Berakhlak Mulia
Berakhlak Mulia
Segala puji bagi Allah, shalawat dan
salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu
bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa
Ba’du:
Sesunguhnya di antara perbuatan yang diserukan dan diantjurkan oleh syara'
adalah berakhlak yang baik, dia adalah karunia Allah yang paling besar bagi
hambaNya. Firman Allah Ta'ala tentang Nabi saw:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.[1]
Dari
Abi Darda' ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidak ada amal shaleh lebih
berat bagi timbangan seorang hamba yang beriman pada hari kiamat selain dari
akhlak yang mulia sesungguhnya Allah murka terhadap orang yang berlaku kotor
lagi kasar". [2]
Berakhlak yang baik harus meliputi berbagai aspek
kehidupan seorang mslim baik dalam perkataan, perbuatan dan ibadahnya kepada Tuahannya dan m'amalahnya
dengan sesama makhluk.
Firman
Allah Ta'ala:
@è%ur Ï$t7ÏèÏj9 (#qä9qà)t ÓÉL©9$# }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# éøu\t öNæhuZ÷t/ 4 ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# c%x. Ç`»|¡SM~Ï9 #xrßtã $YZÎ7B ÇÎÌÈ
"Dan
Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di
antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia".[3]
Firman Allah Ta'ala:
(#qä9qè%ur Ĩ$¨Y=Ï9 $YZó¡ãm ÇÑÌÈ
"
…serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,.."[4]
Firman Allah Ta'ala:
4 ôìsù÷$# ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& #sÎ*sù Ï%©!$# y7uZ÷t/ ¼çmuZ÷t/ur ×ourºytã ¼çm¯Rr(x. ;Í<ur ÒOÏJym ÇÌÍÈ
."… Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu
dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat
setia".[5]
Ibnu Abbas berkata: Allah memerintahkan
kepada orang-orang yang beriman agar mereka bersabar pada saat marah dan
bersikap santun pada saat tidak mengetahui, memberi maaf ketika orang lain
berbuat jahat kepadanya, jika mereka melakukan hal itu niscaya menjaga mereka
dan menundukkan musuh mereka".[6]
Di antara wasiat Nabi saw kepada kedua
shahabatnya yang mulia Abi Dzar dan Mu'adz bin Jabal radhiallahu anhma: Bertaqwalah kepada Allah
di manapun engkau berada dan balaslah perlakuan buaruk dengan balasan yang baik
niscaya dia akan menghapuskannya dan
berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik".[7]
Ibnul Qayyim Rahimhullah
berkata: Nabi saw menggambungkan antara
bertqwa kepada Allah dan berakhlak yang
baik, sebab bertaqwa kepada Allah akan menjai baik hubungan antara seorang
hamba dengan TuahanNya, dan akhlak yang baik akan memperbaiki hubngan seorang
hamba dengan hamba yang lain, maka bertqwa kepada Allah akan mendatangkan
kecintaan Allah dan akhlak yang baik akan mengarahkan orang lain untuk mencintai dirinya".[8]
Tidak akan sempurna iman seseorang
sehingga dia diberikan taufiq untuk berakhlak yang baik. Dari Abi Hurairah ra
berkata: Rasulullah saw bersabda: Orang
mu'min yang paling sempurna imannya adalah orang yang baik akhlaknya dan orang
yang terbaik di antara kalian adalah orang yang terbaik prilakunya kepad
istrinya".[9]
Sebagian
ualam salaf berkata: Sasaran akhlak yang baik ada dua: Salah satunya adalah akhlak terhadap Allah
yaitu menyadari bahwa apa yang muncul dari dirimu membutuhkan permintaan maaf dan apa-apa yang datang dari Allah menuntut
syukur".
Kedua:
Berakhlak baik dengan manusia dan kelompok, terwujud dalam dua realitas:
Berbuat baik kepada orang lain baik dengan perkataan dan perbatan dan menahan
diri dari berbuat yang buruk baik secara
perbatan dan perkataan".[10]
Maka sungguh tepat jika orang yang komitment
dengan perkara ini akan sampai kepada tingkat Al-Amilin (orang yang mampu
mewujudkan) . Dari Aisyah ra bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya seorang
mu'min dengan kebaikan akhlaknya pasti meraih tingkatan orang yang selalu
berpuasa dan melaksanakan ibadah malam".[11]
Dan sesungguhnya Nabi saw adalah orang yang
paling agung akhlakanya, maka barangsiapa yang ingin meraih akhlak yang tinggi maka hendaklah dia mengikti
akhlak Muhammad saw.
