Tafsir Surat At Takatsur
Tafsir Surat At Takatsur
﴿ تأملات في سورة التكاثر ﴾
Segala puji bagi Allah, shalawat
dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu
bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa
Ba’du:
Di antara surat Al-Qur’an yang mulia yang seirng kita dengar dan buuth untuk direnungkan dan ditadabburi adalah surat Al-Takatsur. Allah swt berfirman:
1. Bermegah-megahan Telah
melalaikan kamu, 2. Sampai kamu masuk ke
dalam kubur. 3. Janganlah begitu, kelak
kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan
Mengetahui. 5. Janganlah begitu, jika
kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahiim, 7. Dan Sesungguhnya kamu
benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. 8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari
itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).[1]
Firman Allah swt:
(Bermegah-megahan Telah
melalaikan kamu)
Ibnu
Katsir berkata: Allah swt menegaskan bahwa cinta dunia, kenikmatan yang ada
padanya dan kemegahannya telah menyibukkan kalian dari berusaha menggapai bekal
di akherat. Dunia ini begitu melalaikanmu sehingga maut menjemputmu lalu engkau
berada dalam liang kubur dan menjadi penghuninya.[2]
Dari Mutharrif dari bapaknya dari Abdullah bin Syikhir ra berkata: Aku mendatangi Nabi saw dan beliau sedang membaca:
Beliau
bersabda: Anak Adam berkata: Hartaku, hartaku, maka Allah berkata kepdanya:
Wahai anak Adam apakah engkau memiliki dari hartamu kecuali apa yang telah
engkau makan lalu habiskan, atau apa yang telah engkau pakai lalu menjadi rusak
dan apa yang telah engkau shadaqahkan lalu diberikan balasan dengannya. Pada
sebuah riwayat disebutkan: Dan apa-apa yang selian itu maka dia pergi dan
meninggalkannya untuk orang lain”.[3]
Dan firman Allah yang mengatakan:
(Sampai
kamu masuk ke dalam kubur). Ibnul Qoyyim berkata: Dan menjadikan tujuan
terakhir perjalanan hidup mansuia adalah melewati alam kubur bukan kematian,
hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak tinggal selamnya dan menetap di dalam
kubur. Manusia (di alam kubur) sebagai orang yang datang menziarahinya,
sama orang yang dating mengunjungi
sebuah tempat lalu pergi beranjak darinya, sebgaimana keberadaan mereka di
dunia sebagai pengunjung, orang yang tidak menetap di dalamnya. Dan tempat
menetap adalah surga atau neraka”.[4]
Dan firman Allah swt yang mengatakan:
(3.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan
Mengetahui.). Maksudnya
adalah janganlah memperbanyak harta tersebut melalaikanmu dari mentaati Allah,
dan kalian pasti akan mengetahui akibat kelalaian kalian akibat berlomba-lomba
dalam mengumpulkan dunia. Kalimat yang sama diulang-ulangi untuk memperkuat
penegasan. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama tafsir.
Ibnl
Qoyyim berkata: Dikatakan pengulangan di atas bukanlah sebuah penegasan, akan
tetapi pengtahuan yang pertama pada saat seseorang melihat kematian secara
nyata ketika maut dating menjempuit, sementara pengetahuan yang kedua pada saat
seseorang dimasukkan ke dalam kubur. Ini adalah perkataan yang diketengahkan
oleh Al-Hasan dan Muqotil, serta diriwayatkan oleh Atho dari Ibnu Abbas.[5]
Dan firman Allah swt yang mengatakan:
(Janganlah begitu, jika
kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin). Maksudanya
seandainya engkau mengetahui apa yang akan terjadi di hadapan kalian dengan
pengetahuan yang terhunjam di dalam akal dan hati kalian niscaya tidak mungkin
bagi kalian dilalaikan oleh bermegah-megah mengejar dunia ini.
