah pada
malam itu seperti shalat khusus lailatul
qadar.
Sebagian
lagi senantiasa mengerjakan shalat Tasbih secara berjama'ah
tanpa
hujjah. Sebagian lagi -pada malam ini- melaksanakan shalat hifzhul Qur'an, padahal tidak ada dasarnya.
Pelanggaran-pelanggaran
dan kekeliruan yang berkaitan dengan lailatul qadar - yang dilakukan banyak kaum muslimin- sangat beragam dan banyak sekali.
Kalau kita kumpulkan dan kita selidiki, maka tentu pembicaraan ini menjadi
panjang.
Apa yang
kami sampaikan disini, baru sebagian kecil saja. (Insya Allah)
bermanfaat bagi penuntut ilmu, pendamba kebenaran dan pencari al haq.
Post a Comment