SURAT TERBUKA UNTUK WANITA YANG BEKERJA BERSAMA LAKI-LAKI
SURAT TERBUKA UNTUK WANITA YANG BEKERJA BERSAMA LAKI-LAKI
Saudariku
yang mulia:
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Sungguh saat melihatmu berada di
tempat ini saya benar-benar merasa sakit, kamu bekerja di tengah laki-laki, dan
yang menyebabkan saya merasa sakit bahwa ikhtilath (bergabung laki-laki dan
wanita) ini sangat berbahaya bagimu, agama dan akhlakmu…
Janganlah engkau segera berpaling
dari nasehatku, dan mengira bahwa saya terlali berlebihan dalam merasa sakit.
Maka sesungguhnya bersamaku ada dalil-dalil yang merupakan penjelasan memuaskan
bagi ucapan saya. Ingatlah, sesungguhnya tidak ada ikatan yang mengikat aku
denganmu selain ikatan Islam. Saya tidak memperoleh apapun dari keuntungan
duniawi dari kata-kata yang saya goreskan kepadamu dengan huruf-huruf yang
keluar dari hati saya, bahkan sesungguhnya ia menghabiskan waktu dan energi
serta pikiran saya. Saya berharap anda bisa menghargai pendirian saya
terhadapmu. Renungkanlah apa saja yang saya ucapkan beberapa kali, dan anda
akan mendapatkan di dalamnya sebuah nasehat yang tulus untukmu.
Saudariku yang mulia…
Sesungguhnya wanita terzalimi dalam
ikhtilathnya dengan laki-laki tanpa disertai mahramnya, karena sesungguhnya
umunya pandangan laki-laki kepadanya tidak terlepas dari pandangan syahwat, dan
siapa yang mengira tidak demikian maka dia tidak berkata jujur. Allah I menciptakan pada diri laki-laki
kecenderungan yang kuat kepada wanita dan menciptakan pada diri wanita
kecenderungan kuat kepada laki-laki disertai kelembutan dan kelemahan. Dari
sana, maka kedekatan di antara keduanya di luar batas yang disyari'atkan, ia
sangat berbahaya. Syetan menggoyangkan tabiat dalam kondisi ini. Dan biasanya
yang menanggung kerugian dalam masalah ini adalah wanita, karena laki-laki
tidak memikul dampak negatif problem ini sebagaimana wanita. Ikhtilath
terkadang bisa membawa kepada tersobeknya kehormatan dan dampak negatifnya
seperti hamil, karena inilah syari'at mengharamkannya, dan dalil-dalil dalam
masalah ini sangat banyak, saya akan menyebutkan sebagian darinya:
Firman
Allah I:
قل للمؤمنين يغضوا من
أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك
أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون
Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS.
an-Nuur:30)
Allah
I menyuruh laki-laki menahan pandangannya
dari wanita, maka apabila wanita bekerja di samping laki-laki, bagaimana
mungkin ia bisa menahan pandangannya?
Semua tubuh wanita adalah aurat,
sebagaimana yang disebutkan dalam atsar maka tidak boleh memandang kepadanya.
dan Rasulullah r bersabda:
يا علي.. لاتتبع النظرة النظرة، فإنما لك
الأولى، وليست لك
الآخرة
"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan
pertama kepada pandangan kedua, maka sesungguhnya bagimu yang pertama dan bukan
untukmu yang kedua." HR. at-Tirmidzi.
Maka pandangan kebentulah (tidak
disengaja) dimaafkan, yaitu pandangan pertama. Berbeda dengan yang kedua, maka
sesungguhnya ia diharamkan, karena dilakukan dengan kesengajaan. Disebutkan
dalam atsar:
العينان زناهما
النظر،
والأذنان زناهما الاستماع، واللسان زناه الكلام، واليد زناها البطش،
والرِجل زناها
الخطو
"Zinah
kedua mata adalah memandang, zinah kedua telinga adalah mendengar, zinah lisan
adalah berkata, zinah tangan adalah melangkah, dan zinah kaki adalah melangkah."
HR. Muslim.
Memandang
adalah zinah karena ia menikmati pandangan kepada keindahan wanita dan hal itu
membawa kepada bergantungnya hati dengannya, dan dari sana terjadilah perbuatan
keji. Dan tidak diragukan lagi bahwa memandang sangat terjadi dalam bergabung
dua lawan jenis.
Rasulullah r bersabda:
مَا تَرَكُتُ بَعْدِي
فِتْنَةًٌ هِيَ أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
"Aku
tidak meninggalkan satu fitnah sesudahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki
selain dari wanita." (HR. al-Bukhari).