Justru kalian akan berlomba-lomba dalam beramal shaleh, namun karena kalian
tidak mengetahui dengan pengetahuan yang sebenarnya akhirnya kalian terjerumus
ke dalam keadaan kalian sekarang ini.
Firman Allah swt:
6. Niscaya kamu
benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 7.
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin.
Ini adalah sumpah dari Allah Ta’ala bahwa para hambaNya baik yang beriman dan yang kafir akan menyaksikan api neraka dengan mata kepala mereka sendiri, kemudian Allah mempertegas realitas tersebut dengan menyatakan berita tersebut ril dan mesti terjadi, dan mereka akan melihat neraka dengan sebenarnya sehingga saat itulah mereka benar-benar yakin dengannya dan tidak meragukannya lagi.Akan tetapi Allah akan menyelamatkan orang-orang yang beriman dari kepdihan siksanya dan Allah swt menjadikan orang-orng beriman melihat neraka tersebut agar mereka mengetahui karunia Allah yang telah menyelamatkan mereka dari azab nereaka. Allah swt berfirman:
71. Dan tidak ada
seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu
adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. 72. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang
yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam
keadaan berlutut. QS.
Maryam: 71-72
Kemudian firman Allah yang mengatakan:
Kemudian
kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).
Maksudnya
adalah Allah akan bertanya kepada kalian pada hari kiamat tentang nikmat-nikmat
yang telah dikaruniakannya kepada
kalian, seperti rasa aman, kesehatan, diberikan pendengaran dan
penglihatan serta afiat dan apa yang makan oleh manusia juaga apa yang
diminumnya, apakah kalian telah mensyukurinya dan menunaikan hak Allah padanya,
dan tidak menjadikan kenimatan tersebut sebagai sarana untuk bermaksiat
kepada Allah atau kalian terpedaya dengan nikmat tersebut dan tidak
mensyukurinya sehingga Allah mengazab kalian dengannya.
Dari Abu Hurairah ra berkata:
suatu hari atau suatu malam Rasulullah saw keluar menuju suatu tempat, dan
tiba-tiba beliau bertemu dengan Abu Bakr
dan Umar, lalu beliau bertanya: Apakah yang menyebabkan kalian keluar dari
rumah kalian pada saat seperti ini. Mereka berdua menjawab: Kami keluar karena
lapar wahai Rasulullah. Maka Rasulullah saw bersabda: Demi yang jiwaku berada
di tanganNya sesungguhnya aku keluar dengan sesuatu yang menyebabkan kalian
keluar dari rumah kalian berdua, marilah pergi bersamaku. Maka merekapun
bangkit pergi bersama Rasulullah saw
lalu mendatangi rumah seorang dari kaum Anshor, namun dia tidak berada di dalam
rumahnya, lalu pada saat istrinya melihat kedatangan Nabi saw bersama
shahabatanya dia berkata: Selamat
datang, maka Rasulullah saw berkata kepadanya: Di manakah si fulan?. “Dia pergi
mencarikan kita air bersih”. Kata sang istri. Tiba-tiba shahabat dari suku
Anshor yang ditunggu-tunngu itupaun datang, lalu dia melihat Rasulullah saw dan
kedua shahabat beliau sedang bertamu di rumahnyalalu dia berkata:
“Al-Hamdulullah, pada hari ini tidak seorangpun yang mendapatkan tamu yang
lebih mulia dari tamuku. Perawai berkata: Maka diapun datang membawakan untuk
mereka setangkai kurma yang di dalamnya terdapat kurma yang matang dan ada yang
muda. Lalu shahabat Anshor tadi menawarkan:
Makanlah ini, lalu tuan rumah itu mengambil pisau (untuk menyembelih