Dari
Anas ra berkata: Aku telah berkhidmah kepada Nabi saw selama sepuluh tahun,
maka belia tidak pernah mengatakan kata "cih" kepadaku, beliau tidak
pernah mengatakan "mengapa kamu melakukan ini" terhadap apa yang aku
telah perbuat, dan mengecam dengan mengatakan: "Kenapa engkau meninggalkan
ini", terhadap apa yang aku tinggalkan.[12]
Dari
Atho' bin Yasar berkata: Aku telah bertemu dengan Abdullah bin Amr bin Ash ra
dan aku berkata kepadanya: Sebutkan tentang sifat Rasulullah saw di dalam kitab
Taurat: "Baik , sesungguhnya beliau disifati di dalam Taurat dengan
sebagian sifat yang disebutkan di dalam Al-Qur'an:
$pkr'¯»t ÓÉ<¨Z9$# !$¯RÎ) y7»oYù=yör& #YÎg»x© #ZÅe³t6ãBur #\ÉtRur ÇÍÎÈ
"Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi,
dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan",[13].
Yaitu bagi kaum yang tidak bisa
membaca dan menulis, engkau adalah hamba dan utusanKu, aku menamkan kamu dengan
al-Mutawakkil (orang yang berserah diri) tidak keras dan kasar dan tidak pula
membuat keributan di dalam pasar-pasar, tidak membiarkan membalas yang buruk
dengan yang buruk, namun dia member maaf dan ampunan, dan Allah tidak akan
mencabut nyawanya sehingga meluruskan agama yang bengkok sehingga mereka
bersaksi: Tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, dan
Allah membuka dengannya mata-mata yang buta dan teling-telinga yang tuli dan
hati-hati yang tertutup".[14]
Abdullah
bin Mubarok rahimahullah berkata: Akhlak yang baik adalah berwajah yang cerah
berseri-seri, berbuat baik kepada orang lain, menahan berbuat buruk terhadap
orang lain dan bersabar terhadap keburukan orang".[15]
Seorangmuslim
pasti pernah mengalami berbagai peristiwa di dalam hidupnya, maka jika dia
tidak berkhlak yang baik niscaya dia akan gagal di dalam menghadapi kehidupan
ini.
Termasuk qaidah di dalam masalah ini
adalah agar engkau tidak tergesa-gesa mencela orang lain yang berbuat buruk
kepadamu, atau meremehkanmu, dan hendaklah engkau mempergaulinya dengan sikap
berbaik sangka terhadapnya dan mencari peluang untuk bisa memaafkannya,
sebaliknya agar engkau tidak berkata sebuah perkataan dan berbuat suatu
perbuatan yang menyebabkan engkau harus menyesali dan meminta maaf atasnya di
kemudian hari, di dalam sebuah riwayat dari Anas ra berkata: Nabi saw bersabda:
"Jauhkanlah dirimu dari perkara yang memalukanmu".[16]
Di
antara contoh perwujudan akhlak yang baik sehingga menimbulkan kesan yang
positif adalah diriwayatkan bahwa seorang lelaki menemui Ali bin Al-Husain lalu
mencelanya, maka Al-Ubaid marah kepadanya, maka Ali berkata: Tahanlah dirimu.
Lalu dia mendekati lelaki tersebut dan berkata kepadanya: "Keburukan kami
yang terluput dari pengetahuanmu lebih banyak lagi, apakah engkau memiliki
keperluan yang bisa kami bantu?". Maka lelaki itupun malu karenanya. Lalu
Ali memberikan sebuah selendang kahmisah yang dipakainya dan memerintahkan
untuk memberikan seribu dinar kepadanya, lalu lelaki tersebut berkata: Aku
bersaksi bahwa engkau termasuk anak cucu Rasul saw.[17]
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan
seluruh para shahabatnya.
[1] QS. Al-Qolam: 4
[2] HR. Turmudzi:
4/362 no: 2002
[3] QS. Al-Isro': 53
[4] QS. Al-Baqoroh: 83
[5] QS. Fushilat: 34
[6] Tafsir Ibnu
Katsir: 4/101
[7] Sunan Tirmidzi:
no: 1987 dan dia berkata: Hadits hasan shahih
[8] Al-Fawaid: 84-85
[9] HR. Turmudzi no:
1162 dia berkata: Hadits hasan shahih.
[10] Tahzibus Sunan, Ibnul Qoyyim, syarah sunan Abu
Dawud: 13/130
[11] Sunan Abu Dawud:
4798, dishahihkan oleh Al-Albani
[12] Sunan Tirmidzi:
no: 2015
[13] QS. Al-Ahzab: 45
[14] HR. Bukahri: 2125
[15] Jami'ul ulum wal
–Hikam.
[16] Al-Dhiaya fil
Mukhtaroh: 2199 dihasankan oleh Al-Albani
[17] Mukhtashar minhjul
qoshidin.
Post a Comment