Beliau
menggambarkan wanita sebagai fitnah bagi laki-laki, maka bagaimanakah
digabungkan di antara yang menfitnah (wanita) dan yang terfitnah (laki-laki)
berada dalam satu tempat.
Sesungguhnya tatkala Rasulullah r membangun masjid, beliau menjadikan
pintu khusus untuk wanita dan bersabda: 'Jikalau kita membiarkan pintu ini
untuk wanita." HR. Abu Daud. Maka Umar t melarang masuk dari pintu
wanita. Maka apabila ada larangan bercampur dalam pintu maka hal dilarang dalam
kantor tentu lebih utama.
Dan Rasulullah r menyuruh wanita agar berjalan di tepi
jalan, jangan di tengahnya hingga tidak bercampur dengan laki-laki. Dan
Rasulullah r apabila mengucap salam dari
shalatnya, beliau tetap berada di tempatnya menghadap kiblat dan jamaah
laki-laki yang bersamanya hingga para wanita berpaling dan masuk ke rumah
mereka, kemudian beliau berpaling (pulang) dan berpaling orang-orang yang bersamanya,
sehingga pandangan laki-laki tidak tertuju kepada mereka.
Semua nash ini dan dalil-dalil
lainnya menjelaskan haramnya ikhtilath dan haram wanita bekerja di samping
laki-laki, dan semua ulama sepakat atas hal ini, tanpa ada perbedaan pendapat.
Sesungguhnya wanita disuruh agar selalu
berada di dalam rumah, apakah kamu mengetahui hal itu?...sehingga ia menjadi
sasaran pandangan laki-laki dan ikhtilath dengan mereka…
Sudah diketahui bahwa terkoyaknya
kehormatan, hancurnya rumah tangga, dan hilangnya masa depan remaja putri
secara khusus adalah akibah dari ikhtilath…
Dan jika engkau ingin mengetahui
hakikat ikhtilath dan pengaruhnya maka bacalah problem ikhtilath di Barat,
sehingga mulai ada ajakan untuk meninggalkan ikhtilath dalam belajar. Maka
didirikannya beberapa universitas dan sekolah
yang berdiri di atas pemisahan di antara dua lawan jenis di Amerika dan yang
lainnya. Mereka tidaklah melakukan hal itu kecuali setelah merasakan pahit dan
pedihnya karena banyaknya kerusakan akhlak. Bukankah kita harus mengambil
pelajaran dari realita ini?...
Bukan suatu kesalahan besar bahwa
kita –kaum muslimin- mengulangi kesalahan yang telah terjadi di Barat,
sedangkan mereka sekarang mengharapkan bisa berlepas diri darinya.
Wahai saudari…!
Engkau adalah yang paling berharga di
sisi kami, engkau adalah saudari, putri, istri dan ibu…sudah menjadi keharusan
bahwa engkau menjadi pembantu bagi kami untuk menjagamu dari bahaya…
Engkau adalah separo masyarakat dan
engkau melahirkan yang lain. Engkaulah yang kami harapkan bisa mengeluarkan
generasi yang membimbing umat…Namun bagaimana mungkin hal itu terjadi bagimu
apabila engkau pergi berlari meninggalkan rumah, meninggalkan tugas rumah,
mendidik generasi baru dan tugas keibuan, dan jadilah engkau bersama laki-laki
dalam bekerja?
Ketahuilah –semoga Allah I memberi rahmat kepadamu-, bahwa Allah I tidaklah menyuruhmu berdiam diri di
dalam rumah kecuali karena sayang kepadamu:
وقرن في بيوتكن ولا تبرجن تبرج الجاهلية
الأولى
dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS. al-Ahzab:33)
karena
apabila engkau keluar niscaya laki-laki sangat bernafsu terhadapmu, dan jika
engkau ingin memastikan apa yang saya katakan maka bacalah kitab yang berjudul:
amalul mar`ti fil mizaan" (Pekerjaan wanita dalam timbangan) karya DR.
Muhammad Ali al-Baar..dan engkau akan menemukan di dalamnya kebenaran yang
nyata dengan nomor dan cerita yang memastikan bahaya wanita meninggalkan
rumahnya dan bercampurnya bersama laki-laki. Ambillah pelajaran kondisi wanita
di Barat: sesungguhnya ia mengeluh perbuatan zalim dari laki-laki, ia
mengadukan tindakan pelecehan sex di setiap tempat. Ia tidak bisa berlari dari
realita, karena ia harus bekerja dan jika tidak ia akan mati kelaparan. Maka ia
berada dalam penderitaan yang tidak berkesudahan..
adapun engkau, sungguh Allah I telah memberikanmu kemuliaan dengan
Islam yang mewajibkan kepada bapak, suami, saudara, dan anak agar berusaha
untuk memberikan nafkah untukmu, dan Allah I tidak pernah menyuruhmu
bekerja. Ini adalah harta ghanimah yang datang kepadamu tanpa susah payah
mendapatkannya. Engkau menetap di dalam rumah seperti ratu, selain engkau
bekerja untukmu. Bukanlah ini merupakan nikmat yang besar.