kambing). Maka Rasulullah saw bersabda: “Berikanlah kita kambing yang sudah
tidak diperah susunya”. Maka dia menyemblih kambing tersebut dan merekapun makan dagingnya, kemudian mereka
minum, pada saat mereka sudah kenyang dan dahaga telah hilang, maka Rasulullah
saw berkata kepada Abu Bakr dan Umar ra:
Demi yang jiwaku berada di tanganNya, kalian pasti akan ditanya tentang nikmat
ini pada hari kiamat. Kalian keluar dari rumah kalian dalam keadaan lapar lalu
setelahnya kalian tidak pulang kembali kecuali setelah mendapatkan nikmat ini”.[6]
Imam Nawawi berkata saat
menjelaskan haidts ini: Pertanyaan tentang nikmat di sini maksudnya adalah
pertanyaan yang bersifat penghitungan terhadap nikmat dan pemberitahuan akan besarnya karunia, menampakkan sifat kedermawanan dan
sempurnanya pemberian Allah, bukan pertanyaan untuk mencela, mengecam dan
menghisab.[7]
Adapun terhadap
orang-orang kafir maka pertanyaan tersebut sebagai celaan, kecaman dan penghitungan nikmat Allah
atas mereka. Dari Abi Barzah Al Aslami ra bahwa Nabi saw bersabda: Tidak akan
melangkah kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga dia akan ditanya
tentang umurnya pada apakah dia habiskan, tentang ilmunya apakah yang
diperbuatnya dengan ilmu tersebut, tentang hartanya dari manakah dia dapatakan
dan kemanakah disalurkan dan tentang badannya pada apakah dipergunakan”.[8]
Dari Abi Hurairah ra
bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’ala akan berkata kepada hambaNya
pada hari kiamat: Tidakkah aku telah memuliakanmu dan menjadikanmu sebagai
peminpin atas orang lain?, tidakkah Aku menikahkanmu dan menundukkan bagimu kuda
dan onta sebagai fasilitas hidup
dan membiarkanmu hidup sebagai peminpin dan memanfaatkan segala fasilitas
hisup”. Maka hamba tersebut mengatakan: Benar!, lalu Allah kembali bertanya
kepadanya: Apakah engkau pernah berpikir bahwa engkau akan menghadap kepada
diriKu ?. Hambd tersebut menjawab;
Tidak!, Maka Allah kembali bertanya kepadanya: Sungguh Aku melupaknmu
sebagaimana engkau melupakan Aku”.[9]
Dari Abi Hurairah ra berkata:
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya perkara pertama yang akan dihisab oleh
Allah terhadap seorang hamba, yaitu dia akan ditanya tidakkah aku telah
menjadikan badamu sehat dan menjadikan kamu kenyang dengan air yang dingin”.[10]
Ibnul Qoyyim berkata: Sungguh dia
adalah surat Al-Qu’an yang sangat agung, nasehat dan peringatan yang sangat
tepat, kalimat yang yang terdapat dalam kalam tersebut sangat kuat dalam
mengarahkan seseorang untuk beroreantasi akherat dan hidup zuhud di dunia
dengan kalimat yang begitu singkat, lafaz yang lugas dan susunan kalam yang
indah. Sungguh Maka Tinggi Zat yang berbicara dengan kalam tersebut dan
RasulNya telah menyampaikannya sebagai wahyu”.[11]
[1] QS. Al-Takatsur: 1-8
[2] Tafsir Ibnu Katsir: 4/44
[3] Shahih Muslim: 4/2273 no: 2958
[4] Tafsir Ibnul Qoyyim: halaman: 513
[5] Tafsir Ibnul Qoyyim: halaman: 515
[6] Shahih Muslim: 3/1609 no: 2938
[7] Syarhun Nawawi: 5/214
[8] Sunan Turmudzi: 4/612 no: 2416 dan dia berkata: hadits hasan
shahih.
[9] Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam
kitab shahihnya: 4/2279 no: 2968
[10] Mustadrokul hakim: 4/154 no:7203 dishahihkan oleh Al-Albani di
dalam kitab silsilah ash-shihah: 2/76 no:539
[11] Al-Tafsir al-Qoyyim: halaman: 523
Post a Comment