Maka
janganlah engkau terperdaya dengan dunia dan hiasan syetan untuknya agar keluar
bekerja. Maka jika engkau ingin dekat dengan ar-Rahman maka menetaplah di dalam
rumah. Rasulullah r bersabda:
المرأة عورة، فإذا
خرجت استشرفها الشيطان، وأقرب ما تكون من وجه ربها وهي في قعر بيتها
"Perempuan
adalah aurat, maka apabila ia keluar niscaya syetan memuliakannya, dan yang
paling dekat dari Wajah Rabb-nya saat dia berada di dalam rumahnya."
HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
Dan ketahuilah wahai saudariku,
sesungguhnya yang paling berharga pada dirimu adalah iman dan iffahmu, dan ia
terancam akan terkoyak apabila engkau ikhtilath dengan laki-laki. Maka
berjauhlah dari mereka dan jangan engkau mendekatkan diri dari mereka kecuali
mahram atau suami. Dan ketahuilah, sesungguhnya engkau berada di bawah naungan
hijab dan menetap di dalam rumah niscaya engkau mendapatkan suami yang terbaik
akhlak dan ghirah. Dan apabila engkau tetap dalam pekerjaan yang ikhtilath ini
niscaya engkau tidak akan mendapatkan laki-laki yang baik.
Wahai Saudari! Jangan engkau
mengatakan 'Saya bisa menjaga diri, sekalipun berada di antara laki-laki…' Maka
sesungguhnya Allah I tidak menyuruh menundukkan
pandangan dan berpisah di antara laki-laki dan wanita kecuali Dia I mengetahui bahwa dorongan sex adalah
kekuatan yang menghanyutkan. Seorang muslim disuruh menjauhkan diri dari
tempat-tempat fitnah dan ia tidak menjerumuskan dirinya kepada kebinasaan.
Apabila seorang manusia kelaparan, ia tidak mampu menahan diri dari makanan,
demikian pula apabila ia kelaparan secara sex. Dalam kondisi bagaimanapun,
apabila sudah jelas haramnya ikhtilath, maka sesungguhnya haram bagi wanita dan
laki-laki bekerja berdampingan, sekalipun keduanya menjaga diri. Dan tidak
menjadi ukuran dengan tidak adanya nafsu syahwat atau kemampuan wanita menjaga
dirinya...dan jika engkau –wahai saudari yang mulia- membutuhkan pekerjaan maka
hendaklah pekerjaan itu jauh dari laki-laki.
Saudari yang mulia..saya tidak tahu,
apakah kata-kata saya sampai ke sudut hatimu? Dan apakah ia bisa menembuh
selaput luar jantungnya? Saya mengharapkan hal itu dari hatiku. Dan aku berdoa
kepada Allah I dengan doa yang sangat agar
Dia I menjagamu dari tipu daya orang-orang
yang menipu, orang-orang yang merencakan untuk melemparmu ke dalam lumpur
kehinaan. Dan mereka sangat senang saat bisa mewujudkan hal itu darimu, saat
engkau meninggalkan rumah dan berada di tengah-tengah laki-laki. Karena mereka
mengetahui bahwa engkau adalah pendidik generasi mendatang. Maka apabila engkau
sudah rusak niscaya rusaklah generasi penerus, dan umat menjadi mangsa bagi
musuh-musuhnya.
Saya berharap kamu bisa memahani
persoalan penting ini dengan sebenarnya dan memahami kadar bahaya yang engkau
berada di dalamnya. Dan apabila engkau tidak menerima ucapan saya –dan saya
tidak mengira hal itu darimu- maka saya akan berdoa malam dan siang hari, dan
saya tidak akan pernah bosan berdoa untukmu. Engkau adalah saudariku dalam
kondisi apapun. Percayalah bahwa suatu hari nanti engkau akan kembali kepada
petunjukmu, dan percayalah bahwa Allah I tidak akan menyia-nyiakan
percuma usahaku bersamamu. Dan tidak adalah taufiqku kecuali dengan pertolongan
Allah I. Dan saya sangat berharap agar engkau
mengulang kembali membaca nasehat ini beberapa kali, dari waktu hingga waktu
yang lain.
Wassalamu
'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Post a Comment